Harga minyak mentah Brent, patokan Eropa di perdagangan Asia, Senin (21/12/2015), merosot ke ttitik terendah sepanjang 11 tahun terakhir. Hal ini karena kelebihan pasokan menghadapi prospek ekspor baru AS.
Pada pukul 06.15 GMT, harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari turun 44 sen menjadi 36,44 dolar AS per barel, setelah patokan Eropa menyentuh tingkat intra-hari lebih rendah.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, juga turun 24 sen menjadi 34,49 dolar AS per barel.
"Belum ada tanda-tanda signifikan kenaikan dalam permintaan dan kami belum melihat adanya pengurangan produksi yang berarti," ujar Ric Spooner, seorang kepala analis di CMC Markets Sydney, kepada Bloomberg.
Analis itu mengatakan, tak ada yang banyak berubah di pasar minyak selama beberapa bulan terakhir kecuali dari harga. Brent turun sebanyak 71 sen menjadi 36,17 dolar AS per barel di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London, tingkat terendah dalam perdagangan intra-hari sejak 13 Juli 2004, kata Bloomberg.
Komoditas telah jatuh lebih dari 60 persen, dari semula di atas 100 dolar AS pada musim panas 2014.
Harga telah merosot, terutama sejak 4 Desember ketika kelompok produsen minyak OPEC memutuskan menentang pembatasan produksi, meskipun permintaan lesu dan pasokan membanjir.
Kelebihan pasokan kian memburuk, juga dipicu laporan perusahaan jasa minyak Baker Hughes pada Jumat (18/12/2015) bahwa jumlah rig pengeboran AS yang aktif meningkat 17 rig menjadi 541 rig untuk pekan yang berakhir 18 Desember.
Ini menambah "sentimen negatif yang sudah berlaku di pasar akibat meningkatnya persediaan", kata Sanjeev Gupta, kepala praktek minyak dan gas Asia-Pasifik di pada organisasi jasa profesional EY.
Anggota parlemen AS pekan lalu mencabut larangan selama 40 tahun pada ekspor minyak, menandai perubahan bersejarah meskipun masih sangat simbolis di pasar berjangka. Gupta memperingatkan itu bisa "berdampak negatif pada harga berjangka dalam jangka panjang". (Antara)
Berita Terkait
-
Harga Minyak Dunia Kembali Mendidih, Gegara Aksi AS Mau Akhir Perang Rusia-Ukraina
-
Resiko Geopolitik Dongkrak Harga Minyak Indonesia ke 66,81 Dolar AS
-
Menteri ESDM Bahlil Usul ke DPR ICP 2026 di Kisaran 60 sampai 80 Dolar AS per Barel
-
Turun, Bahlil Tetapkan Harga Minyak Mentah Indonesia USD 62,75/Barel
-
Harga Minyak Dunia Ngamuk, BBM Pertamina Bisa Naik?
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Shio Paling Beruntung Besok 25 November 2025, Cuan Mengalir Deras
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
Jelang Nataru, Pertamina Pastikan Stok Energi Aman
-
Melihat Lebih Dekat Pembangunan Jembatan Kaca Terpanjang di Indonesia
-
Upah Magang Nasional Tahap 1 Cair, Airlangga: Alhamdulillah Sudah Dibayar!
-
Prabowo Disebut Lagi Bersih-bersih Konglomerat Hitam Migas, Mau Rebut Kendali Sumber Daya
-
WIKA Bicara Keuntungan Jika BUMN Karya Jadi Merger
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Shell Akan Kembali Garap 5 Blok Migas Indonesia
-
Dukung Asta Cita, BRI Dorong Pertumbuhan Inklusif lewat Penyaluran KUR Senilai Rp147,2 Triliun
-
Impor Pertalite Capai 60 persen dari Kebutuhan 39 Juta kl per Tahun
-
Apindo Nilai Janji 19 Juta Lapangan Kerja dari Prabowo Tidak Realistis