- Banyaknya peminat menjadi polisi didorong motivasi status sosial tinggi, peta karier jelas, dan teori "menumpang hidup" pada organisasi besar.
- Profesi kepolisian lebih mengutamakan keterampilan hukum dan teknis daripada keterampilan sosial yang dibutuhkan saat berhadapan publik.
- Reformasi diperlukan agar kepolisian lebih fokus pada pencegahan melalui penguatan keterampilan sosial, bukan penegakan hukum represif.
Terdapat situasi yang serba tanggung: Saat hendak memperkuat SDM yang memiliki social skill, organisasi kepolisian yang semakin teknokratis dan birokratis ternyata tidak meminati hal itu.
Saat hendak memperkuat legal skill, maka kepolisian seyogyanya menerima anggota berkualifikasi S-1. Saat hendak memperkuat technical skill maka seyogyanya kepolisian bergerak mengikuti prinsip perkembangan teknologi (peralatan menggantikan fungsi orang).
Khusus perihal pemanfaatan teknologi kepolisian pada umumnya, tidak atau belum terlihat bahwa semakin banyaknya peralatan lalu, pada gilirannya, meningkatkan kinerja baik secara tradisional (kecepatan respons pengaduan, penyelesaian kasus, pengurangan angka kejahatan) maupun kontemporer (produktivitas, finansial, strategis).
Apalagi bicara tentang job replacement atau tergantikannya tenaga manusia polisi oleh peralatan, hal mana bisa mengarah pada optimalisasi technology-based policing.
Terhadap satuan kepolisian yang menjalankan fungsi dimana social skill seyogyanya menjadi tekanan, terlihat bahwa semua berada di sayap yang menekankan peran polisi jauh sebelum kejahatan atau penyimpangan sosial terjadi (sayap preemptif dan preventif kepolisian).
Terkait statement saya, maka itu sejalan dengan tekanan organisasi yang pada kenyataannya lebih menekankan law-enforcement policing ketimbang berbagai model pemolisian yang lebih bernuansa pencegahan (community-oriented policing, intelligence-led policing, proactive policing dan sebagainya).
Reformasi dengan demikian diperlukan kalau mau meluruskan inkonsistensi di atas. Perlu diluruskan kembali bahwa seyogyanya kepolisian lebih fokus bekerja berbasis prevention-heavy ketimbang law-enforcement heavy.
Dengan demikian, yang diperkuat adalah satuan-satuan yang menjalankan fungsi preemptif dan preventif, bukan represif.
Selaras dengan itu, maka skill yang diperkuat bagi anggota kepolisian yang bertugas di sisi preemptif dan preventif adalah social skill.
Baca Juga: Wamen KP hingga Menteri Ngaku Terbantu dengan Polisi Aktif di Kementerian: Pengawasan Jadi Ketat
Pengedepanan social skill pula yang seyogyanya tergambar dalam rekrutmen kepolisian. Pada gilirannya, hal itu akan mengubah citra masyarakat perihal kepolisian dan animo untuk menjadi polisi agar menjadi lebih realistis.
Prof. Adrianus Meliala
Kriminolog dan Guru Besar FISIP Universitas Indonesia (UI)
Berita Terkait
-
Sebut Polisi Penjaga Supremasi Sipil, Direktur RPI: Ada Hubungan Erat dengan Masyarakat
-
RUU Kesejahteraan Hewan Maju ke DPR, DMFI: Saatnya Indonesia Beradab
-
Masyarakat Lebih Percaya Damkar daripada Polisi, Komisi III DPR: Ada yang Perlu Dibenahi!
-
Tanggapi Hasil Survei CISA, Sekjen JARI 98: Polri Garda Supremasi Sipil
-
Wamen KP hingga Menteri Ngaku Terbantu dengan Polisi Aktif di Kementerian: Pengawasan Jadi Ketat
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Tidak Ada Nasi di Rumah, Ibu di Makassar Mau Lempar Anak ke Kanal
-
Cuaca Semarang Hari Ini: Waspada Hujan Ringan, BMKG Ingatkan Puncak Musim Hujan Makin Dekat
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
Terkini
-
Menolak Pasien Adalah Pelanggaran Kemanusian dan Hak Asasi Pasien
-
Inovasi Urban Farming Keluarga, Agar Peternak Kecil Tidak Tergilas 'Oligarki Ayam'
-
Daya Beli Lesu Hantam Industri Elektronik, Jurus 'Inovasi Hemat Energi' Jadi Andalan
-
Soeharto: Pahlawan dari Luka yang Belum Pulih
-
Menimbang Arah Baru Partai Berbasis Islam, Dari Ideologi ke Pragmatisme Kekuasaan
-
Marsinah: Buruh, Perlawanan, dan Jejak Keadilan yang Tertunda
-
Membangun Proyeksi Demokrasi Indonesia, Mungkinkah?
-
Quo Vadis Komite Otsus Papua?
-
Konsolidasi, Ambisi, dan Ketegangan: Menilai Tahun Pertama Prabowo-Gibran
-
Catatan Setahun Prabowo-Gibran di Bidang Pangan