Suara.com - Bank Indonesia (BI) menilai pelemahan nilai tukar rupiah belum dapat dimanfaatkan untuk membantu peningkatan ekspor karena masih tergantungnya Indonesia terhadap ekspor komoditas mentah.
"Sekarang ini, kalau seandainya Indonesia ekonominya mengandalkan lebih kepada komoditas mentah, itu memang kondisi nilai tukar tidak terlalu memberikan manfaat kepada peningkatan ekspor," kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat ditemui di sela-sela gelaran Mandiri Economic Forum di Jakarta, Rabu (27/1/2016).
Menurut Agus, apabila Indonesia telah memiliki proses produksi untuk penambahan nilai barang-barang ekspor yang cukup dalam, maka kinerja ekspor akan terbantu dengan kondisi nilai tukar yang sekarang.
"Jadi memang kuncinya, kita harus bisa melakukan peningkatan nilai tambah bagi produk-produk yang dihasilkan di Indonesia dan fokus ekspor ke suatu 'global value chain'," ujar Agus.
Ia menuturkan, ke depan, harga komoditas sendiri masih akan terus tertekan dan Indonesia sebagai negara yang masih mengandalkan eksopr komoditas mentah harus memberikan perhatian terhadap masalah tersebut.
"Indonesia harus melakukan eksplorasi pasar yang baru dan juga upaya untuk meningkatkan nilai tambah produksi dalam negeri. Saya rasa ini adalah kunci supaya kita punya ekspor yang lebih baik," kata Agus.
Nilai tukar rupiah sendiri, yang ditransaksikan antarbank di Jakarta Rabu pagi, bergerak menguat sebesar 14 poin menjadi Rp13.865 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.879 per dolar AS.
"Harga minyak mentah dunia yang 'rebound' pada tadi malam membuat mata uang di negara berkembang bergerak stabil cenderung menguat," kata Analis Monex Investindo Futures Putu Agus.
Namun, sebagian pelaku pasar juga fokus pada hasil rapat moneter pertama bank sentral AS (the fed) di tahun ini.
The Fed diproyeksikan belum akan menaikkan suku bunga acuannya (Fed fund rate) setelah menaikkan suku bunga di bulan Desember 2015, kendati demikian pelaku pasar tetap akan mencari petunjuk kapan kenaikan berikutnya.
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) per Desember 2015, nilai ekspor Indonesia khusus bulan Desember 2015 mencapai 11,89 miliar Dolar AS atau meningkat 6,98 persen dibanding ekspor November 2015. Sementara dibanding Desember 2014 menurun 17,66 persen.
Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2015 mencapai 150,25 miliar Dolar AS atau menurun 14,62 persen dibanding periode yang sama tahun 2014. Demikian juga ekspor nonmigas mencapai 131,70 miliar Dolar AS atau menurun 9,77 persen.
Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan periode Januari-Desember 2015 turun 9,11 persen dibanding periode yang sama tahun 2014. Sedangkan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 14,99 persen, demikian juga ekspor hasil pertanian turun 2,45 persen.
Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada periode Januari-Desember 2015 berasal dari Jawa Barat dengan nilai 25,69 miliar Dolar AS atau 17,10 persen dari total ekspor nasional. Diikuti Kalimantan Timur sebesar 18,34 miliar Dolar AS atau 12,20 persen dari total ekspor dan Jawa Timur sebesar 16,57 miliar Dolar AS atau 11,03 persen dari total ekspor. (Antara)
Berita Terkait
-
BI Perpanjang Batas Waktu Pembayaran Tagihan Kartu Kredit
-
Pengusaha Masih Males Ambil Utang ke Bank, Dana Kredit Nganggur Capai Rp2.500 Triliun
-
BI Tahan Suku Bunga Acuan di Level 4,75 Persen, Ini Alasannya
-
Harga Pangan Bergerak Turun Hari Ini, Cabai hingga Beras Ikut Melunak
-
Bank Indonesia Diramal Tahan Suku Bunga di Akhir Tahun, Ini Faktornya
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
-
Resmi Melantai di Bursa, Saham Superbank Melambung Tinggi
Terkini
-
RUPSLB BRI 2025 Sahkan RKAP 2026 dan Perubahan Anggaran Dasar
-
Pemerintah Jamin UMP Tak Bakal Turun Meski Ekonomi Daerah Loyo
-
Mengapa Perusahaan Rela Dijual ke Publik? Memahami Gegap Gempita Hajatan IPO
-
KEK Mandalika Kembali Dikembangkan, Mau Bangun Marina
-
ESDM Mulai Pasok 16.000 LPG 3 Kg ke Banda Aceh
-
Profil PT Mayawana Persada, Deforestasi Hutan dan Pemiliknya yang Misterius
-
Mendag Lepas Ekspor Senilai Rp 978 Miliar dari 8 Provinsi
-
Modal Inti Superbank (SUPA) Tembus Rp8 Triliun, Naik Kelas ke KBMI 2
-
Mekanisme Buyback TLKM, Pemegang Saham Wajib Tahu
-
BI Perpanjang Batas Waktu Pembayaran Tagihan Kartu Kredit