Suara.com - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas mengungkapkan bahwa pembangunan Pelabuhan Cilamaya, di daerah Karawang, Jawa Barat (Jabar), terpaksa harus ditunda kembali. Ini lantaran kajian perencanaan pembangunan yang kurang lengkap, sehingga pembangunan pelabuhan terpaksa harus digeser ke timur Cilamaya.
Padahal diketahui, kajian tersebut telah berlangsung sejak era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kini yang jelas, dengan adanya perubahan lokasi pembangunan tersebut, pemerintah harus melakukan studi kelayakan kembali, dan proses pembangunan pelabuhan pun bakal molor.
"Kajian Pelabuhan Cilamaya kemarin belum lengkap. Tidak memasukkan hal penting, seperti ada 200 anjungan dan sumur minyak gas (migas). Lalu (akhirnya) diputuskan tidak mungkin dibangun di Cilamaya," ungkap Menteri PPN/Kepala Bappenas, Andrinof A Chaniago, Kamis (9/4/2015), di Jakarta.
Andrinof mengatakan, sebagai alternatif atau pengganti, pembangunan pelabuhan akan bergeser ke arah timur, antara Subang ke Indramayu, dan bukan ke wilayah barat seperti Bekasi. Namun ditegaskannya, penentuan lokasi pelabuhan itu pun masih harus menunggu kajian tambahan.
"Karena lokasinya berpindah, mau tidak mau kita harus mengkaji kembali dengan melakukan studi kelayakan. Tapi ini sifatnya kajian tambahan, bukan mengulang kajian baru lagi, ya, dari yang sebelumnya. Nanti bakal dilihat kebutuhannya bagaimana, lokasinya bagaimana," jelasnya.
Rencananya, menurut Andrinof, kajian tambahan pembangunan Pelabuhan Cilamaya ini akan melibatkan pihak swasta, termasuk hingga ke pembangunannya.
"Nanti kita lihat mana yang lebih menguntungkan. Kalau pengennya sih swasta. Itu kalau bisa. Soalnya swasta kan enak, pemerintah tidak perlu keluar uang," terang Andrinof.
Dijelaskan Andrinof pula, kajian tambahan yang berisi tentang penentuan lokasi pelabuhan pengganti Cilamaya itu akan memakan waktu sekitar enam bulan. Itu artinya, kajian tersebut harus selesai pada tahun ini.
"Kajian itu untuk menentukan lokasi persis pelabuhan, sebagai bagian dari proses pembangunan," jelasnya.
Seperti diketahui, rencana pembangunan pelabuhan di Cilamaya terus mengalami penundaan, sejak mulai direncanakan pada tahun 2010 silam. Pemerintah telah membuat tim gabungan guna mengkaji rencana pembangunan pelabuhan di Cilamaya tersebut. Hasilnya pun telah diserahkan ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada awal bulan Maret lalu.
Penundaan masih harus terjadi, antara lain lantaran PT Pertamina (Persero) pernah melakukan penolakan atas rencana pembangunan pelabuhan tersebut, mengingat banyaknya aktivitas perminyakan di wilayah tersebut. Artinya, pembangunan tersebut bagi Pertamina berpotensi merugikan perusahaan. Tepatnya, lokasi pembangunan tersebut berada di jalur distribusi gas milik Pertamina, sehingga dinilai akan mengganggu pasokan energi ke industri, bahkan pasokan listrik untuk wilayah Jakarta.
"Pupuk Kujang dapat pasokan gasnya dari situ. Dia produksi 1 juta ton pupuk untuk pertanian. Kemudian listrik Jakarta juga dari ONWJ. Suplai gas untuk kilang Balongan juga. Kalau ini terganggu, maka BBM juga terganggu," ujar VP Corporate Communication PT Pertamina, Ali Mudakir, dalam satu kesempatan.
Sementara itu sesuai rencana awalnya, Pelabuhan Cilamaya yang hendak dibangun dinilai dapat memperlancar pengiriman barang di jalur laur. Hal itu karena akan dapat menghemat waktu tanpa harus berdesak-desakan di Pelabuhan Tanjung Priok, serta dapat menghemat biaya logistik karena perjalanan yang lebih singkat.
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
IHSG Rebound Fantastis di Sesi Pertama 16 Oktober 2025, Tembus Level 8.125
-
Dipecat PSSI, Ini 3 Pekerjaan Baru yang Cocok untuk Patrick Kluivert
-
4 Fakta Radiasi Cs-137 PT PMT Cikande: Pemilik Diduga WNA Kabur ke Luar Negeri?
-
Harga Emas Melonjak! Antam Tembus Level Rp 2.622.000 di Pegadaian, UBS Ikut Naik
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
Terkini
-
Sawah Baru di Tanah Laut Siap Dongkrak Produksi Padi Kalsel, Kementan Perkuat Mekanisasi Pertanian
-
Kepemilikan Bitcoin Korporat Meledak 40 Persen, Sentuh Rekor US$117 Miliar
-
Danantara Ungkap Alasan Enggan Siram Duit di Pasar Saham Indonesia
-
NHM Gelar Simulasi Tanggap Darurat Karhutla, Perkuat Kesiapsiagaan di Tambang Indonesia Timur
-
Dari Ruang Kelas ke Lapangan: NHM Siapkan Talenta Tambang Masa Depan dari Halmahera Utara
-
BRI Dukung UMKM dan Program 3 Juta Rumah Lewat KPP serta KPR FLPP
-
Prabowo Minta Bos Danantara Rampingkan Perusahaan BUMN Hanya Jadi 200
-
Setahun Pemerintahan Presiden Prabowo, DPR Sebut Kebijakan Pangan Arahnya Tepat Sejahterakan Petani
-
Inovasi Sampah Sawit BWPT Kalahkan Raksasa Global Tesco Hingga Lenovo di New York
-
Panasonic Water Purification System: Solusi Air Bersih Buat Keluarga Kekinian