Suara.com - Capaian ekonomi dan progres demokrasi di Indonesia pascareformasi khususnya sepanjang 2004-2014 telah menunjukkan kepada dunia bahwa kemajuan ekonomi dapat berjalan bersama-sama dengan kematangan demokrasi.
Staf khusus Presiden bidang pembangunan dan ekonomi Firmanzah mengatakan, pada periode 2004-2014, Indonesia mencatatkan kinerja yang menjadi buah bibir dunia khususnya di bidang pembangunan ekonomi dan demokrasi.
“Dalam bidang ekonomi, pertumbuhan 2004-2013 terjaga positif dan stabil bahkan ketika ekonomi dunia diperhadapkan pada krisis keuangan global 2008, pada tahun 2006, Indonesia berhasil melunasi sejumlah utang kepada IMF yang dipandang telah membebani fiskal dan menganggu proses pemulihan ekonomi nasional,” papar Firmanzah.
Pada 2009, Indonesia termasuk salah satu negara yang mendapatkan efek yang paling minimum dari krisis pasar keuangan global 2008.
“Presiden SBY telah membuktikan bahwa kemajuan ekonomi dan proses demokratisasi tidak saling meniadakan, bahkan dapat berjalan beriringan,” jelas Firmanzah seperti dilansir dari laman Setkab.go.id, Senin (26/5/2014).
Pada 2011, lanjut Firmanzah, Indonesia kembali menunjukkan kinerja ekonomi yang menggembirakan dengan bergabungnya Indonesia ke dalam kelompok Trillion Dollar Club, kelompok negara-negara dengan GDP-PPP lebih dari 1 triliun dollar AS.
Masih pada tahun 2011, ungkap Firmanzah, ekonomi Indonesia tercatat sebagai ekonomi terbesar peringkat 17 di dunia berdasarkan indikator GDP (saat ini peringkat 16). Sementara Bank Dunia beberapa waktu lalu menempatkan Indonesia di peringkat 10 negara dengan GDP-PPP terbesar di dunia.
Sepanjang 2004-2014, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga relatif stabil di kisaran 5-6 persen (kecuali 2009 sebesar 4,9 persen).
“Pertumbuhan tinggi dan positif ini mendudukkan Indonesia sebagai negara pertumbuhan tertinggi bersama Cina diantara negara-negara G20 lainnya,” terang Firmanzah.
Menurut dia, pertumbuhan tinggi ditunjukkan ekonomi Indonesia bahkan terjadi ketika perlambatan global terjadi hampir di sebagian besar negara-negara berkembang.
Berita Terkait
-
Waduh, Banjir Sumatra dan Aceh Bisa Bikin Ekonomi Indonesia Minus 0,12 Persen
-
Kemenkeu Klaim Ekonomi Indonesia Menguat, dari Permintaan Domestik hingga Kinerja Ekspor
-
Di Balik Angka Pertumbuhan 5 Persen: Prabowo Ungkap Realitas Pahit Petani, Nelayan, dan Guru
-
Pidato Kenegaraan: Prabowo Umumkan Ekonomi Tumbuh Pesat dan Investasi Rekor di Awal Pemerintahan
-
Invasi Gerai China: 4000+ Gerai F&B Serbu Indonesia, UMKM Lokal Terancam?
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
Terkini
-
Peran PU Berubah, Kini Tak Hanya Bangun Proyek Infrastruktur
-
PLN Jamin Ketersediaan SPKLU demi Kenyamanan Pengguna Kendaraan Listrik Sepanjang Nataru
-
Kapitalisasi DRX Token Tembus Rp2,4 Triliun, Proyek Kripto Lokal Siap Go Global
-
Saham Emiten Keluarga Bakrie Mulai Bangkit dari Kubur
-
Eks Tim Mawar Untung Budiharto Kini Bos Baru Antam
-
Sempat Rusak Karena Banjir, Jasa Marga Jamin Tol Trans Sumatera Tetap Beroperasi
-
Banyak Materai Palsu di E-Commerce, Pos Indonesia Lakukah Hal Ini
-
Mendag Dorong Pembentukan Indonesia Belarus Business Council
-
Tekanan Jual Dorong IHSG Merosot ke Level 8.649 Hari Ini
-
Bank Mega Syariah Luncurkan Program untuk Tingkatkan Frekuensi Transaksi