- Program Lumbung Mataram DIY, disiapkan sejak dua tahun lalu, menjadi solusi risiko inflasi Program Makan Bergizi Gratis.
- Program ini mengintegrasikan pertanian dan peternakan desa, memanfaatkan lahan kas desa seluas 1 hingga 1,25 hektare per desa.
- BGN memuji model DIY karena menciptakan kemandirian pasokan pangan lokal, sejalan dengan regulasi tata kelola program nasional.
Suara.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang terus meluas diam-diam menyimpan risiko laten: lonjakan kebutuhan pangan yang bisa berujung inflasi dan ketergantungan pasokan dari luar daerah. Di tengah kekhawatiran itu, langkah Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyiapkan Program Lumbung Mataram justru dipuji sebagai solusi konkret.
Badan Gizi Nasional (BGN) menilai Program Lumbung Mataram yang digagas Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai jawaban atas persoalan klasik program pangan berskala besar: ketersediaan bahan baku yang stabil dan berkelanjutan.
“Alhamdulillah, luar biasa. Ternyata Ngarso Dalem sudah menyiapkan Program Lumbung Mataram yang dibangun secara terintegrasi, baik peternakan maupun pertanian. Ini nanti bisa memasok dapur-dapur MBG,” kata Wakil Kepala BGN Bidang Komunikasi Publik dan Investigasi, Nanik Sudaryati Deyang, usai bertemu Sri Sultan di Gedong Wilis, Kompleks Kantor Gubernur DIY, Selasa (23/12/2025).
Dalam pertemuan tertutup selama hampir dua jam, Sri Sultan menjelaskan bahwa Lumbung Mataram bukan program dadakan untuk menyambut MBG. Program ini sudah disiapkan sejak dua tahun lalu sebagai skema pemberdayaan desa, terutama bagi warga yang tidak memiliki lahan pertanian.
Setiap desa di DIY diminta menyediakan lahan kas desa seluas 1 hingga 1,25 hektare. Lahan tersebut dikelola warga desa untuk pertanian dan peternakan terpadu.
“Lumbung Mataram ini sudah kami siapkan sejak dua tahun lalu, untuk membantu warga masyarakat yang kurang beruntung,” ujar Sri Sultan.
BGN sendiri sebelumnya menyoroti potensi masalah serius dalam pelaksanaan MBG, terutama meningkatnya kebutuhan bahan baku seiring bertambahnya Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Jika tidak diantisipasi, kebutuhan besar ini berisiko memicu kenaikan harga dan kelangkaan pangan.
Nanik mengakui, Lumbung Mataram berpotensi menjadi peredam risiko tersebut, setidaknya di wilayah DIY. Dengan konsep pertanian terintegrasi dan berbasis desa, pasokan pangan untuk dapur MBG diharapkan tidak lagi bergantung pada daerah lain.
“Harapannya, tidak ada lagi yang membeli dari luar daerah. Kalau ini berjalan, kemandirian ekonomi dan pemberdayaan masyarakat bisa benar-benar terjadi,” ujar Nanik, yang juga menjabat sebagai Ketua Pelaksana Harian Tim Koordinasi Antar Kementerian dan Lembaga Program MBG.
Baca Juga: Viral! Ini Isi Paket MBG Saat Liburan Sekolah di Blitar Bikin Warganet Iri
Sri Sultan pun memasang target cukup ambisius. Ia berharap Lumbung Mataram mampu memasok sebagian besar kebutuhan bahan baku pangan untuk program MBG di DIY. Jika terbukti efektif, perluasan lahan menjadi opsi berikutnya.
“Harapan saya ini bisa, sebagian besar, menyuplai kebutuhan-kebutuhan makan gratis,” kata Sultan.
Selain menopang MBG, konsep ini diharapkan berdampak langsung pada peningkatan pendapatan warga desa. Lahan yang sebelumnya menganggur atau hanya berstatus kas desa, kini diolah produktif oleh masyarakat yang selama ini tak punya akses ke sawah.
BGN menilai Program Lumbung Mataram juga sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 115 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Program MBG. Pasal 38 regulasi tersebut menegaskan prioritas penggunaan produk dalam negeri dan pelibatan usaha mikro, koperasi, hingga BUMDes.
Karena itu, Nanik berencana membawa model Lumbung Mataram sebagai contoh ke daerah lain. Ia menyebut DIY telah lebih dulu melangkah dibanding provinsi lain dalam memanfaatkan lahan desa untuk menopang program nasional.
“Saya akan sampaikan bahwa DIY sudah mempelopori. Desa memanfaatkan lahan idle atau bengkok untuk ditanami warga yang tidak punya sawah, untuk pertanian dan peternakan,” pungkasnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- 7 Sepatu Murah Lokal Buat Jogging Mulai Rp100 Ribuan, Ada Pilihan Dokter Tirta
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
-
Seluruh Gubernur Wajib Umumkan Kenaikan UMP 2026 Hari Ini
-
Indosat Gandeng Arsari dan Northstar Bangun FiberCo Independent, Dana Rp14,6 Triliun Dikucurkan!
-
Kredit Nganggur Tembus Rp2,509 Triliun, Ini Penyebabnya
-
Uang Beredar Tembus Rp9891,6 Triliun per November 2025, Ini Faktornya
Terkini
-
Menteri PPPA Dorong Penumpang Perempuan Gunakan KAI Female Seat Map Saat Mudik Naik Kereta
-
Natal Dijaga Ketat, Brimob Sterilisasi Total Gereja Katedral Jakarta
-
Komisi VIII Dorong Percepatan Revisi UU Kebencanaan Usai Banjir Sumatera, Peran BNPB Bakal Diperkuat
-
Polisi Periksa Pemilik Email Pengirim Pesan Teror Bom ke 10 Sekolah di Depok, Apa Motifnya?
-
Misteri Sosok Kamila Hamdi: Identitas Asli atau Akun Retasan di Balik Teror Bom 10 Sekolah di Depok?
-
Misteri Isi Email Teror Bom 10 SMA di Depok: Ada Nama Kamila Luthfiani, Ngaku Korban Perkosaan
-
Prabowo Mau Tata Ulang Kota, DPR: Perlu Tangan Besi Lawan Cengkeraman Pengusaha
-
Pemerintah Targetkan Sampah Bantargebang Hilang 2 Tahun, Pramono Tinggal Tunggu Arahan Bangun PLTSa
-
Panglima TNI Rotasi 187 Perwira Tinggi, Mayoritas dari Angkatan Darat
-
Saksi Sebut Pertamina Gunakan Kapal Jenggala Bango karena Stok Gas Kritis