Tekno / Tekno
Jum'at, 10 Oktober 2025 | 20:19 WIB
Ilustrasi keuangan tidak sehat (Freepik/Freepik)
Baca 10 detik
  • Riset dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) menyatakan kalau indeks inklusi keuangan mencapai 66,46 persen di tahun 2025. Begitu pula dengan indeks inklusi keuangan yang memperoleh 80,51 persen.
  • Jika dibandingkan dari survei tahun 2024, hasil riset 2025 ini memang meningkat. Tercatat indeks literasi keuangan tahun lalu hanya 65,43 persen dan inklusi keuangan 75,02 persen.
  • Ruang edukasi keuangan masih terbuka lebar, khususnya untuk Gen Z Indonesia.

Suara.com - Riset dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) menyatakan kalau indeks inklusi keuangan mencapai 66,46 persen di tahun 2025. Begitu pula dengan indeks inklusi keuangan yang memperoleh 80,51 persen.

Jika dibandingkan dari survei tahun 2024, hasil riset 2025 ini memang meningkat. Tercatat indeks literasi keuangan tahun lalu hanya 65,43 persen dan inklusi keuangan 75,02 persen.

Kendati begitu ruang edukasi keuangan masih terbuka lebar, khususnya untuk Gen Z Indonesia. Sebab mereka masih dinilai perlu mampu mengelola tabungan, dana darurat, hingga terhindari dari praktik pinjaman online (Pinjol) ilegal maupun penipuan.

Berbekal dari sana, PT Visionet Internasional atau OVO menghadirkan Fintech Academy untuk menutup kesenjangan literasi keuangan di Indonesia. Program yang hadir sejak 2021 ini adalah hasil kolaborasi perusahaan dengan berbagai institusi pendidikan.

Direktur Utama OVO, Karaniya Dharmasaputra menyatakan Fintech Academy dirancang sebagai upaya untuk ikut mendorong kapasitas akademik di area teknologi keuangan (fintech) di kalangan mahasiswa lewat kolaborasi antara dunia pendidikan dan pelaku industri. 

"Program yang menggabungkan antara teori dan praktik ini tidak hanya memberikan mahasiswa pemahaman konseptual mengenai inovasi dan regulasi di sektor keuangan digital, tetapi juga mengembangkan kemampuan analisa dalam melihat peluang dan risiko," katanya, dikutip dari siaran pers, Jumat (10/10/2025).

Ilustrasi Ovo

Untuk tahun ini, OVO melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Universitas Indonesia (UI). Perjanjian ini mencakup program magang, peluang rekrutmen, dosen tamu, hingga kunjungan perusahaan. 

“Fintech Academy menjadi ruang kolaborasi yang relevan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia untuk mengasah wawasan sekaligus keterampilan di bidang keuangan digital," kata Yulianti Abbas selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.  

Selain itu, Nota Kesepahaman juga berlangsung dengan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Adhyaksa. Kerja sama ini meliputi perjanjian pengadaan program seminar & kuliah umum dengan tema panel diskusi Ekonomi Digital Indonesia: Peluang Inklusi dan Tantangan Kejahatan Siber.

Baca Juga: Edukasi Keuangan Untuk Para Guru di Sekolah

“Kolaborasi industri-akademia melalui Fintech Academy memperkaya kurikulum kami dan membuka jalur bagi mahasiswa untuk memahami tantangan nyata di sektor fintech," ungkap Hasbullah selaku Ketua STIH Adhyaksa.

Sejak diluncurkan pada 2021, Fintech Academy menjadi kanal edukasi yang melibatkan OVO, OVO Finansial (PT Indonusa Bara Sejahtera), Bareksa, dan sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. 

Program ini bertujuan untuk membekali kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kesadaran dan pengembangan skills, serta exposure terhadap praktik industri fintech. 

Manfaat utama bagi mahasiswa meliputi wawasan langsung dari pakar industri, pembaruan tentang tren fintech, keterampilan yang relevan untuk karier di sektor finansial teknologi, pemahaman mendalam tentang produk, dan risiko keuangan digital.  

Load More