Suara.com - Pemerintah menargetkan pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 10.000 MW per tahun untuk memenuhi kebutuhan 240.000 MW pada 2031.
Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo saat membuka Pameran Kelistrikan Indonesia 2014 di Jakarta, Rabu (1/10/2014) mengatakan, pembangunan pembangkit dengan daya sebesar itu mau tidak mau harus dilakukan.
"Pembangunan pembangkit tidak boleh terlambat. Kalau terlambat, maka kita bakal krisis," ujarnya.
Menurut dia, saat ini, kapasitas daya terpasang pembangkit mencapai sekitar 50.000 MW. Sementara, pada 2022, kebutuhan daya listrik bakal mencapai 125.000 MW dan 2031 meningkat hampir dua kali lipat menjadi 240.000 MW.
"Artinya, kita harus menyediakan pembangkit berkapasitas 10.000 MW per tahun," ujarnya.
Perkiraan kebutuhan pembangkit tersebut dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5-7 persen, tingkat pertambahan penduduk 1,1 persen, dan pertumbuhan konsumsi listrik 8-9 persen.
Susilo juga mengatakan, dengan perkiraan biaya dua juta dolar AS per MW, maka kebutuhan investasi untuk membangun pembangkit 10.000 MW mencapai 20 miliar dolar atau sekitar Rp200 triliun per tahun.
"Kebutuhan investasi ini akan disediakan PT PLN (Persero) dan swasta," katanya.
Menurut dia, pemerintah akan membuat regulasi untuk mempermudah dan menghapuskan hambatan investasi.
Susilo juga mengatakan, penyediaan pembangkit akan mengandalkan bahan bakar batubara dan gas. Ke depan, lanjutnya, pemerintah tidak lagi mengekspor batubara, namun akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pembangkit listrik.
"Energi baru dan terbarukan khususnya tenaga air juga akan ditingkatkan, meski tidak bisa maksimal," katanya.
Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman menambahkan, pemerintah akan membuat program percepatan pembangunan pembangkit (fast track program/FTP) untuk memenuhi kebutuhan hingga 2031.
"Saat ini, kita sedang melaksanakan FTP 1 dan 2, kita akan buat FTP 3 dan seterusnya," katanya. (Antara)
Berita Terkait
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Pengguna PLTS Atap Meningkat 18 Kali Lipat, PLN Buka Kouta Baru untuk 2026
-
PLN Pastikan Kesiapan SPKLU Lewat EVenture Menjelang Natal 2025 & Tahun Baru 2026
-
PLN Fokus Perkuat Layanan SPKLU di Yogyakarta, Dukung Kenyamanan Pengguna Saat Libur Nataru
-
PLN Resmikan SPKLU Center ke-6 di Jawa Barat, Siap Hadapi Lonjakan Pengguna EV Saat Nataru
Terpopuler
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
-
Statistik Suram Elkan Baggott Sepanjang 2025, Cuma Main 360 Menit
Terkini
-
SIM Mati Bisa Diperpanjang? Ini Syarat Terbaru dan Biayanya
-
LPDB Dorong Koperasi Pondok Pesantren Jadi Mitra Strategis Koperasi Desa Merah Putih
-
Minim Sentimen, IHSG Berakhir Merosot ke Level 8.618 Hari Ini
-
Rundown dan Jadwal Ujian CAT PPPK BGN 2025 18-29 Desember 2025
-
ESDM Mulai Jalankan Proyek Pipa Gas Dusem, Pasok Energi dari Jawa ke Sumatera
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Riset: Banyak Peminjam Pindar Menderita Gunakan Skema Pembayaran Tadpole
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Rupiah Terus-terusan Meloyo, Hari Ini Tembus Rp 16.700
-
Purbaya Umumkan APBN Defisit Rp 560,3 Triliun per November 2025, 2,35% dari PDB