Suara.com - Deputi Kepala Kantor Staf Kepresidenan Eko Sulistyo menyampaikan bahwa penguatan rupiah yang terjadi saat ini merupakan dampak dari respon pasar yang positif terhadap kebijakan pemerintah.
"Kalau Pak Darmin (Menko Perekonomian) melihat ini ada berbagai aspek, global dan lain-lain. Kalau saya lihat ini adalah respon positif dari pasar terhadap kebijakan," tutur Eko di Jakarta, Senin (19/10/2015).
Selanjutnya ia menjelaskan kondisi tersebut ditambah dengan adanya proses politik saat ini yang lebih terkonsolidasi dan berkurangnya tekanan dari luar pemerintahan.
Hal tersebut berbeda dengan kondisi pada saat Presiden Joko Widodo baru memimpin pemerintahan, katanya.
"Jika dulu ada KMP-KIH yang kondisinya timpang di parlemen, sekarang tidak. Jadi tidak ada kekhawatiran dari publik terhadap masalah kebijakan (ekonomi)," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mulai menguat karena pelaku pasar merespon positif penerbitan tiga jilid paket kebijakan ekonomi.
"AS sudah tidak menaikkan suku bunga setelah dilakukan tiga atau empat kali rapat (FOMC), dulu (rupiah) tidak turun. Kenapa sekarang turun? Karena ada faktor membentuk keyakinan pasar," ujar Darmin di Jakarta, Kamis (15/10/2015).
Darmin menjelaskan kondisi global saat ini terbantu oleh belum membaiknya kondisi ekonomi di Amerika Serikat, sehingga menyebabkan dolar AS cenderung melemah terhadap mata uang negara-negara lainnya.
Namun, penerbitan paket kebijakan telah membentuk keyakinan pasar dan menimbulkan persepsi positif terhadap prospek ekonomi Indonesia. Hal tersebut menyebabkan rupiah menguat dibandingkan mata uang negara lainnya.
"Kalau dolar melemah banyak nilai tukar mata uang lain menguat. Tinggal siapa yang menguat lebih besar, yang lebih besar adalah negara yang menyiapkan diri untuk memperbaiki ekonominya. Kalau anda mempersiapkan diri, anda bisa menguat lebih tinggi," ujarnya. (Antara)
Tag
Berita Terkait
-
Jaga Daya Beli dan Inflasi Pangan, AGP Gelar Pasar Murah di 800 Titik
-
5 Tips Investasi Emas untuk Meraup Untung Maksimal
-
Pelonggaran Moneter: BI Rate Turun, Inflasi 2026 Diprediksi Berkisar 2,94 Persen
-
Kenaikan Harga Emas Mulai Rasuki Inflasi RI
-
Kemenkeu Waspadai Inflasi Pangan Akhir Tahun Imbas Cuaca Ekstrem
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Menaker Mau Tekan Kesenjangan Upah Lewat Rentang Alpha, Solusi atau Masalah Baru?
-
Pati Singkong Bisa Jadi Solusi Penumpukan Sampah di TPA
-
BRI Terus Salurkan Bantuan Bencana di Sumatra, Jangkau Lebih dari 70.000 Masyarakat Terdampak
-
LPDB Koperasi Akselerasi Penyelesaian NRB Lewat Sinergi Pusat dan Daerah
-
Laporan CPI: Transisi Energi Berpotensi Tingkatkan Pendapatan Nelayan di Maluku
-
SPBU di Aceh Beroperasi Normal, BPH Migas: Tidak Ada Antrean BBM
-
Purbaya Gelar Sidang Debottlenecking Perdana Senin Depan, Selesaikan 4 Aduan Bisnis
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI: 5,2% di 2025, 5,4% pada 2026
-
Menaker Yassierli Klaim PP Pengupahan Baru Hasil Kompromi Terbaik: Belum Ada Penolakan Langsung
-
Purbaya Sentil Balik Bank Dunia soal Defisit APBN: Jangan Terlalu Percaya World Bank!