News / Nasional
Senin, 10 November 2025 | 10:59 WIB
Ilustrasi Jenderal Besar TNI Raden Soedirman (Dok. Kementerian Pertahanan)
Baca 10 detik
  • Sejak masa muda, Soedirman telah menunjukkan karakter kuat yang mencerminkan kecintaan pada tanah air.
  • Pilihan hidup Soedirman untuk menjadi guru di Cilacap juga mencerminkan pengabdian yang tulus.
  • Bagi generasi muda, kisah Soedirman dalam buku ini adalah pengingat bahwa perjuangan masa kini tidak lagi di medan pertempuran.

Suara.com - Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan sebagai momentum untuk mengenang jasa para pejuang kemerdekaan.

Namun, peringatan ini juga menjadi ajakan bagi generasi muda untuk meneladani nilai-nilai perjuangan para pahlawan, salah satunya Jenderal Soedirman, sosok yang kisah hidupnya terekam dengan mendalam dalam buku Soedirman, dikutip Sabtu (8/11/2025).

Buku tersebut tidak hanya menggambarkan Soedirman sebagai Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia (TNI) , tetapi juga menyoroti keteguhan, kesederhanaan, dan jiwa pengabdian yang melekat kuat pada dirinya.

Nilai-nilai inilah yang menjadikan Soedirman bukan hanya pahlawan perang, tetapi juga teladan moral bagi bangsa.

Sejak masa muda, Soedirman telah menunjukkan karakter kuat yang mencerminkan kecintaan pada tanah air.

Ia bergabung dalam Pandu Hizbul Wathon, organisasi kepanduan yang berarti perisai negeri. Di sanalah semangat kebangsaan, kedisiplinan, dan jiwa kepemimpinannya tumbuh.

Pilihan hidup Soedirman untuk menjadi guru di Cilacap juga mencerminkan pengabdian yang tulus.

Ia memilih menjadi sosok “pemberi” seseorang yang menanamkan ilmu dan nilai pada generasi muda.

Dalam masyarakat, guru dikenal sebagai tokoh yang digugu atau didengar dan ditiru atau diikuti.v

Baca Juga: Soeharto, Gus Dur, Hingga Marsinah Jadi Calon Pahlawan Nasional, Kapan Diumumkan?

Soedirman menunjukkan bahwa perjuangan tidak selalu di medan perang, mendidik pun adalah bentuk perjuangan.

Keteladanan lain tampak dari kepeduliannya terhadap rakyat. Saat masa pendudukan Jepang, Soedirman mendirikan koperasi di Cilacap guna membantu warga yang kesulitan ekonomi.

Langkah itu menunjukkan kepemimpinan yang berorientasi pada rakyat, sebuah cerminan semangat gotong royong yang menjadi jiwa bangsa Indonesia.

Ketika bergabung dengan Tentara Pembela Tanah Air (PETA), Soedirman meneguhkan peranannya sebagai pemimpin sejati.

Dalam buku itu dikisahkan bagaimana ia berhasil bernegosiasi dengan tentara Jepang di Banyumas, bukan hanya untuk melawan, tetapi juga untuk memperoleh persenjataan lengkap bagi pasukannya, sesuatu yang jarang terjadi di wilayah lain.

“Kehadiran Soedirman memang tepat dan cocok ketika suatu kondisi memerlukan pemecahan masalah,” demikian tertulis dalam catatan perjalanan kepemimpinannya.

Load More