- Banjir bandang dan longsor di Sumatra akhir November 2025 menewaskan ratusan jiwa akibat curah hujan ekstrem dan Siklon Tropis Senyar.
- Kerusakan alam seperti deforestasi, sedimentasi sungai, dan tata ruang terabaikan di hulu memperparah dampak bencana.
- Pemerintah fokus pada penanganan darurat korban dan pemulihan infrastruktur, sementara WALHI menuntut restorasi ekologis mendasar.
Penelitian menunjukkan, hutan alami mampu menyerap hingga 55 persen air hujan ke dalam tanah, sehingga hanya 10-20 persen yang menjadi aliran permukaan. Ketika hutan berganti menjadi perkebunan monokultur atau lahan terbuka, kemampuan tanah menyerap air turun drastis.
2. Sungai yang Sekarat
Air yang meluncur deras dari perbukitan gundul membawa serta material tanah dan batuan. Proses erosi masif ini menyebabkan pendangkalan atau sedimentasi parah di dasar sungai.
Sungai yang dulu dalam kini menjadi parit dangkal yang tak mampu lagi menampung debit air yang melonjak.
Kondisi ini diperburuk oleh penyempitan badan sungai akibat pembangunan permukiman dan infrastruktur di area sempadan, serta sampah yang menyumbat aliran air.
3. Tata Ruang yang Terabaikan
Bencana ini juga menelanjangi lemahnya perencanaan tata ruang dan penegakan hukum. Pembangunan seringkali dilakukan di zona rawan bencana tanpa mitigasi yang memadai.
Izin-izin konsesi lahan di kawasan hulu yang krusial sebagai daerah tangkapan air terus dipertanyakan.
"Tragedi banjir bandang yang melanda Sumatra pada November 2025 sejatinya merupakan akumulasi 'dosa ekologis' di hulu DAS (Daerah Aliran Sungai)," tegas Hatma Suryatmojo.
Baca Juga: Misteri Kayu Gelondongan Hanyut saat Banjir Sumatera, Mendagri Tito Siapkan Investigasi
Banjir dahsyat di Sumatra adalah sebuah alarm keras. Ini bukan lagi sekadar siklus alam, melainkan cerminan dari bagaimana manusia telah memperlakukan lingkungannya. Curah hujan ekstrem mungkin datang dari Tuhan, tetapi banjir adalah akibat dari pilihan-pilihan yang dibuat di daratan.
Korban Tembus Ratusan Jiwa, Pemerintah Dikejar Waktu
Angka korban jiwa akibat banjir Sumatra terus bertambah menembus ratusan, ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal, dan kerugian materiil diperkirakan mencapai triliunan rupiah, menjadikannya salah satu bencana hidrometeorologi paling mematikan dalam dekade terakhir.
Pemerintah kini dihadapkan pada tugas raksasa, berpacu dengan waktu untuk mencari korban yang masih hilang, memulihkan akses yang terputus, dan memenuhi kebutuhan dasar puluhan ribu pengungsi.
Data yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melukiskan gambaran suram dari tragedi ini. Di Sumatra Barat saja, jumlah korban meninggal dunia akibat banjir lahar dingin dan longsor telah mencapai 129 jiwa, dengan 118 orang lainnya masih dalam status hilang.
Kabupaten Agam menjadi wilayah dengan dampak paling parah, mencatatkan puluhan korban jiwa dan hilang.
Berita Terkait
-
Misteri Kayu Gelondongan Hanyut saat Banjir Sumatera, Mendagri Tito Siapkan Investigasi
-
Ketua MPR: Bencana Sumatera Harus Jadi Pelajaran bagi Pemangku Kebijakan Soal Lingkungan
-
Ngerinya 'Tabrakan' Siklon Senyar dan Koto, Hujan Satu Bulan Tumpah Sehari di Aceh
-
Tes Kejelian Mata: Temukan 3 Perbedaan di Foto Batang Pohon Hasil Penebangan Hutan Ini
-
DPR Desak Status Bencana Nasional: Pemerintah Daerah Lumpuh, Sumatera Butuh Penanganan Total
Terpopuler
- 8 Sepatu Skechers Diskon hingga 50% di Sports Station, Mulai Rp300 Ribuan!
- Cek Fakta: Jokowi Resmikan Bandara IMIP Morowali?
- Ramalan Shio Besok 29 November 2025, Siapa yang Paling Hoki di Akhir Pekan?
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Foot Locker
- 3 Rekomendasi Sepatu Lari Hoka Terbaik Diskon 70 Persen di Foot Locker
Pilihan
-
OJK Selidiki Dugaan Mirae Asset Sekuritas Lenyapkan Dana Nasabah Rp71 Miliar
-
Pasaman: Dari Kota Suci ke Zona Rawan Bencana, Apa Kita Sudah Diperingatkan Sejak Lama?
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
-
Penjarahan Beras di Gudang Bulog Sumut, Ini Alasan Mengejutkan dari Pengamat
Terkini
-
Tiga Bupati Aceh Kompak Angkat Tangan! Minta Bantuan Provinsi karena Bencana Sudah 'Di Luar Kendali'
-
Misteri Kayu Gelondongan Hanyut saat Banjir Sumatera, Mendagri Tito Siapkan Investigasi
-
Ketua MPR: Bencana Sumatera Harus Jadi Pelajaran bagi Pemangku Kebijakan Soal Lingkungan
-
Ngerinya 'Tabrakan' Siklon Senyar dan Koto, Hujan Satu Bulan Tumpah Sehari di Aceh
-
IDAI Ingatkan: Dalam Situasi Bencana, Kesehatan Fisik hingga Mental Anak Harus Jadi Prioritas
-
Perempuan yang Dorong Petugas hingga Nyaris Tersambar KRL Ternyata ODGJ
-
Saat Pesisir Tergerus, Bagaimana Karbon Biru Bisa Jadi Sumber Pemulihan dan Penghidupan Warga?
-
DPR Desak Status Bencana Nasional: Pemerintah Daerah Lumpuh, Sumatera Butuh Penanganan Total
-
442 Orang Tewas, Pemerintah Masih Enggan Naikkan Status Sumatra Jadi Bencana Nasional
-
KPK Sita Senpi dari Kontraktor Proyek Reog, Terkait Korupsi Bupati Sugiri Sancoko?