Suara.com - Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings dalam rilis terbaru mengingatkan pemerintahan baru hasil pemilihan umum untuk meneruskan reformasi struktural, agar Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi yang berkelanjutan.
"Reformasi struktural untuk mendorong produktivitas, termasuk menciptakan lingkungan bisnis dengan menghilangkan hambatan birokrasi serta membenahi infrastruktur, agar pertumbuhan ekonomi kembali ke masa sebelum 2008 yaitu di atas enam persen," bunyi pernyataan Fitch yang diterima di Jakarta, Rabu (9/7/2014).
Fitch memaparkan reformasi struktural dalam jangka panjang dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, namun saat ini Indonesia harus mengatasi gangguan turbulensi dan tekanan eksternal agar stabilisasi ekonomi tetap terjaga.
"Fitch percaya dengan prospek Indonesia yang akan mengantisipasi kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed, melalui prioritas maupun kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilisasi ekonomi dalam jangka pendek," bunyi pernyataan itu lebih lanjut.
Saat ini, ekonomi Indonesia masih rentan karena defisit transaksi berjalan sempat mengalami pelebaran, masih tergantung dari harga komoditas di pasar internasional yang melemahkan sektor ekspor dan pasar keuangan yang dangkal.
Pelemahan nilai tukar rupiah ikut menyebabkan tingginya nilai impor minyak, yang menyebabkan pemerintah harus meningkatkan defisit anggaran dalam APBN-Perubahan dari sebelumnya 1,7 persen menjadi 2,4 persen terhadap PDB.
"Fitch percaya upaya mengatasi beban belanja subsidi tidak akan tercapai, tanpa adanya revisi harga BBM. Risiko dari kebijakan ketat The Fed, berpotensi meningkatkan gejolak di pasar keuangan, selain dampak fiskal karena peningkatan belanja subsidi," ujar rilis itu.
Pemerintah dan Bank Indonesia telah berupaya melakukan kebijakan fiskal dan moneter ketat, yang terlihat dari turunnya defisit neraca perdagangan hingga 2,4 juta dolar AS dari sebelumnya 9,1 juta dolar AS pada September 2013.
Selain itu, cadangan devisa meningkat 8,3 persen year to date hingga mencapai kisaran 108 juta dolar AS pada Juli 2014. Kebijakan moneter ketat terlihat dari inflasi yang turun 6,7 persen year on year, dan perlambatan pertumbuhan kredit hingga 17,4 persen.
Fitch mencatat kemampuan dua kandidat calon presiden dalam melaksanakan kebijakan di tingkat nasional belum teruji, namun ditunggu adanya implementasi kebijakan ekonomi dari pemerintahan baru yang berpengaruh langsung terhadap peringkat utang Indonesia. (Antara)
Berita Terkait
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI: 5,2% di 2025, 5,4% pada 2026
-
Purbaya Ungkap Alasan Sebenarnya Ekonomi Indonesia Tertahan di Awal Tahun
-
Purbaya Sebut Ekonomi RI Lambat 8 Bulan Pertama 2025 karena Salah Urus, Sindir Sri Mulyani?
-
ADB Revisi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Ini Menjadi di Bawah 5 Persen
-
Analis Beri Peringatan: Reshuffle Menkeu Bisa Ancam Peringkat Utang Indonesia
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Tahun 2025, Update Terbaru OJK Desember
-
Daftar Bank yang Tutup dan 'Bangkrut' Selama Tahun 2025
-
Pemerintah Kucurkan Bantuan Bencana Sumatra: Korban Banjir Terima Rp8 Juta hingga Hunian Sementara
-
Apa Itu MADAS? Ormas Madura Viral Pasca Kasus Usir Lansia di Surabaya
-
Investasi Semakin Mudah, BRI Hadirkan Fitur Reksa Dana di Super Apps BRImo
-
IPO SUPA Sukses Besar, Grup Emtek Mau Apa Lagi?
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
BUMN Infrastruktur Targetkan Bangun 15 Ribu Huntara untuk Pemulihan Sumatra
-
Menpar Akui Wisatawan Domestik ke Bali Turun saat Nataru 2025, Ini Penyebabnya
-
Pemerintah Klaim Upah di Kawasan Industri Sudah di Atas UMP, Dorong Skema Berbasis Produktivitas