Suara.com - Bank Indonesia menyatakan masih tetap mewaspadai perkembangan ekonomi eksternal kendati dalam sepekan terakhir rupiah terus mengalami penguatan atau depresiasi yang signifikan.
"Kita lihat nanti 'recovery' (pemulihan) ini semoga terus berlanjut tapi kita harus tetap melihat faktor eksternal dari Amerika dan sebagainya," kata Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara saat ditemui di Kantor Pusat BI, Jakarta, Jumat (9/6/10/2015)
Berdasarkan kurs JISDOR BI, nilai tukar rupiah pada Jumat mencapai Rp13.521 per dolar AS, menguat dibandingkan hari sebelumnya Rp13.809 per dolar AS atau dibandingkan empat hari sebelumnya saat masih berada di level Rp14.604 per dolar AS.
"Sejak tiga hari lalu penguatan rupiah signifikan karena banyak yang cut loss (jual saham supaya tidak rugi lebih dalam), karena ada yang ragu rupiah bakal tembus Rp13.800. Kemarin saya tegaskan kurs asumsi APBN Rp13.800 itu asumsi karena kondisi makro melemah. Itu menembus Rp13.800 jangan ragu, Rp13.500 jangan ragu," ujar Mirza.
Menurut Mirza, kurs rupiah masih kompetitif untuk mendorong ekspor manufaktur dan untuk pengendalian inflasi karena kenaikan harga barang impor akan tertahan dengan adanya penguatan kurs.
"Inflasi kita dengan data-data sampai bulan September ini mengarah ke target. Akhir tahun mungkin hanya 4,1-4,3 persen, jadi inflasinya sangat baik. Data-data ekspor impor menunjukkan surplus bulanan, sehingga defisit transaksi berjalan yang terjadi nanti defisi yang sehat, sampai akhir tahun hanya 2 persen lebih sedikit," kata Mirza.
Ia menambahkan, volatilitas rupiah pada beberapa hari terakhir yang menunjukkan apresiasi tajam dinilai bukan suatu hal yang perlu dipermasalahkan, justru harus dijaga penguatannya.
"Volatilitas pada penguatan juga harus dijaga, menguat tajam tidak apa-apa. Yang jelas, pada waktu kita mengalami pelemahan kan ekonomi tertekan, waktu mengalami penguatan juga akan bantu ekonomi. Pasti bagus untuk ekonomi," kata Mirza.
Mirza mengatakan, bank sentral sendiri memang melakukan intervensi untuk menstabilkan rupiah, namun banyaknya pelaku pasar yang menjual dolarnya juga menjadi faktor penguatan rupiah saat ini. Ia pun juga mengimbau kepada para spekulan untuk segera menjual valas miliknya.
"Banyak orang cut loss, baik individu maupun korporasi. Kita bantu dorong sedikit saja. Jadi yang pada pegang dolar, sebaiknya dijual lah dolarnya," ujar Mirza. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
RDN BCA Dibobol Rp 70 Miliar, OJK Akui Ada Potensi Sistemik
-
ESDM Pastikan Revisi UU Migas Dorong Investasi Baru dan Pengelolaan Energi yang Berkelanjutan
-
Penyaluran Pupuk Subsidi Diingatkan Harus Sesuai HET, Jika Langgar Kios Kena Sanksi
-
Tak Mau Nanggung Beban, Purbaya Serahkan Utang Kereta Cepat ke Danantara
-
Modal Asing Rp 6,43 Triliun Masuk Deras ke Dalam Negeri Pada Pekan Ini, Paling Banyak ke SBN
-
Pertamina Beberkan Hasil Penggunaan AI dalam Penyaluran BBM Subsidi
-
Keluarkan Rp 176,95 Miliar, Aneka Tambang (ANTM) Ungkap Hasil Eksplorasi Tambang Emas Hingga Bauksit
-
Emiten PPRO Ubah Hunian Jadi Lifestyle Hub, Strategi Baru Genjot Pendapatan Berulang
-
Penumpang Kereta Api Tembus 369 Juta Hingga September 2025
-
Petrindo Akuisisi GDI, Siapkan Rp 10 Triliun untuk Bangun Pembangkit Listrik 680 MW di Halmahera