Suara.com - Kandi Aryani Suwito, dosen departemen Komunikasi Universitas Airlangga yang sedang menempuh studi doktoral di King's College London Inggris mengatakan demonstrasi politik di tengah pandemi sebaiknya diboyong ke ranah digital. Sudah terbukti ampuh di berbagai negara. Berikut ulasan Kandi:
Semasa pandemi COVID-19, melakukan demonstrasi dan gerakan politik yang turun ke jalan menjadi sulit karena berbagai pembatasan aktivitas sosial.
Berbagai kampanye di seluruh dunia seperti gerakan #ClimateStrike yang digagas Greta Thunberg telah pindah secara daring (online) ke media sosial. Gerakan tersebut kini berubah menjadi #ClimateStrikeOnline, di mana ratusan unggahan konten di media sosial bermunculan setiap minggu.
Poster-poster bernuansa seni di Twitter serta koreografi tari di Tiktok telah membantu meningkatkan kesadaran terkait gerakan tersebut, terutama untuk anak muda di seluruh dunia yang melanjutkannya dengan cara yang lebih ‘seru’ dan ‘ringan.
Keberlanjutan dari gerakan ini dan juga kemampuannya untuk menarik perhatian audiens menandakan bahwa pendekatan seni semacam ini bisa menjadi media yang baik bagi aktivisme online.
Aktivisme seni – yang biasanya dilakukan secara luring (offline) pada masa pra-media sosial – menggabungkan aspek kreatif dan emosional dari seni dengan perencanaan strategis yang khas aktivisme politik untuk mendorong perubahan bermakna bagi masyarakat di ruang digital.
Apalagi, di negara berkembang seperti Indonesia, praktik aktivisme seni juga kerap mengalami represi oleh negara. Belum lama ini, misalnya, mural di Tangerang, Banten yang mengkritik Presiden Joko “Jokowi” Widodo diminta dihapus karena dianggap tidak sesuai koridor hukum, melecehkan presiden, dan dinilai tidak sesuai dengan “budaya ketimuran”
Karya seni digital bisa memberikan ruang alternatif bagi masyarakat untuk melanjutkan gerakan politiknya.
Ketiga contoh di bawah ini menunjukkan bagaimana karya seni dapat membantu menciptakan percikan perubahan dan menumbuhkan rasa keterlibatan politik seiring berpindah ruang ke dunia maya di tengah pandemi.
Baca Juga: Banyak Mural Kritis Dihapus, Muncul Mural: Urus Saja Moralmu, Jangan Muralku
Mengunggah emosi, menumbuhkan partisipasi
Aktivisme berbasis karya seni digital memiliki kemampuan untuk membantu kita menyalurkan rasa penderitaan, trauma, dan amarah menjadi pesan-pesan yang menggugah.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa sentuhan khas ini bisa mendorong keterlibatan dan partisipasi aktif dari masyarakat – dari aktivisme terkait hak asasi manusia (HAM) hingga kampanye melawan diskriminasi dan ketimpangan ekonomi.
Danelle Coke, ilustrator berusia 25 tahun dari Atlanta di Amerika Serikat (AS), misalnya, mengunggah berbagai karya lukis digital di Instagram untuk menyuarakan isu-isu penting seperti rasisme yang mengakar di negaranya.
Meskipun ia telah mengkritik banyak orang karena tidak memberikan kredit atau atribusi pada dia, karya-karyanya telah banyak disebut dan dibagikan pada masyarakat luas serta digunakan untuk mendukung beragam gerakan politik seperti #BlackLivesMatter.
Misalnya, beberapa karya yang ia buat membahas kasus Ahmaud Arbery dan George Floyd - dua warga AS berkulit hitam yang dibunuh oleh polisi dalam dua insiden berbeda. Karya seni milik Coke kemudian telah digunakan ribuan orang untuk menyampaikan rasa amarah mereka terhadap rasisme di berbagai institusi penegakan hukum AS.
Berita Terkait
-
DPR Ungkap Prabowo Siapkan Perpres Sakti untuk Lindungi Ojek Online
-
Anggotanya Disebut Brutal Hingga Pakai Gas Air Mata Kedaluarsa Saat Tangani Demo, Apa Kata Kapolri?
-
Usai Temui Anggota DPR, Perwakilan Ojol Sebut Prabowo Mau Buat Perpres soal Ojek Online
-
Pink Melawan: Aksi Perempuan Tuntut Pembebasan Aktivis di Polda Metro Jaya
-
Natalius Pigai Usul Bikin Lapangan Demonstrasi, Reaksi Susi Pudjiastuti Jadi Sorotan
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Profil Wali Kota Prabumulih: Punya 4 Istri, Viral Usai Pencopotan Kepsek SMPN 1
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
53 Kode Redeem FF Hari Ini 18 September 2025, Klaim Evo Gun hingga Skin Scar Megalodon
-
Redmi K90 Kantongi Sertifikasi Anyar, Ungkap Teknologi Pengisian Daya Ini
-
Deretan iPhone Paling Worth It di September 2025: Harga Terjangkau, iOS Mumpuni
-
14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 18 September 2025, Klaim Gems hingga Pemain OVR 111
-
Cara Buat Wallpaper 3D di iOS 26, Ubah Lock Screen iPhone Jadi Android
-
Komdigi Punya Sistem Khusus Awasi Konten Internet, Klaim Bukan Alat Bungkam Kritik Warga
-
Teaser Anyar Xiaomi 15T: Klaim Hadirkan Fotografi Leica 'Kelas Profesional'
-
China Larang Perusahaan Beli Chip AI NVIDIA: Saham Anjlok, Jensen Huang Kecewa
-
Kumpulan Prompt Gemini AI untuk Edit Foto Bareng Ayah, Hasil Natural dan Gaya Variatif
-
Football Manager 26 akan Dirilis Awal November, Bakal Banyak Update Baru