- Pihak Roy Suryo Cs meyakini penetapan tersangka oleh Polda Metro Jaya tidak murni proses hukum, melainkan didasari oleh tekanan dan adanya "tangan-tangan kekuasaan"
- Para tersangka menolak tuduhan rekayasa data, menantang pembuktian ilmiah dari penyidik, dan menegaskan perlawanan mereka sebagai representasi suara rakyat yang menuntut perubahan
- Polda Metro Jaya secara resmi telah menetapkan delapan orang sebagai tersangka dalam dua klaster, menjerat mereka dengan pasal-pasal berlapis dari KUHP dan UU ITE terkait pencemaran nama baik hingga manipulasi data elektronik
Suara.com - Penetapan delapan tersangka, termasuk pakar telematika Roy Suryo, dalam kasus tuduhan ijazah palsu Presiden Joko Widodo memicu polemik panas. Pihak Roy Suryo Cs menuding ada kekuatan besar yang bermain di balik proses hukum yang dijalankan Polda Metro Jaya, menyebutnya jauh dari kata murni.
Ahmad Khozinudin, kuasa hukum para tersangka, secara terang-terangan menyuarakan kecurigaan adanya intervensi kekuasaan dalam penetapan status hukum kliennya.
Menurutnya, langkah kepolisian ini lebih didasari oleh desakan dari pihak pendukung penguasa ketimbang bukti hukum yang kuat.
"Kami kuat dugaannya karena ini bukanlah proses hukum murni, tapi ada proses yang melibatkan tangan-tangan kekuasaan, diawali dengan tuntutan-tuntutan pendukung Jokowi untuk segera menetapkan tersangka," kata Khozinudin kepada awak media di Mapolda Metro Jaya, Kamis (13/11/2025).
Khozinudin juga menyoroti langkah Polda Metro Jaya yang dinilai sepihak dalam menetapkan status tersangka. Ia mengklaim bukti-bukti yang diajukan penyidik tidak memiliki kaitan langsung dengan substansi tuduhan yang dialamatkan kepada kliennya.
"Walaupun banyak tidak memiliki relevansi dengan apa yang dituduhkan, dan tidak pernah diketahui secara pasti apakah bukti itu bisa memuatkan tuduhan ada pencemaran," ujar Khozinudin.
Di lokasi yang sama, Roy Suryo menegaskan bahwa perlawanan hukum yang mereka lakukan bukan sekadar untuk kepentingan pribadi.
Ia memposisikan dirinya dan rekan-rekannya sebagai perwakilan suara rakyat yang menginginkan perubahan fundamental di Indonesia.
"Kami mewakili seluruh rakyat Indonesia yang menginginkan perubahan atas negeri ini. Negeri ini sudah lama, lebih dari satu dekade mengalami suatu rezim yang sangat jahat, sangat bengis dan utamanya adalah menggunakan segala cara, menggunakan segala daya, termasuk penggunaan ijazah palsu," ucap Roy Suryo dengan nada tegas.
Baca Juga: Jadi Tersangka Ijazah Palsu Jokowi, Rismon Ancam Tuntut Polisi Rp126 Triliun, Apa Pemicunya?
Tersangka lainnya, Rismon Sianipar, menantang balik tuduhan penyidik terkait rekayasa atau manipulasi data. Ia meminta kepolisian untuk membuktikan tuduhannya dengan basis ilmiah yang jelas dan mengancam akan menempuh jalur hukum jika tuduhan tersebut tidak terbukti.
"Mana yang kami rekayasa? Kalau itu tidak terbukti, nanti saya berencana untuk menuntut kepolisian. Jangan sampai tuduhan itu adalah tuduhan tanpa basis ilmiah. Apa yang kami lakukan, ada itu namanya ilmunya digital image processing, jangan sampai ilmu tersebut jadi ilmu terlarang," ungkap Rismon.
Sebelumnya, Polda Metro Jaya telah secara resmi mengumumkan penetapan delapan tersangka dalam kasus ini. Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Asep Edi Suheri, menyatakan bahwa para tersangka dijerat dengan berbagai pasal berlapis.
"Telah menetapkan delapan orang tersangka dalam perkara pencemaran nama baik, fitnah, ujaran kebencian, penghasutan, edit dan manipulasi data elektronik," kata Irjen Pol Asep Edi Suheri saat konferensi pers di Jakarta, Jumat (7/11).
Penyidik membagi delapan tersangka itu ke dalam dua klaster dengan jeratan pasal yang berbeda. Klaster pertama (ES, KTR, MRF, RE, dan DHL) dan klaster kedua (RS, RHS, dan TT) dijerat dengan kombinasi pasal dari KUHP dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
"Untuk tersangka dari klaster pertama dikenakan Pasal 310, Pasal 311, Pasal 160 KUHP, Pasal 27a Juncto Pasal 45 Ayat 4, Pasal 28 Ayat 2 Juncto Pasal 45a Ayat 2 Undang-Undang ITE," tutur Edi.
Berita Terkait
-
Jadi Tersangka Ijazah Palsu Jokowi, Rismon Ancam Tuntut Polisi Rp126 Triliun, Apa Pemicunya?
-
Rismon Pamer Buku 'Wapres Tak Lulus SMA': Minta Versi Digitalnya Disebarluaskan Gratis!
-
Singgung Angka Sakti Presiden, Roy Suryo Minta Prabowo Selamatkan 8 Tersangka Kasus Ijazah Jokowi
-
Puluhan Emak-emak Dampingi Roy Suryo Cs di Polda Metro Jaya: You Never Walk Alone!
-
Siap Diperiksa Kasus Ijazah Jokowi, Roy Suryo Cs Yakin Tak Ditahan: Silfester Saja Masih Bebas!
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Rilis Akhir Tahun 2025 Polda Riau: Kejahatan Anjlok, Perang Lawan Perusak Lingkungan Makin Sengit
-
Rekaman Tengah Malam Viral, Bongkar Aktivitas Truk Kayu di Jalan Lintas Medan-Banda Aceh
-
'Beda Luar Biasa', Kuasa Hukum Roy Suryo Bongkar Detail Foto Jokowi di Ijazah SMA Vs Sarjana
-
Kadinsos Samosir Jadi Tersangka Korupsi Bantuan Korban Banjir Bandang, Rugikan Negara Rp 516 Juta!
-
Bakal Demo Dua Hari Berturut-turut di Istana, Buruh Sorot Kebijakan Pramono dan KDM soal UMP 2026
-
Arus Balik Natal 2025: Volume Kendaraan Melonjak, Contraflow Tol Jakarta-Cikampek Mulai Diterapkan!
-
18 Ribu Jiwa Terdampak Banjir Banjar, 14 Kecamatan Terendam di Penghujung Tahun
-
UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,7 Juta Diprotes, Rano Karno: Kalau Buruh Mau Demo, Itu Hak Mereka
-
Eks Pimpinan KPK 'Semprot' Keputusan SP3 Kasus Korupsi Tambang Rp2,7 Triliun: Sangat Aneh!
-
Percepat Penanganan Darurat Pascabencana, Hari Ini Bina Marga akan Tinjau Beutong Ateuh Banggalang