News / Nasional
Jum'at, 14 November 2025 | 12:02 WIB
Kelompok Camar membudidayakan mangrove di Tambakrejo Semarang. (Suara.com/Ikhsan)
Baca 10 detik
  • Warga Tambakrejo hidup bertahun-tahun berdampingan dengan rob akibat reklamasi dan penurunan tanah.
  • Mereka menanam mangrove sebagai benteng alami yang sekaligus menghidupkan ekonomi dan menyerap karbon biru.
  • Tanggul laut terbukti tidak efektif, dan solusi sejati ada pada pemulihan ekosistem pesisir berbasis alam.

Harapan warga untuk terbebas dari rob sempat tumbuh ketika pemerintah mulai membangun infrastruktur tanggul laut atau sheet pile di sisi barat dan timur kawasan tersebut. 

Pada tahun 2018, sheet pile yang membentang di wilayah Tambakrejo dan Tambakmulyo selesai dibangun. Sementara itu, sheet pile di bagian timur Tambakrejo baru rampung pada tahun 2024.

Sheet pile itu nyatanya belum menjadi solusi permanen terhadap rob yang terus menghantui Tambakrejo. Hingga saat ini air laut masih merendam permukiman akibat adanya rembesan.

“Tanpa kami sadari, setelah sheet pile yang baru selesai dibangun, sheet pile di sisi barat justru mengalami rembesan,” tutur Slamet. 

“Masalahnya, terjadi penurunan tanah di bawah lantai sheet pile, sehingga muncul rongga yang menjadi jalan bagi air laut masuk ke permukiman,” tambahnya. 

Slamet menjelaskan jika rembesan dari sheet pile itu mengikuti jadwal pasang air laut, bisa terjadi pagi, siang atau malam hari. Genangan akibat rembesan biasanya mencapai sekitar 10 sentimeter atau semata kaki meredam akses jalan di wilayah RW 16.

Meski tidak terlalu mengganggu aktivitas warga, rembesan rob dari tanggul laut tetap dikeluhkan. Banyak warga mengeluh sepeda motor mereka berkarat karena sering melintas di jalan yang tergenang air rob tersebut.

Rembesan air rob itu juga memaksa anak-anak di PAUD Patra Sutera kehilangan tempat belajar. Sekolah usia dini yang berdekatan dengan sheet pile di sisi barat itu, ruang utama dan halamannya bahkan masih tergenang air laut.

“Warga gotong royong membuat selokan atau gorong-gorong yang mengalirkan air rob ke rumah pompa. Sebelum ada selokan, air rob lama surutnya. Sekarang jauh lebih cepat karena ada upaya dari warga sendiri. Kami swadaya, memunculkan kesadaran kalau bukan sekarang, kapan lagi. Kalau bukan kita, siapa lagi?,” tegas Slamet. 

Baca Juga: Atasi ketimpangan, Startup Dilibatkan untuk Ciptakan Solusi Permanen Bagi Kemiskinan Pesisir

Namun, alih-alih mengevaluasi Presiden Prabowo Subianto mengungkap proyek besar yang kini tengah dijalani oleh pemerintahan. Proyek tersebut adalah pembangunan tanggul laut di Pantai Utara Pulau Jawa.

"Kami juga sudah mulai membangun 535 Km tanggul laut di Pantai Utara Jawa," kata Prabowo dalam rapat terbatas (Ratas) Kabinet Merah Putih di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (20/10/2025).

Menanam Mangrove untuk Menjaga Kawasan Pesisir

Kelompok Camar membudidayakan mangrove di Tambakrejo Semarang. (Suara.com/Ikhsan)

Sebagai upaya untuk membendung bencana ekologis, warga Tambakrejo sejak 2011 sudah melakukan penanaman untuk mendirikan kawasan mangrove. Mereka meyakini, benteng alami itu dapat menyelamatkan pemukiman dari ancaman tenggelam.

Kelompok Peduli Lingkungan (KPL) Cinta Alam Mangrove Asri dan Rimbun (Camar) Tambakrejo terbentuk dari kesadaran warga untuk mengurangi dampak rob. Meski tidak memiliki latar belakang di bidang konservasi, warga bertekad untuk belajar dengan tujuan utama menyelamatkan kampung mereka yang terus terendam air laut.

“Awalnya kami belajar secara otodidak, dari apa yang kami lihat dan dengar. Penanaman mangrove yang kami lakukan semata-mata untuk mengurangi rob di lingkungan sekitar kami,” ujar Sekertaris KPL Camar Muhammad Yazid. 

Load More