- Menkeu Purbaya mengkaji untuk menurunkan tarif PPN dari saat ini 11 persen.
- Meski demikian langkah ini tidak mudah, dia mengaku harus bersikap hati-hati.
- Purbaya mengaku akan melihat kondisi ekonomi terlebih dahulu.
Suara.com - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa kembali melontarkan wacana kebijakan yang berpotensi mengguncang perekonomian nasional dengan mengkaji penurunan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang saat ini berada di angka 11 persen.
Wacana ini diajukan dengan alasan ingin mendorong permintaan dan pertumbuhan ekonomi, namun dipastikan akan dilakukan dengan penuh kehati-hatian.
"Jadi pada dasarnya kita lihat kondisi ekonomi kita ke depan. Kan saya perlu dorong permintaan juga kan," terang Purbaya usai rapat di kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak (DJP), Jakarta, Rabu (15/10/2025).
Meskipun wacana ini terdengar menarik bagi konsumen dan pelaku usaha, Purbaya menegaskan bahwa belum ada keputusan final. Bendahara Negara itu tidak mau gegabah. Ia akan menunggu hingga kinerja ekonomi di kuartal pertama tahun 2026 terlihat jelas.
Purbaya khawatir, jika kebijakan penurunan PPN diterapkan terlalu cepat atau tidak tepat, justru akan berdampak buruk, terutama pada defisit anggaran negara.
"Saya lihat dulu, saya harus hati-hati, jangan sampai saya turunin tahu-tahu berantakan semuanya, nanti defisitnya di atas 3 persen, jadi kita harus timbang-timbang mana yang paling baik," ujar mantan Ketua LPS itu.
Menurutnya, data pertumbuhan ekonomi di awal tahun depan akan menjadi penentu. "Setelah triwulan pertama tahun depan saya akan bisa melihat sepertinya sistem terhadap perubahan kebijakan fiskal dalam hal manage uang seperti apa," tambahnya.
Jika hasil kajian menunjukkan sinyal positif dan penurunan PPN 11 persen dinilai strategis, Purbaya memastikan akan mengajukan usulan tersebut kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk persetujuan.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Buka Suara: Tak Ada Anggaran di APBN untuk 'Family Office', Tapi Siap Beri Dukungan!
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 Oktober 2025, Banjir 16.000 Gems dan Pemain Acak 106-110
Pilihan
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
-
Emas Terbang Tinggi! Harga Antam Tembus Rp 2.596.000, Cetak Rekor di Pegadaian
Terkini
-
Menkeu Purbaya Buka Suara: Tak Ada Anggaran di APBN untuk 'Family Office', Tapi Siap Beri Dukungan!
-
Profil Glenny Kairupan: Direktur Garuda Indonesia, Kader Gerindra, Purnawirawan TNI
-
Investor Baru Bawa Angin Segar, FUTR Bakal Bangun PLTS 130 MW
-
Nasib Kelangkaan Stok BBM SPBU Swasta Ditentukan Jumat Ini
-
Warning Keras Mahfud MD ke Menkeu Purbaya: Bubarkan Satgas BLBI Ciptakan Ketidakadilan
-
Dasco dan Mensesneg Sambangi Rosan Roeslani di Danantara, Ini yang Dibahas
-
Menkeu Purbaya Dapat Pesan 'Rahasia' Lewat WA: Larang Perbaikan Ponpes Al Khoziny Pakai APBN
-
Bahlil Baru Loloskan 4 dari 190 Perusahaan Tambang untuk Kembali Beroperasi
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Wamildan Tsani Tergeser, Orang Dekat Prabowo Glenny Kairupan Jadi Bos Baru Garuda Indonesia