Tekno / Sains
Kamis, 30 Oktober 2025 | 10:22 WIB
Banyak wilayah di Jamaika terdampak parah akibat Badai Melissa (EPA)

Suara.com - Jamaika diguncang badai paling kuat dalam sejarah modernnya setelah Badai Melissa menerjang pulau itu pada Selasa (29/10/2025). Badai kategori 5 ini memporak-porandakan rumah, menumbangkan pepohonan, dan memutus aliran listrik di sebagian besar wilayah.

Menurut laporan dari BBC, sekitar tiga perempat wilayah Jamaika kini tanpa listrik, sementara hujan deras dan angin kencang menyebabkan banjir besar di bagian barat pulau. Banyak rumah rusak berat, bahkan beberapa daerah tergenang hingga atap rumah dua lantai.

Seorang pejabat setempat menggambarkan kondisi pulau itu seperti “adegan film kiamat.” Suasana mencekam masih terasa, sementara komunikasi terputus di banyak wilayah membuat jumlah korban dan kerusakan belum sepenuhnya diketahui.

Perdana Menteri Andrew Holness langsung menetapkan Jamaika sebagai daerah bencana nasional, memperingatkan adanya “kerusakan signifikan” pada rumah sakit, sekolah, dan infrastruktur publik.

“Dampak badai ini sangat menghancurkan. Kami belum mendapat laporan resmi soal korban jiwa, tapi saya khawatir akan ada yang kehilangan nyawa,” ujar Holness kepada CNN.

Kota wisata Montego Bay menjadi salah satu wilayah paling parah terdampak. Wali kotanya, Richard Vernon, melaporkan bahwa kota itu kini “terbelah dua” akibat banjir. Jalan utama terendam, memutus akses antara bagian utara dan selatan kota.

“Begitu angin mulai reda, hujan deras langsung mengguyur. Air naik sangat cepat dan memutus jalur utama,” katanya.

Kondisi serupa juga terjadi di paroki St. Elizabeth, wilayah pertanian utama Jamaika. Tanaman pangan terendam, lahan pertanian rusak parah, dan beberapa keluarga terjebak di rumah mereka.

“Kami kesulitan mengevakuasi warga karena kondisi sangat berbahaya,” kata Desmond McKenzie, Menteri Pemerintahan Lokal Jamaika.

Baca Juga: Diduga Sentil Balik Badai, Sammy Simorangkir: Orang Dewasa Tuh Ngobrol!

Di desa Carlisle, Verna Genus, seorang petani berusia 73 tahun, kehilangan atap rumahnya saat badai melanda. Ia berlindung bersama anak dan cucunya yang masih bayi ketika angin kencang menerjang. “Kami hanya bisa berdoa. Tiba-tiba atap hilang begitu saja,” kata saudaranya, June Powell, kepada BBC (29/10/2025).

Badai Melissa tidak hanya meninggalkan kehancuran, tapi juga kisah-kisah luar biasa. Di tengah kekacauan, tiga bayi dilahirkan di rumah sakit Jamaika ketika badai sedang mencapai puncaknya.

“Satu bayi lahir dengan selamat di tengah kondisi darurat. Kami menyebutnya ‘bayi Melissa’,” ujar Menteri McKenzie dengan nada haru.

Meski begitu, situasi di lapangan masih menegangkan. Banyak warga kehilangan tempat tinggal dan masih menunggu bantuan. Seorang perempuan di Montego Bay mengaku ketakutan melihat air masuk dari atap rumahnya. “Air datang dari segala arah. Saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana,” ujarnya.

Badai Melissa mencapai kecepatan angin 298 km/jam, bahkan lebih kuat dari Hurricane Katrina yang menghantam New Orleans pada 2005. Badai ini menumbangkan tiang listrik, merobohkan pohon besar, dan menghancurkan ribuan rumah di sepanjang jalurnya.

Menurut para ahli cuaca, badai ini menguat dengan sangat cepat karena pemanasan laut Karibia yang tidak normal, yang diduga kuat dipicu oleh perubahan iklim global.

Load More