Suara.com - Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, Harga Batu bara Acuan (HBA) untuk penjualan langsung (spot) yang berlaku 1 Juli-31 Juli 2015 pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel) adalah 59,16 Dolar AS per ton atau mengalami penurunan sekitar 0,7 persen dibandingkan dengan HBA Juni 2015, yakni 59,59 Dolar AS per ton.
Seperti dikutip dari situs resmi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Kamis (23/7/2015), bila dibandingkan dengan HBA bulan yang sama pada tahun 2014 (year on year) yaitu Juli 2014, yakni sebesar 72,45 Dolar AS per ton, maka HBA Juli 2015 turun signifikan sebesar 13,29 dolar AS per ton atau 18 persen.
Nilai HBA adalah rata-rata dari 4 indeks harga batubara yang umum digunakan dalam perdagangan batubara yaitu: Indonesia Coal Index, Platts Index, New Castle Export Index, dan New Castle Global Coal Index. HBA menjadi acuan harga batubara pada kesetaraan nilai kalor batubara 6.322 kkal/kg Gross As Received (GAR), kandungan air (total moisture) 8 persen, kandungan sulphur 0,8 persen as received (ar), dan kandungan abu (ash) 15 persen ar.
Berdasarkan HBA selanjutnya dihitung Harga Patokan Batubara (HPB) yang dipengaruhi kualitas batubara yaitu: nilai kalor batubara, kandungan air, kandungan sulphur, dan kandungan abu sesuai dengan merek dagang batubara yang disebut HPB Maker. HPB Maker terdiri dari 8 merek dagang batubara utama yang umum dikenal dan diperdagangkan.
HPB Marker April 2015 untuk 8 merek dagang utama dalam dolar AS/Ton adalah sebagai berikut :
1. Gunung Bayan I : 63,28 (turun 0,7 persen dibandingkan HPB Juni 2015)
2. Prima Coal : 64,77 (turun 0,7 persen dibandingkan HPB Juni 2015)
3. Pinang 6150 : 58,52 (turun 0,7 persen dibandingkan HPB Juni 2015)
4. Indominco IM_East : 48,59 (turun 0,7 persen dibandingkan HPB Juni 2015)
5. Melawan Coal : 48,17 (turun 0,6 persen dibandingkan HPB Juni 2015)
6. Enviro Coal : 45,95 (turun 0,6 persen dibandingkan HPB Juni 2015)
7. Jorong J-1 : 36,97 (turun 0,6 persen dibandingkan HPB Juni 2015)
8. Ecocoal : 34,00 (turun 0,6 persen dibandingkan HPB Juni 2015)
Tag
Berita Terkait
-
Kemenkeu Matangkan Regulasi Bea Keluar Batu Bara, Berlaku 1 Januari 2026
-
Tekan Impor LPG, ESDM Buka Wacana Beri Subsidi Penggunaan DME
-
ESDM Buka Peluang Alihkan Subsidi LPG ke DME, Defisit 8,6 Juta Ton Jadi Sorotan
-
Purbaya Target Kantongi Rp 23 Triliun dari Bea Keluar Emas dan Batu Bara Tahun Depan
-
Alasan Purbaya Tarik Bea Keluar Batu Bara Tahun Depan: Hilirisasi hingga Dekarbonisasi
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Menaker Mau Tekan Kesenjangan Upah Lewat Rentang Alpha, Solusi atau Masalah Baru?
-
Pati Singkong Bisa Jadi Solusi Penumpukan Sampah di TPA
-
BRI Terus Salurkan Bantuan Bencana di Sumatra, Jangkau Lebih dari 70.000 Masyarakat Terdampak
-
Laporan CPI: Transisi Energi Berpotensi Tingkatkan Pendapatan Nelayan di Maluku
-
SPBU di Aceh Beroperasi Normal, BPH Migas: Tidak Ada Antrean BBM
-
Purbaya Gelar Sidang Debottlenecking Perdana Senin Depan, Selesaikan 4 Aduan Bisnis
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI: 5,2% di 2025, 5,4% pada 2026
-
Menaker Yassierli Klaim PP Pengupahan Baru Hasil Kompromi Terbaik: Belum Ada Penolakan Langsung
-
Purbaya Sentil Balik Bank Dunia soal Defisit APBN: Jangan Terlalu Percaya World Bank!
-
Bank Mandiri Dorong Akselerasi Inklusivitas, Perkuat Ekosistem Kerja dan Usaha Ramah Disabilitas