Suara.com - Dalam seminar nasional bertajuk "Kesiapan Sumber Daya Manusia Industri Manufaktur Menghadapi Revolusi Industri 4.0" yang berlangsung di SMK Ananda Mitra Industri Deltamas di Cikarang, Jawa Barat (7/2/2019) Menteri Perindustrian (Menperin), Airlangga Hartarto menyatakan bahwa Kementerian Perindustrian mendorong implementasi industri daur ulang untuk sektor otomotif.
Dikutip dari kantor berita Antara, langkah untuk mendorong adanya industri daur ulang di sektor otomotif adalah sebuah usaha demi mendongkrak daya saing ekspor manufaktur nasional.
"Saat ini, sebanyak 73 persen ekspor Indonesia ditopang oleh industri manufaktur dan sektor otomotif menjadi salah satu andalannya," demikian papar Menperin dalam keterangannya di Jakarta.
Dengan hadirnya konsep industri daur ulang di sektor otomotif, hasilnya akan memberikan kontribusi terhadap penerapan ekonomi berkelanjutan atau circular economy yang menjadi bagian dari industri 4.0 road map industri Tanah Air.
Pada periode Januari - September 2018, jumlah ekspor kendaraan roda empat (R4) dalam bentuk utuh atau Completely Built-Up (CBU) mencapai 187.752 unit. Perolehan ini naik 10,4 persen dibandingkan periode sama pada 2017.
Sementara ekspor kendaraan roda dua (R2) atau sepeda motor pada 2018 mencapai 575 ribu unit, atau naik sampai 46,3 persen.
Baik ekspor R2 dan R4 ini diperkirakan bakal terus naik jumlahnya, seiring penerapan kebijakan fiskal, salah satunya harmonisasi tarif dan revisi besaran Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
Dengan wacana tadi, Menperin mengajak para pelaku industri otomotif nasional agar terus meningkatkan daya saingnya, dengan bersinergi mengusung ekonomi berkelanjutan melalui daur ulang.
Contoh konkretnya adalah daur ulang plastik. Apalagi mengingat berbagai komponen pada produk R2 dan R4 menggunakan material ini untuk diaplikasikan pada berbagai bagian dari produknya, seperti bemper, fender, dan dasbor.
Baca Juga: Ini Alasan Trump dan Kim Jong Un Bertemu di Vietnam
"Plastik bukan sampah, dari segi biaya adalah bahan baku yang relatif lebih kompetitif dibanding yang lain, serta menyerap emisi lebih rendah," tandas Airlangga Hartarto.
Tambahan lagi, bila industri otomotif menggunakan virgin plastic, maka biaya produksi akan lebih mahal. Belum lagi bila kualitasnya adalah impor, yang membuat kebutuhan devisa menjadi lebih tinggi, karena saat ini Indonesia baru mampu memproduksi satu juta ton virgin plastic, sementara kebutuhannya mencapai lima juta ton.
Berita Terkait
Terpopuler
- Operasi Zebra 2025 di Sumut Dimulai Besok, Ini Daftar Pelanggaran yang Disasar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Mobil Keluarga Bekas Paling Dicari 2025, Murah dengan Performa Mumpuni
- 5 Mobil Sedan Bekas Pajak Murah dan Irit BBM untuk Mahasiswa
- 5 Rekomendasi Smartwatch Selain Apple yang Bisa QRIS MyBCA
Pilihan
-
Aksi Jatuh Bareng: Rupiah dan Mata Uang Asia Kompak Terkoreksi
-
4 HP RAM 12 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik untuk Gamer dan Multitasker Berat
-
Perusahaan BUMN dan Badan Negara Lakukan Pemborosan Anggaran Berjamaah, Totalnya Rp43 T
-
RKUHAP Resmi Jadi UU: Ini Daftar Pasal Kontroversial yang Diprotes Publik
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
Terkini
-
5 Motor Sport Bekas Murah untuk Anak Muda, Harga di Bawah Rp20 Juta
-
Rekam Jejak Ikhlas Thamrin, Penemu BBM Bobibos yang Diklaim Ramah Lingkungan
-
Bocoran Produk Baru yang Dikabarkan Bakal Melantai di GJAW 2025
-
Ratusan Ribu Honda Accord Hybrid Kena Recall, Ada Cacat di Software
-
Pilihan Mobil Bekas SUV yang Masih Tetap Menarik Meski Sudah Lawas
-
5 Rekomendasi Head Unit Android 9 Inch, Fitur Lengkap Mulai Rp700 Ribuan
-
Modifikator Motor Honda Pamerkan Karya Terbaik di Pesta Akbar Honda Modif Contest
-
5 Rekomendasi Mobil Keluarga dengan Suspensi Paling Empuk, Bye-Bye Guncangan di Jalan Bergelombang
-
5 Motor Trail Bekas dengan Tenaga Buas, Dompet Tetap Aman
-
5 Motor Listrik dengan Fitur Reverse Gear di Indonesia: Bisa Mundur Otomatis, Parkir Makin Gampang