Suara.com - Hadirnya pemain baru di kancah ojek online Indonesia justru memantik kontroversi yang tak terduga? Zendo, yang lahir dari rahim Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU), kini tengah berada di tengah pusaran kritik tajam. Platform yang mengusung tagline berbasis syariah ini justru menuai badai protes terkait aturan kemitraannya yang dianggap kurang berpihak pada driver.
Hal ini pertama kali diungkapkan oleh akun X @arifnovianto_id. Dalam cuitannya tersebut, ia menilai kalau Zendo 'tak manusiawi'.
Bayangkan saja, para mitra baru Zendo harus menjalani "masa orientasi" yang tak biasa - wajib bekerja shift malam selama sebulan penuh. Lebih mengejutkan lagi, selama 14 hari pertama, kata "libur" seolah menjadi kata terlarang dalam kamus mereka. Belum lagi tuntutan setoran modal harian Rp 300.000 yang harus disiapkan para driver, seakan menambah beban di pundak mereka.
Sistem kerja Zendo bak pisau bermata dua. Di satu sisi, mereka menawarkan pembagian hasil yang menggiurkan - 80 persen untuk driver dan 20 persen untuk platform.
Namun di sisi lain, aturan ketat seperti larangan menolak orderan dan larangan memiliki pekerjaan serupa membuat para driver merasa seperti burung dalam sangkar emas.
Gelombang kritik semakin membesar ketika Arif Novianto, melalui akun X-nya, membongkar sisi gelap sistem kerja Zendo.
Ironis memang, platform yang mengklaim mengusung nilai-nilai syariah ini justru dituding menerapkan sistem yang lebih mirip "perbudakan modern" ketimbang kemitraan yang sehat.
Publik bertanya-tanya, kemana perginya nilai-nilai keadilan sosial yang selama ini menjadi DNA Muhammadiyah?
Sistem kerja yang kaku, absennya jaminan kesehatan dan keselamatan kerja, plus jadwal kerja yang memberatkan, seolah menjadi bukti bahwa kata "syariah" dalam bisnis terkadang hanya sebatas jargon marketing.
Masyarakat berharap Zendo bisa menjadi pionir ekosistem kerja yang lebih manusiawi, namun yang terjadi justru sebaliknya.
Bola kini ada di tangan Zendo. Sebagai platform yang membawa nama besar Muhammadiyah, mereka dituntut untuk tidak sekadar menjadi "pemain baru" di industri ojek online, tapi juga pembawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Akankah Zendo mampu membuktikan bahwa bisnis berbasis syariah bisa berjalan selaras dengan kesejahteraan para mitranya? Waktu yang akan menjawab.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
Terkini
-
5 Mobil dengan Fitur Kamera 360 Bawaan, Anti Panik Parkir dan Manuver di Jalan Sempit
-
5 GPS Tracker Mobil Paling Murah dan Akurat, Berkendara Jadi Lebih Aman
-
Terpopuler: Kelebihan Bobibos Lawan BBM Mahal hingga 3 Mobil Kijang Rp20 Jutaan
-
Aletra Resmikan Jaringan Dealer Baru Pertegas Komitmen di Indonesia
-
Aletra Resmikan Jaringan Dealer Baru Pertegas Komitmen di Indonesia
-
Wuling Darion Bukukan Ribuan Unit Sejak Dirilis, Varian EV Dominasi Pemesanan
-
Bujet Terbatas? Ini 5 Mobil Bekas Sedan Rp20 Jutaan yang Nyaman dan Tetap Stylish
-
5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Rp50 jutaan Untuk Mobil Pertama Mahasiswa
-
Motul Berikan Paket Perawatan Premium Setiap Pembelian Mobil Bekas
-
3 Rekomendasi Mobil Kijang Rp 20 Jutaan yang Masih Layak Pakai di Tahun 2025