Suara.com - Jerman menentang ekonomi-ekonomi besar dunia meluncurkan paket stimulus fiskal dalam menghadapi pertumbuhan global yang sedang melambat. Menteri Keuangan Jerman Wolfgang Schaeuble mengatakan pada Jumat (26/2/2016), pihaknya bersiap untuk berbeda pendapat dengan Amerika Serikat.
Upaya-upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian mereka dengan melonggarkan moneter bisa menjadi "kontraproduktif", Wolfgang Schaeuble mengatakan dalam sebuah konferensi menjelang pertemuan para menteri keuangan G20 di Shanghai.
Para gubernur bank sentral telah datang di bawah tekanan menjelang pertemuan ekonomi-ekonomi utama dunia untuk melepaskan senjata moneter baru guna membantu merangsang pertumbuhan yang kendur dan meyakinkan investor.
Jepang telah mengadopsi suku bunga negatif, Bank Sentral Eropa telah memulai program pelonggaran kuantitatif besar, dan Federal Reserve AS telah mengisyaratkan kemungkinan penundaan untuk menaikkan suku bunganya.
Schaeuble mengatakan bahwa "berpikir tentang stimulus lebih lanjut hanya mengalihkan perhatian dari tugas nyata di tangan," menambahkan bahwa Berlin "tidak setuju pada paket stimulus fiskal G20".
"Kebijakan moneter sangat akomodatif tepatnya bahkan mungkin menjadi kontraproduktif dalam hal efek samping negatif," katanya.
"Kebijakan-kebijakan fiskal serta kebijakan moneter telah mencapai batas mereka, jika Anda ingin ekonomi riil tumbuh tidak ada jalan pintas tanpa reformasi." Komentarnya berlawanan dengan Menteri Keuangan AS Jacob Lew, yang mengatakan awal pekan ini bahwa kebijakan fiskal dan moneter adalah "alat-alat penting".
"Ketika digunakan bersama-sama, mereka kuat. Dan itulah pesan yang kita bawa," dia mengatakan kepada Bloomberg Television.
"Ini berarti bahwa di negara-negara ekonomi besar, wilayah-wilayah yang memiliki ekonomi besar, mereka harus menggunakan alat kebijakan." Karena Jerman negara terbesar dan terkaya Uni Eropa, sering memiliki prioritas ekonomi yang berbeda dari anggota lain.
Schaeuble, yang dikenal karena kejujurannya, sebelumnya secara terbuka mengkritik ECB karena terlalu akomodatif.
Penggunaan pengeluaran selama lebih dari dua dekade terakhir untuk menanggulangi krisis ekonomi tidak lagi muncul bekerja, katanya Jumat, menambahkan bahwa tingkat utang terlalu tinggi sementara pertumbuhan tetap terlalu rendah.
"Model pertumbuhan yang didanai oleh utang telah mencapai batasnya," kata dia. "Jika kita terus di jalan ini kita tidak perlu lagi menonton televisi, orang mati berjalan akan menguasai kita, khususnya di bidang keuangan dan konstruksi." Dia tidak menyebutkan secara spesifik di negara-negara mana perusahaan seperti zombie ada -- meskipun mereka adalah masalah abadi di Cina. (Antara)
Berita Terkait
-
4 Sunscreen Brand Amerika Serikat Terbaik untuk Kulit, Mulai Rp60 Ribuan
-
Donald Trump Kasih Batas Waktu Ukraina Terima Proposal Damai dari AS
-
Jadwal Liga Jerman 22-23 November 2025, Misi Berat Kevin Diks Hadapi FC Heidenheim
-
Mohamed Salah Disebut Jadi Biang Masalah di Balik Melempemnya Florian Wirtz Bersama Liverpool
-
Harga Minyak Dunia Merosot Imbas Stok AS Melonjak
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
- 5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
- 5 Mobil Keluarga Bekas Kuat Tanjakan, Aman dan Nyaman Temani Jalan Jauh
- Cara Cek NIK KTP Apakah Terdaftar Bansos 2025? Ini Cara Mudahnya!
Pilihan
-
Tidak Ada Nasi di Rumah, Ibu di Makassar Mau Lempar Anak ke Kanal
-
Cuaca Semarang Hari Ini: Waspada Hujan Ringan, BMKG Ingatkan Puncak Musim Hujan Makin Dekat
-
Menkeu Purbaya Mau Bekukan Peran Bea Cukai dan Ganti dengan Perusahaan Asal Swiss
-
4 HP dengan Kamera Selfie Beresolusi Tinggi Paling Murah, Cocok untuk Kantong Pelajar dan Mahasiswa
-
4 Rekomendasi HP Layar AMOLED Paling Murah Terbaru, Nyaman di Mata dan Cocok untuk Nonton Film
Terkini
-
Mendag Bantah Mentan soal Impor Beras Ilegal di Sabang dan Batam: Itu Kawasan Bebas!
-
Purbaya Buka-bukaan Alasan Penerimaan Pajak Rendah: Ekonomi Sudah Lesu Sejak 2024
-
Harga Pangan Hari Ini: Cabai dan Bawang Meroket
-
Alasan Manajemen Mendadak Rombak Jajaran Direksi KAI Commuter di Tengah Kasus Tumbler Ilang
-
Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Mengundurkan Diri
-
Puji-puji Ratu Maxima Soal Layanan QRIS Milik Indonesia
-
BRInita Buktikan Keandalan Dukung BRI dalam Meraih Penghargaan CSR Internasional
-
Partai Komunis China Guyur Investasi Rp 36,4 Triliun ke Indonesia, Untuk Apa Saja?
-
Presiden Prabowo Akan Bangun Dewan Nasional Baru Usai Bertemu Ratu Maxima
-
IESR: Data Center dan AI Harus Didukung Listrik Bersih, Geothermal Jadi Pilihan