- Perjuangan Hafitar menempuh puluhan kilometer demi sekolah menjadi viral di media sosial.
- Kisahnya mengungkap potret buram ketimpangan akses pendidikan yang nyata di Indonesia.
- Kebijakan reaktif pemerintah dinilai belum menjawab akar masalah sistemik dunia pendidikan.
Suara.com - SAAT fajar baru menyingsing, ketika sebagian besar bocah kelas 1 SD masih terlelap, Hafitar sudah berdiri di peron stasiun. Tubuh mungilnya terbalut seragam merah-putih, menanti rangkaian KRL yang akan membawanya dari Tangerang menuju Klender, Jakarta Timur—sebuah ritual harian yang tak biasa untuk anak seusianya.
Kisahnya yang viral sontak menarik perhatian publik. Perjalanan puluhan kilometer yang ditempuh bocah 7 tahun itu setiap hari demi bangku sekolah terasa tak lazim.
Momen itu bahkan membawa Hafitar ke Balai Kota, diundang oleh Wakil Gubernur DKI saat itu, Rano Karno, yang menepuk bahunya seraya berucap, “Hebat kamu nak!”
Kelelahan dalam perjalanan jauh itu kini sedikit terobati. Melalui mediasi sekolah dan dinas pendidikan, Hafitar untuk sementara ditempatkan di rumah teman sekelasnya.
Namun, solusi personal ini justru membuka kotak pandora yang lebih besar: realitas pahit tentang ketimpangan akses pendidikan yang masih menjadi luka di wajah Indonesia.
Sebuah Perjuangan yang Membuka Luka Lama
Kisah Hafitar bukanlah anomali. Data Kementerian Pendidikan pada 2022 menunjukkan sekitar 1,4 juta anak usia sekolah tidak bersekolah, diperparah oleh angka putus sekolah akibat faktor ekonomi dan minimnya fasilitas.
Begitu video perjalanannya viral, respons institusi bergerak cepat. Kasatlak Pendidikan Kecamatan Duren Sawit, Farida Farhah, menjelaskan bahwa pihak sekolah dan dinas pendidikan telah berdiskusi dengan keluarga.
“Kondisinya sudah seperti itu, kami mengambil inisiatif bahwa Hafitar akan kami rawat secara bersama,” ujarnya baru-baru ini. Solusi sementara pun diambil sambil menunggu proses mutasi sekolah Hafitar ke Tangerang.
Baca Juga: Perempuan yang Dorong Petugas hingga Nyaris Tersambar KRL Ternyata ODGJ
Namun, data skala nasional mengonfirmasi bahwa masalah ini jauh lebih dalam. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat lebih dari 4 juta anak usia 7-18 tahun tidak bersekolah atau putus sekolah.
Di sisi lain, 302 kecamatan di Indonesia bahkan belum memiliki SMP/MTs, dan 727 kecamatan belum memiliki SMA/SMK/MA. Jarak masih menjadi tembok penghalang nyata bagi mimpi anak-anak bangsa.
Ketika Viral Menjadi Jalan Pintas Keadilan
Fenomena ini, menurut analis media sosial dari Drone Emprit, Nova Mujahid, adalah cerminan dari birokrasi yang lambat dan reaktif. Publik terpaksa menggunakan media sosial sebagai medium untuk memaksa negara hadir.
"Kasus Hafitar ini bukanlah yang pertama, dan saya yakin masih banyak kasus serupa di tempat lain," ujar Nova kepada Suara.com, Senin (1/12/2025).
Ia menyoroti bagaimana emosi netizen—kaget dan sedih melihat perjuangan anak kecil melawan kemiskinan struktural—menjadi pendorong utama.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP 5G Paling Murah di Bawah Rp 4 Juta, Investasi Terbaik untuk Gaming dan Streaming
- Bercak Darah di Pohon Jadi Saksi Bisu, Ini Kronologi Aktor Gary Iskak Tewas dalam Kecelakaan Maut
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 29 November: Ada Rivaldo, Ribuan Gems, dan Kartu 110-115
- 5 Shio Paling Beruntung Hari Ini Minggu 30 November 2025, Banjir Hoki di Akhir Bulan!
- Tewas Menabrak Pohon, Gary Iskak Diduga Tak Pakai Helm Saat Kecelakaan Tunggal
Pilihan
-
Jeritan Ojol di Uji Coba Malioboro: Jalan Kaki Demi Sesuap Nasi, Motor Terancam Hilang
-
OJK Selidiki Dugaan Mirae Asset Sekuritas Lenyapkan Dana Nasabah Rp71 Miliar
-
Pasaman: Dari Kota Suci ke Zona Rawan Bencana, Apa Kita Sudah Diperingatkan Sejak Lama?
-
Jejak Sunyi Menjaga Tradisi: Napas Panjang Para Perajin Blangkon di Godean Sleman
-
Sambut Ide Pramono, LRT Jakarta Bahas Wacana Penyambungan Rel ke PIK
Terkini
-
Misteri Gelondongan Kayu di Balik Banjir Sumut, Satgas PKH Turun Tangan: Siap Usut Dugaan Pembalakan
-
Bukan Bencana Alam! WALHI Bongkar Dosa Investasi Ekstraktif di Balik Banjir Maut Sumatra
-
Terungkap! Ini Alasan Kejagung Cabut Status Cekal Bos Djarum Victor Hartono di Kasus Pajak
-
Kenapa Korban Banjir Sumatera Begitu Banyak? Kabasarnas Ungkap Fakta Mengejutkan
-
Tinjau Banjir Sumatera, Prabowo Bicara Status Bencana hingga Fungsi Pemerintah Jaga Lingkungan
-
Nasib Praperadilan Buron E-KTP Paulus Tannos Ditentukan Besok, KPK Yakin Hakim Tolak Mentah-mentah
-
Ganti Kapolri Bukan Solusi, Pengamat Ungkap 'Penyakit' Polri: Butuh Reformasi Budaya
-
Helikopter Polri Terjunkan Bantuan Logistik untuk Korban Banjir di Sumut
-
Polda Metro Siaga Penuh Amankan Reuni Akbar 212 di Monas, Habib Rizieq Dijadwalkan Hadir
-
Curah Hujan Ekstrem Picu Banjir dan Longsor di Sumatera, BMKG Sebut Siklon Tropis Jadi Ancaman Baru