News / Nasional
Senin, 17 November 2025 | 14:27 WIB
Tim SAR bersama warga berupa mencari warga yang tertimbun reruntuhan rumah dan tanah longsor. (BBC News Indonesia/Lilik Dharmawan)
Baca 10 detik
  • Kesaksian korban selamat seperti Daryana yang kehilangan istri dan anak setelah terseret lumpur, serta Imam Faedi yang berjuang menyelamatkan kedua anaknya, menjadi gambaran nyata kengerian longsor Cilacap
  • Tim SAR gabungan menghadapi tantangan berat seperti cuaca buruk dan tanah labil, ditambah adanya peringatan dari ahli geologi mengenai potensi longsor susulan akibat retakan baru di puncak tebing
  • Pemerintah bergerak cepat dengan melakukan modifikasi cuaca untuk membantu evakuasi dan menyiapkan dana Rp400 miliar serta lahan relokasi untuk memastikan warga terdampak mendapatkan hunian yang lebih aman

Kepanikannya belum usai. Anak sulungnya belum ditemukan. Di tengah kondisi gelap gulita, sebuah teriakan kembali terdengar.

"Saya cari anak saya yang tertua, terus kedengaran suara teriak, 'Bapak, Bapak!' dari arah berlawanan. Syukur, dua-duanya selamat," katanya penuh lega.

Operasi Pencarian di Tengah Ancaman Longsor Susulan

Tim SAR gabungan berupaya mengevakuasi jenazah Yuni yang ditemukan tertimbun material longsoran di Worksite B-1 lokasi bencana tanah longsor, Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (14/11/2025). [ANTARA/HO-Basarnas Cilacap]

Hingga Senin (17/11) siang, data resmi mencatat total korban meninggal dunia mencapai 16 orang, sementara tujuh lainnya masih dalam pencarian.

Kepala Kantor SAR Cilacap, Muhammad Abdullah, mengonfirmasi penemuan tiga jenazah pada Senin pagi di Worksite A-2, Dusun Cibuyut.

"Korban pertama yang ditemukan dan dievakuasi dalam kondisi meninggal dunia adalah Nina Nurfauzia, 9 tahun," jelas Abdullah.

Dua korban lainnya adalah Wafiq Nir Ainidzahra (15) dan Cahyanto (57).

Proses pencarian korban menghadapi kendala serius, mulai dari hujan yang terus mengguyur hingga kondisi tanah yang labil. Bahkan, Guru Besar Teknik Geologi UGM, Prof. Dwikorita Karnawati, memperingatkan adanya ancaman longsor susulan.

"Ada retakan tanah berbentuk tapal kuda di bagian atas tebing yang sebelumnya sudah longsor," ujar Dwikorita.

Baca Juga: Operasi Langit di Cilacap: BNPB 'Halau' Hujan Demi Percepat Evakuasi Korban Longsor

Ia menegaskan bahwa retakan ini adalah indikator awal pergerakan tanah yang bisa berbahaya bagi tim penyelamat di bawahnya.

Untuk mempercepat proses evakuasi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahkan melakukan upaya modifikasi cuaca.

"Kami berharap bisa berhasil ya, karena ini tergantung dengan angin," kata Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga telah menyiapkan langkah konkret bagi para penyintas. Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menyatakan pihaknya akan mengalokasikan anggaran Rp400 miliar untuk merelokasi warga terdampak.

"Dana Rp400 miliar sudah kami siapkan. Sebanyak 16 rumah yang mengalami kerusakan berat akan segera di-recovery," ujar Luthfi.

Lahan seluas 3,5 hektare pun telah disiapkan oleh Pemkab Cilacap untuk membangun hunian yang lebih aman bagi para korban.

Load More