Suara.com - Lembaga pemeringkat kredit interasional Fitch merevisi peringkat kredit Rusia dari stabil menjadi negative. Langkah itu diambil setelah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi baru kepada Rusia terkait krisis politik di Ukraina. Apabila sebuah negara mendapatkan peringkat kredit negatif, maka akan sulit bagi perbankan atau perusahaan negara itu untuk mendapatkan pinjama dari institusi keuangan internasional.
“Revisi peringkat kredit Rusia menjadi negatif merupakan dampak potensial dari sanksi terhadap Rusia di sektor ekonomi dan bisnis,” kata Fitch dalam keterangan tertulisnya.
Fitch mengatakan, perbankan di Amerika dan Uni Eropa kemungkinan besar tidak akan mau memberikan pinjama kepada Rusia terkait sanksi yang sudah dijatuhkan oleh Amerika dan Uni Erppa. Karena itu, perekonomian Rusia kemungkinan akan melambat dan sektor swasta memerlukan dukungan khusus.
Kamis lalu, Presiden Amerika Serikat Barrack Obama telah mengumumkan sanski baru kepada 20 warga negara Rusia, termasuk sejumlah sahabat dekat Presiden Vladimir Putin atas pengambilalihan wilayah Krimea dari Ukraina.
Uni Eropa juga sudah membekukan asset dan mengeluarkan larangan bepergian kepada 12 warga Rusia dan Ukraina. Fitch juga menilai, investor asing akan melakukan antisipasi adanya tindakan berikutnya dan membatasi entitas Rusia mengakses pembiayaan eksternal.
“Skenario terburuknya, Amerika Serikat akan mencegah institusi keuangan asing melakukan bisnis dengan perbankan dan perusahaan Rusia,” tulis Fitch.
Kemarin, Standard and Poor’s juga merevisi peringkat kredit Rusia dari stabil menjadi negatif. Lembaga itu menilai, sanksi yang dijatuhkan Amerika dan Uni Eropa akan berdampak negatif kepada perekonomian Rusia. (AFP/CNA)
Berita Terkait
-
Analis Beri Peringatan: Reshuffle Menkeu Bisa Ancam Peringkat Utang Indonesia
-
Peringkat Kredit Indonesia Stagnan, Sri Mulyani Bilang Begini
-
Prospek Kinerja Kian Membaik, Fitch Kerek Rating Bank Mandiri Jadi AAA (Idn)/'BBB dengan Outlook Stable
-
Outlook Stabil, KB Bank Kembali Meraih Level AAA dari Fitch Ratings
-
Warning Asing Soal Risiko Fiskal RI Meningkat Gara-gara Program Makan Siang Gratis Prabowo
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
-
Menkeu Purbaya Pamer Topi '8%' Sambil Lempar Bola Panas: Target Presiden, Bukan Saya!
Terkini
-
Pemerintah Dorong Investasi Lab & Rapid Test Merata untuk Ketahanan Kesehatan Nasional
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Transaksi Belanja Online Meningkat, Bisnis Logistik Ikut Kecipratan
-
Regulator Siapkan Aturan Khusus Turunan UU PDP, Jamin Konsumen Aman di Tengah Transaksi Digital
-
Kredit BJBR Naik 3,5 Persen, Laba Tembus Rp1,37 Triliun
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
MedcoEnergi Umumkan Pemberian Dividen Interim 2025 Sebesar Rp 28,3 per Saham
-
Penyeragaman Kemasan Dinilai Bisa Picu 'Perang' antara Rokok Legal dan Ilegal
-
Meroket 9,04 Persen, Laba Bersih BSI Tembus Rp 5,57 Triliun di Kuartal III-2025