News / Metropolitan
Jum'at, 28 November 2025 | 19:50 WIB
Ilustrasi warga Muara Angke membeli air bersih. [Suara.com/Aldie]
Baca 10 detik
  • Warga Muara Angke habiskan jutaan rupiah per bulan hanya untuk membeli air bersih.
  • Pemprov larang sedot air tanah, tawarkan solusi Kios Air dan pipa PAM Jaya.
  • Solusi PAM Jaya diragukan bisa hentikan eksploitasi air tanah oleh industri besar.

Suara.com - "Buat mandi aja rasanya di badan licin. Jadi harus dibilas lagi pakai air yang bening," keluh Ma'un, seorang warga Kampung Nelayan RW 22 Muara Angke, Jakarta Utara. Cerita sederhananya adalah potret keseharian yang getir, sebuah ironi di jantung ibu kota.

Di kawasan pesisir ini, warga hidup dalam kepungan masalah. Selain ancaman rob dari tanggul yang mulai merembes, krisis air bersih telah menjadi hantu yang menghantui mereka selama bertahun-tahun.

Bagi Ma'un dan tetangganya, air jernih adalah kemewahan yang harus dibeli dengan harga mahal.

Gerobak pedagang air olahan yang biasa diserbu warga Muara Angke untuk mendapat air bersih. [Suara.com/Adiyoga]

Jutaan Rupiah Sebulan untuk Setetes Air Jernih

Kondisi air tanah yang payau dan asin memaksa warga untuk bergantung pada pedagang air keliling. Dengan harga Rp 2.000 hingga Rp 5.000 per jeriken, pengeluaran satu keluarga bisa membengkak hingga Rp 1 juta setiap bulannya, sebuah beban yang sangat berat bagi perekonomian mereka.

Roy, Sekretaris RW 22, bahkan berkelakar getir tentang prioritas hidup warganya.

"Saya di sini nggak pernah dengar cerita warga kekurangan beras, tapi kekurangan air," ujar Roy kepada Suara.com di Muara Angke, Jumat (28/11/2025).

Di tengah jeritan warga akan mahalnya air bersih, ironi lain datang dari kebijakan pemerintah. Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, secara tegas melarang warga di Muara Angke untuk menyedot dan mengonsumsi air tanah. Kebijakan ini bukan tanpa alasan kuat.

Eksploitasi air tanah yang masif ditengarai menjadi penyebab utama percepatan laju penurunan permukaan tanah di Jakarta.

Baca Juga: Tragis! Ayah di Jakut Setubuhi Putri Kandung hingga Hamil, Terungkap Setelah Korban Berani Melapor

"Ini sangat berbahaya, apalagi untuk masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir," tegas Pramono pada pertengahan Juni lalu.

Tanah yang terus ambles adalah bom waktu yang mengancam keselamatan ribuan jiwa.

Infografis krisis air bersih warga Muara Angke. [Suara.com/Iqbal]

Secercah Harapan Bernama Pipa PAM Jaya

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak hanya melarang, tetapi juga mencoba menawarkan solusi. PAM Jaya ditugaskan untuk mengakhiri dahaga panjang warga Muara Angke.

Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin, mengonfirmasi bahwa Muara Angke memang belum tersambung jaringan perpipaan resmi. Pihaknya kini tengah bergegas membangun jaringan baru dan menargetkan air bersih dapat mengalir langsung ke rumah-rumah warga pada Triwulan II tahun 2026.

Antusiasme warga terlihat dari 900 rumah yang telah mendaftar dari total potensi 1.700 sambungan baru.

Load More