News / Metropolitan
Rabu, 31 Desember 2025 | 17:39 WIB
Suasana lapak terompet Tahun Baru di kawasan Asemka, Jakarta Barat, Selasa (31/12/2025). (Suara.com/Dinda)
Baca 10 detik
  • Penjualan terompet menjelang Tahun Baru 2025 di kawasan Asemka, Jakarta Barat, terpantau sepi dibandingkan tahun sebelumnya.
  • Salah satu pedagang, Daud, mengaitkan penurunan penjualan dengan larangan penggunaan petasan dan kembang api tahun ini.
  • Pedagang menjual terompet buatan tangan dengan harga Rp5.000 hingga Rp20.000 di lokasi yang sama dengan tahun lalu.

Suara.com - Aktivitas penjualan terompet menjelang malam pergantian tahun di kawasan Asemka, Jakarta Barat, tampak tidak seramai tahun-tahun sebelumnya.

Di bawah kolong jembatan layang, deretan lapak pedagang berdiri berjejer di trotoar, memamerkan terompet warna-warni yang digantung rapi pada rangka kayu sederhana.

Pantauan Suara.com, Selasa (31/12/2025), arus kendaraan roda dua dan roda empat masih mendominasi kawasan tersebut.

Sejumlah pengendara motor terlihat melambatkan laju kendaraannya. Sebagian berhenti sejenak untuk melihat-lihat, namun tak banyak yang turun langsung membeli.

Pejalan kaki silih berganti melintas, sementara pedagang tetap menunggu di samping lapak, berharap pembeli datang.

Di antara keramaian lalu lintas dan payung-payung pedagang yang berjajar di pinggir jalan, suasana jual beli berlangsung seadanya.

Sesekali pembeli mendekat, menawar harga, lalu pergi tanpa membawa barang. Kondisi ini dinilai berbeda jauh dibandingkan akhir tahun lalu yang disebut para pedagang jauh lebih padat.

Salah satu pedagang terompet, Daud, mengungkapkan penjualan Tahun Baru 2025 mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kalau dibandingkan sama tahun kemarin, sekarang sepi. Tahun kemarin masih ramai,” kata Daud saat ditemui suara.com di lokasi, Rabu (31/12/2025).

Baca Juga: Gagal Liburan karena Kerja? Lakukan Cara Ini Agar Mood Tetap Terjaga

Menurut Daud, berkurangnya antusiasme masyarakat untuk merayakan malam Tahun Baru tak lepas dari adanya larangan penggunaan kembang api dan petasan.

Kebijakan tersebut dinilainya berimbas langsung pada dagangan terompet.

“Iya, kena imbasnya. Karena ada larangan kembang api, jadi kembang api sepi, terompet juga ikut sepi,” ujarnya.

Meski kondisi lapangan sudah diprediksi tidak seramai sebelumnya, Daud mengaku tetap menyiapkan stok terompet dalam jumlah yang sama seperti tahun lalu.

Terompet-terompet tersebut merupakan hasil buatan tangan yang dibuat langsung di lokasi.

“Stok tetap sama kayak tahun kemarin. Ini buatan tangan semua,” jelasnya.

Dari segi harga, Daud menjual terompet dengan banderol bervariasi, mulai dari Rp5.000 per buah hingga Rp20.000 per buah, menyesuaikan ukuran dan model.

Pembelian biasanya dilakukan secara satuan maupun dalam jumlah banyak.

“Ada yang beli satuan, ada juga yang lusinan. Kebanyakan yang lusinan,” katanya.

Namun, pola pembelian tersebut belum terlihat jelas hingga siang hari. Faktor cuaca juga disebut memengaruhi kondisi penjualan. Hujan yang sempat turun pada pagi hari membuat kawasan Asemka relatif sepi pengunjung hingga pukul 12.00 WIB.

“Tadi pagi sepi. Cuma tadi pas jam 12 di sini agak lumayan,” tutur Daud.

“Hujan paginya. Sepi. Habis hujan baru agak ramean,” lanjutnya.

Ia menambahkan, pada tahun-tahun sebelumnya, penjualan terompet biasanya sudah ramai sejak pagi hari. Namun kondisi tersebut tak tampak pada penjualan tahun ini.

“Biasanya jam delapan pagi sudah rame. Sekarang enggak kelihatan,” ujarnya.

Daud yang berasal dari Cikarang itu mengatakan dirinya hanya berjualan terompet pada momen akhir tahun.

Lapak mulai dibuka sejak perayaan Natal dan akan beroperasi hingga malam pergantian tahun.

“Ini jualan pas akhir tahun doang. Dari Natal sampai nanti malam jam 12,” jelasnya.

Daud biasa menjajakan dagangannya di depan Posko Terpadu Koramil 02 Tambora, Kelurahan Roa Malaka, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.

Terkadang ia juga berpindah tempat ke depan ruko yang tidak jauh dari lokasi berjualannya saat ini.

Tak kenal lelah di malam Tahun Baru, Daud berencana merayakan pergantian tahun di lokasi berjualan sambil menunggu dagangannya habis.

“Tahun baruan di sini. Paling selesai jualan baru pulang,” katanya.

Meski penjualan terompet tahun ini terbilang lesu, Daud tetap berharap pembeli berdatangan menjelang malam.

Di tengah deru kendaraan dan warna-warni terompet yang bergoyang tertiup angin, ia memilih bertahan hingga detik terakhir pergantian tahun.

“Semangat terus saja. Mudah-mudahan nanti sore habis,” pungkasnya.

Reporter: Dinda Pramesti K

Load More