Suara.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo mengatakan lautan Indonesia mampu menyerap karbon hingga 138 juta ton per tahun.
"Ekosistem pesisir dan lautan Indonesia memiliki kontribusi yang sangat besar dalam penyerapan karbon yakni emisi gas rumah kaca termasuk dioksida (CO2) yang berasal dari aktivitas manusia yang telah mengubah iklim dunia," kata Sharif, dalam acara Symposium International Blue Carbon 2014 di Manado, Kamis (15/4/2014).
Baru-baru ini, kata Sharif para ilmuwan menemukan fungsi penting dari ekosistem pesisir dan laut tropis sebagai penyerapan dan penyimpanan karbon yang dikenal dengan karbon blue (Blue Carbon).
Menurut Sharif, ekosistem lamun dapat menyimpan hingga 830 ton karbon per meter kubik per hektare, terutama di sedimen di bawah padang lamun.
Kata dia, ekosistem mangrove telah dikenal memiliki produktivitas yang tinggi dalam siklus karbon. Ekosistem ini dapat menyimpan sejumlah besar karbon dalam sedimen organik yang dalam, dan menyimpan lima kali lebih banyak karbon.
"Jumlah penyimpanan karbon yang tinggi ini menunjukkan bahwa ekosistem mangrove dapat memainkan peranan penting dalam mitigasi perubahan iklim. Kita dapat membayangkan berapa banyak karbon yang tersimpan dalam kedua ekosistem ini," jelas Sharif.
Indonesia, katanya, sebagai negara kepulauan, terletak di sepanjang garis khatulistiwa pada 'Jantung' yang disebut segitiga karang. Karakteristik geografisnya menyebabkan iklim hangat di seluruh negeri dan telah membuat lingkungan laut dan pesisir menjadi habitat yang cocok untuk pertumbuhan mangrove.
"Indonesia memiliki ekosistem mangrove 3,1 juta hektar atau 23 persen dari mangrove dunia dan padang lamun yang terbesar di dunia yaitu 30 juta hektar," jelasnya. (Antara)
Berita Terkait
-
Buku Putih UMKM Hijau Diluncurkan, Targetkan Ekonomi Rendah Karbon 2045
-
Penelitian Terbaru: Tanah Hutan Tropis Berpotensi Melepaskan Karbon dalam Jumlah Besar
-
Terungkap! Budidaya Tiram Bukan Biang Kerok Emisi, Malah Jadi Solusi Krisis Iklim?
-
Pertamina Berhasil Reduksi 1 Juta Ton Emisi Karbon, Disebut Bisa Jadi Trendsetter
-
KKP Siapkan 17 'Harta Karun' untuk Selamatkan Bumi dan Ekonomi
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
Terkini
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
Kemenhub 'Gandeng' TRON: Kebut Elektrifikasi Angkutan Umum, Targetkan Udara Bersih dan Bebas Emisi!
-
Harris Arthur Resmi Pimpin IADIH, Siap Lawan Mafia Hukum!
-
Fakta-fakta Demo Timor Leste: Tekanan Ekonomi, Terinspirasi Gerakan Warga Indonesia?
-
Alasan Eks Menteri Sebut DJP 'Berburu Pajak di Kebun Binatang': Masalah Administrasi Serius
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri
-
Spesifikasi E6900H dan Wheel Loader L980HEV SDLG Indonesia
-
Kartu Debit Jago Syariah Kian Populer di Luar Negeri, Transaksi Terus Tumbuh
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah