Tekno / Sains
Selasa, 30 September 2025 | 19:44 WIB
Ilustrasi keracunan makanan (Freepik/jcomp)

Suara.com - Lebih dari 6.000 siswa menjadi korban keracunan usai menyantap menu program Makan Bergizi Gratis (MBG). Gejalanya beragam, mulai dari muntah, lemas, pusing, dan diare.

Keracunan dapat terjadi akibat mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi, baik yang berasal dari bakteri, racun, parasit, virus, maupun bahan kimia.

Virus yang dapat menyebabkan keracunan makanan menurut WHO adalah Norovirus dan virus Hepatitis A. Norovirus menjadi penyebab paling umum dari gastroenteritis karena makanan dan dapat menyebar lewat kontak langsung maupun melalui makanan yang terkontaminasi.

Virus Hepatitis A juga dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi dan menyebabkan penyakit hati akut. Kedua virus ini termasuk dalam kategori penyebab utama keracunan makanan yang diakui WHO.

Selain virus, keracunan makanan juga dapat disebabkan oleh bakteri yang terkandung pada makanan maupun wadah makan. Ini dia beberapa bakteri yang dapat menyebabkan keracunan makanan.

1. Salmonella

Ilustrasi bakteri Salmonella (Pixabay)

Salmonella adalah sekelompok bakteri yang bisa menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan manusia. Infeksi akibat bakteri ini disebut salmonellosis.

Bakteri Salmonella biasanya masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi, seperti makanan yang kurang matang atau tidak dicuci bersih, serta air yang tidak bersih.

Setelah masuk ke saluran pencernaan, bakteri ini bisa menyebabkan berbagai gejala seperti diare, kram perut, demam, mual, muntah, dan sakit kepala.

Gejala biasanya muncul dalam waktu 8 sampai 72 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi dan berlangsung selama beberapa hari.

Baca Juga: Puluhan Siswa SDN 01 Gedong Pasar Rebo Keracunan MBG, Mi Goreng Pucat dan Bau Diduga Jadi Pemicu

Ada beberapa jenis Salmonella yang bisa menyerang manusia, seperti Salmonella typhi yang menyebabkan demam tifoid (tipes), dan Salmonella non-typhoidal yang lebih umum menyebabkan diare dan keracunan makanan biasa.

2. E. Coli

Ilustrasi bakteri E. Coli (Pixabay)

Escherichia coli atau yang sering disingkat E. coli adalah jenis bakteri yang hidup secara alami di usus manusia dan hewan berdarah panas.

Sebagian besar E. coli tidak berbahaya dan sebenarnya membantu proses pencernaan serta memproduksi vitamin K yang penting. Namun, ada beberapa jenis E. coli yang berbahaya dan dapat menyebabkan infeksi serius jika masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi.

Jenis E. coli yang berbahaya antara lain yang bisa menghasilkan racun seperti Shiga toxin (STEC), terutama strain E. coli O157:H7 yang dapat menyebabkan gejala seperti diare berdarah, mual, sakit perut, dan demam.

Infeksi E. coli bisa berbahaya terutama bagi anak-anak, lansia, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, karena dapat menimbulkan komplikasi serius seperti sindrom uremik hemolitik (kerusakan ginjal).

3. Listeria Monocytogenes

Ilustrasi Listeria Monocytogenes (Verywell Health)


Listeria monocytogenes adalah jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi serius, terutama pada bayi, anak-anak, orang tua, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.

Bakteri ini bisa ditemukan di tanah, air, kotoran hewan, dan berbagai jenis makanan, terutama makanan yang disimpan di suhu dingin seperti susu yang tidak dipasteurisasi, makanan olahan, dan sayuran mentah yang terkontaminasi.

Ketika masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang tercemar, Listeria bisa menyerang usus dan bahkan menyebar ke bagian tubuh lain seperti darah dan otak.

Infeksi yang disebabkan oleh Listeria disebut listeriosis, dan gejalanya bisa berupa demam, nyeri otot, mual, diare, sakit kepala, hingga gejala berat seperti kaku pada leher, kebingungan, dan kejang.

Infeksi ini dapat berakibat serius bahkan fatal, terutama bagi ibu hamil karena dapat menyebabkan keguguran atau bayi lahir mati.

4. Clostridium Botulinum

Ilustrasi Clostridium Botulinum (Animal Life Club)

Clostridium botulinum adalah bakteri berbentuk batang yang sangat berbahaya karena menghasilkan racun yang disebut neurotoksin botulinum. Bakteri ini hidup terutama di tempat yang tidak ada oksigen, seperti makanan kaleng yang disimpan tidak benar atau lingkungan anaerob lainnya.

Bakteri ini juga dapat membentuk spora yang tahan terhadap kondisi ekstrem dan bisa ditemukan di tanah, sungai, dan makanan.

Clostridium botulinum adalah bakteri berbentuk batang yang sangat berbahaya karena menghasilkan racun yang disebut neurotoksin botulinum. Bakteri ini hidup terutama di tempat yang tidak ada oksigen, seperti makanan kaleng yang disimpan tidak benar atau lingkungan anaerob lainnya.

Bakteri ini juga dapat membentuk spora yang tahan terhadap kondisi ekstrem dan bisa ditemukan di tanah, sungai, dan makanan.

Racun yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum menyerang sistem saraf, menyebabkan penyakit serius yang disebut botulisme. Botulisme bisa menyebabkan kelumpuhan otot, termasuk otot yang mengontrol pernapasan, sehingga dapat berujung pada kematian jika tidak ditangani dengan cepat.

Penyakit ini dapat terjadi melalui tiga cara utama, yaitu karena keracunan makanan yang mengandung racun, luka yang terinfeksi bakteri, dan inhalasi racun.

Beberapa hal yang memicu tumbuhnya bakteri ini dan produksi racun antara lain lingkungan dengan oksigen sangat rendah, makanan yang tidak dimasak atau disimpan dengan benar, serta makanan dengan tingkat keasaman rendah.

Kontributor : Gradciano Madomi Jawa

Load More