Suara.com - Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan kesaksiannya melihat presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono kehilangan separuh jiwanya Ani Yudhoyono.
Dalam akun Facebook yang terverifikasi Luhut Binsar Pandjaitan, dia mengisahkan kesaksian tersebut. Luhut memang terlihat berada bersama SBY ketika Ani Yudhoyono wafat di Singapura, Sabtu (1/6/2019).
"Di ruang ICU itu kemarin, beberapa saat setelah jasad Bu Ani dibersihkan, saya berada di samping Pak SBY yang mencium kening istrinya lalu membisikkan sesuatu seolah-olah belahan jiwanya itu masih bernyawa. Di titik itu saya melihat habisnya separuh jiwa Pak SBY," tulis Luhut dalam akun Facebooknya.
Luhut mengaku kehabisan kata-kata menyaksikan hal itu. Luhut mengatakan hanya bisa memeluk SBY, lalu memberikan penghormatan terakhirnya kepada almarhumah Ibu Negara 2004-2014 Ani Yudhoyono.
Luhut menyatakan momen kehilangan seperti itu pasti akan dialami setiap manusia. Sehebat apapun pencapaian seseorang, kata dia, air mata tetap tak ayal dibendung ketika saat itu tiba.
"Seperti bagaimana saya menyaksikan seorang mantan presiden yang menangis selayaknya seorang manusia biasa yang terdiri dari darah, daging, tulang dan emosi juga," terangnya.
Hingga berita ini ditayangkan, kisah kesaksian Luhut itu sudah disukai lebih dari 83.000 kali, dikomentari lebih dari 2.200 kali, dan disebarkan lebih dari 5.300 kali.
Berikut tulisan kesaksian Luhut menyaksikan SBY kehilangan separuh jiwanya:
Di ruang ICU itu kemarin, beberapa saat setelah jasad Bu Ani dibersihkan, saya berada di samping Pak SBY yang mencium kening istrinya lalu membisikkan sesuatu seolah-olah belahan jiwanya itu masih bernyawa. Di titik itu saya melihat habisnya separuh jiwa Pak SBY. Saya kehabisan kata-kata. Saya hanya bisa memeluk Beliau, lalu memberikan penghormatan terakhir saya pada almarhumah Ibu Negara dari Presiden ke-6 RI tersebut.
Baca Juga: Sebelum Wafat, Ani Yudhoyono Bikin Baju Lebaran Bermotif Burung Surga
Momen kehilangan seperti ini pasti akan dialami setiap manusia. Sehebat apapun pencapaian kita, air mata tetap tak ayal dibendung ketika saat itu tiba. Seperti bagaimana saya menyaksikan seorang mantan Presiden yang menangis selayaknya seorang manusia biasa yang terdiri dari darah, daging, tulang dan emosi juga.
Masih di National Universty Hospital, 10 sampai 15 menit setelah momen itu, keranda jenazah didatangkan. Melihat begitu sederhananya peti mati yang disiapkan, membuat saya merenung, bahwa inilah yang akan kita semua pakai nantinya. Tidak peduli apakah kita Presiden, Ibu Negara, Wakil Presiden, ataupun hanya manusia biasa, semua sama saja. Ketika sudah selesai waktu kita di dunia ini, kita akan diperlakukan sama. Tinggal masalah kapan, di mana, dan bagaimana kita berpulang.
Ya itulah hidup.
Sekarang untuk kita yang masih diberikan hidup, mari kita bawa peristiwa ini menjadi sebuah bahan refleksi diri bagaimana membuat hidup ini bermakna. Bagi saya, pada akhirnya hidup adalah tentang bagaimana kita bisa berbagi dengan orang lain, berbuat baik kepada orang lain.
Hidup begitu singkat, untuk apa kita berbuat curang atau culas. Buat apa juga kita senang membuat permusuhan atau membuat orang lain menjadi susah. Termasuk dalam hidup bernegara, untuk apa juga kita membuat perkara atau keributan terus menerus.
Selain itu saya juga melihat keteladanan SBY sebagai seorang suami yang mau terus mendampingi istrinya sampai akhir, mengesampingkan kesibukannya selama 4 bulan terakhir ini.
Berita Terkait
-
Luhut Temui Aliansi Ekonom Indonesia, Bahas 7 Tuntutan ke Pemerintah
-
Budaya Trial and Error dalam Kabinet Indonesia
-
Gibran Cium Tangan SBY, Kode Damai dengan Keluarga Cikeas dan AHY?
-
Terungkap! AHY Bongkar Misi Khusus Gibran Sambangi SBY di Cikeas Pagi-pagi
-
Gibran Sambangi SBY di Cikeas, AHY: Sampaikan Selamat Ulang Tahun ke-76
Terpopuler
- Terpopuler: Geger Data Australia Soal Pendidikan Gibran hingga Lowongan Kerja Freeport
- 5 Fakta SUV Baru Mitsubishi: Xforce Versi Futuristik, Tenaga di Atas Pajero Sport
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Mahasiswi IPB Jadi Korban Pengeroyokan Brutal Sekuriti PT TPL, Jaket Almamater Hangus Dibakar
- Diundang Dolce & Gabbana, Penampilan Anggun Mayang Banjir Pujian: Netizen Bandingkan dengan Fuji
Pilihan
-
Danantara Buka Kartu, Calon Direktur Keuangan Garuda dari Singapore Airlines?
-
Jor-joran Bangun Jalan Tol, Buat Operator Buntung: Pendapatan Seret, Pemeliharaan Terancam
-
Kerugian Garuda Indonesia Terbang Tinggi, Bengkak Rp2,42 Triliun
-
Petaka Arsenal! Noni Madueke Absen Dua Bulan Akibat Cedera Lutut
-
Ngamuk dan Aniaya Pemotor, Ini Rekam Jejak Bek PSM Makassar Victor Luiz
Terkini
-
Xiaomi 15T dan 15T Pro Dipastikan Masuk Indonesia 30 September 2025
-
Infinix GT 30 Resmi ke Indonesia, HP Gaming Murah Harga Rp 3 Jutaan
-
Xiaomi 15T Resmi Meluncur: Usung Dimensity 8400 Ultra dan Layar AMOLED 1.5K
-
57 Kode Redeem FF Terbaru 24 September: Raih Bundle Trouble dan Skin SG2
-
17 Kode Redeem FC Mobile Terupdate 24 September: Dijamin Icon 108+ dan Player 111
-
Samsung Galaxy Tab S10 Lite Masuk Indonesia, Tablet Murah Cocok untuk Pelajar
-
Inspirasi 5 Prompt AI Foto Prewedding: Mirip Editan Fotografer Profesional
-
XLSMART Gabungkan Pusat Kendali: Jaringan Lebih Stabil, Pelanggan Lebih Untung?
-
10 Prompt Chat GPT Foto Berdua dengan Pasangan, dari Photobox hingga ala Studio
-
Politisi PSI Bela Jokowi Soal Tuduhan Absen di Sidang Umum PBB, Singgung Masa Pandemi