Suara.com - LSM Perumahan Indonesia Property Watch (IPW) mengindikasikan adanya kejenuhan dalam sektor properti. Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Traghanda mengatakan, ada sejumlah lokasi yang perlu diwaspadai berpotensi mengalami kejenuhan akibat over supply.
“Pengamatan terhadap siklus pasar properti menjadi dasar analisis yang telah dibuktikan dengan market warning pada tahun 2010 mengenai perlambatan pasar properti di tahun 2014 yang nyata telah terjadi saat ini,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (3/10/2014).
Meskipun demikian, Ali mengatakan, tidak semua lokasi mengalami perlambatan karena beberapa sektor di beberapa lokasi justru menunjukkan peningkatan menyusul perkembangan pasar properti di Jabodetabek yang relatif sudah jenuh. Yang terjadi, kata dia, pergeseran dari sebuah sektor ke sektor lain dikarenakan kondisi pasar yang telah jenuh.
Menurut dia, segmen hunian landed mengalami pergeseran dari segmen atas ke segmen menengah (Rp500 juta – Rp1 miliar) sedangkan di sektor apartemen juga terjadi pergeseran ke segmen menengah (Rp300 – Rp500 juta).
Di sisi lain, ujarnya, fenomena latah masih mewarnai pembangunan di Indonesia. Seperti terlihat maraknya pengembangan apartemen menengah yang sangat banyak memasuki wilayah Serpong dan Bekasi. Pengembang mengklaim mempunyai pasar yang potensial, namun perlu kehati-hatian ketika pasokan semakin banyak sedangkan pasar tidak bertumbuh seperti yang diharapkan.
“Fenomena apartemen pun telah muncul di Serpong dikarenakan harga tanah yang sudah semakin tinggi di wilayah ini mengakibatkan pengembang lebih memilih pengembangan hunian vertikal untuk memberikan tingkat optimalisasi lahan yang lebih baik. Pasokan untuk rumah mewah pun semakin terbatas karena harga sudah mencapai titik jenuh untuk dibangun rumah mewah,” jelasnya.
Kelatahan di sektor perhotelan khususnya di Bali pun telah memasuki pasar jenuh dengan banyaknya investor yang berlomba-lomba membangun hotel disana. Aktivitas ini membuat harga tanah ikut terkerek naik dan semakin tinggi. Namun hal itu tidak menyurutkan investor untuk membangun hotel meskipun secara investasi dipertanyakan tingkat kelayakannya dengan harga tanah yang sudah membumbung tinggi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Daftar Pemegang Saham BUMI Terbesar, Dua Keluarga Konglomerat Masih Mendominasi
-
Tips dan Cara Memulai Investasi Reksa Dana dari Nol, Aman untuk Pemula!
-
Danantara Janji Kembalikan Layanan Premium Garuda Indonesia
-
Strategi Bibit Jaga Investor Pasar Modal Terhindar dari Investasi Bodong
-
ESDM Ungkap Alasan Sumber Listrik RI Mayoritas dari Batu Bara
-
Program Loyalitas Kolaborasi Citilink dan BCA: Reward BCA Kini Bisa Dikonversi Jadi LinkMiles
-
IHSG Berbalik Loyo di Perdagangan Kamis Sore, Simak Saham-saham yang Cuan
-
COO Danantara Tampik Indofarma Bukan PHK Karyawan, Tapi Restrukturisasi
-
COO Danantara Yakin Garuda Indonesia Bisa Kembali Untung di Kuartal III-2026
-
Panik Uang di ATM Mendadak Hilang? Segera Lakukan 5 Hal Ini