Suara.com - Pakar teknik kelautan Institut Teknologi Surabaya (ITS) Mukhtasor mengatakan perlu adanya mitigasi risiko dampak bencana kelautan untuk meminimalisir potensi bencana di lapangan minyak dan gas Blok Masela di Maluku.
"Pemerintah dan investor harus memberi perhatian utama pada mitigasi bencana kelautan dalam tindak lanjut pembangunan sistem perpipaan ke darat," Kata Mukhtasor dalam siaran pers yang diterma di Jakarta, Sabtu (26/3/2016).
Catatan mengenai gempa, kondisi dinamika lingkungan laut, keadaan sedimen dasar laut dan topografi dasar laut merupakan faktor yang penting dalam hal keselamatan operasi sistem perpipaan, katanya.
"Jarak angkut gas dengan pipa 90 km itu cukup panjang. Beroperasi di lingkungan palung yang dalam. Di Blok Masela dapat mencapai order seribu meter lebih," katanya.
Kalau pipa bertemu daerah batimetri dasar laut yang curam dapat mempengaruhi kestabilan pipa. Sementara arus yang cukup kekuatannya dapat menyebabkan scouring (gerusan) yang dapat berakibat pada tergerusnya dudukan pipa, lama-lama pipa akan terbentang dan bergetar lalu menurunkan kekuatannya, katanya.
"Ini akan berbeda jika pipa ada di daratan, kondisi tanah lebih stabil. Catatan gempa yang lebih dari 2000 kali sejak tahun 1900 itu juga perlu menjadi perhatian" ujar Guru Besar Teknik Kelautan ITS.
Ia menjelaskan keadaan sedimen dasar laut menggambarkan keadaan tanah dan batuan tempat dudukan pipa.
Apabila kondisinya lembek maka kekuatan menahan pipa lemah dapat menimbulkan bahaya sehingga perlu perhatian khusus dalam keamanan pipa, katanya.
"Jika tanahnya lembek akan berpengaruh pada dudukan pipa, sementara ketika arus kencang dan batuannya licin maka akan sulit membuat pipa stabil. Pada jenis dan keadaan sedimen tertentu ada yang bisa runtuh," ujar Mukhtasor.
Kondisi oseanografi inilah yang diharapkan mendapat perhatian lebih ketika merealisasikan proyek Blok Masela terutama dalam hal keamanan pipa karena ada potensi bencana lingkungan laut yang perlu diwaspadai.
Maka, analisis dampak lingkungan harus dilaksanakan secara benar dan bukan sebagai seremonial legalitas. Disamping itu, harus ada revisi POD (Plan Of Development) lapangan abadi Blok Masela.
Revisi ini tidak mudah karena ruang lingkup pekerjaan akan sangat berbeda, ujarnya.
Ia mengatakan investor juga harus investasi untuk meningkatkan level detil-nya uji batimetri dan oseanografi dan mendesain perpipaan dari kepala sumur ke daratan yang disesuaikan dengan zonasi lingkungan laut yang aman.
Pro-kontra pilihan laut atau darat untuk LNG Masela yang sempat mengemuka berakhir dengan keputusan Presiden yang menyatakan untuk membangunnya di darat.
Keputusan ini diumumkan Presiden pada hari Rabu (23/3) dalam kunjungan kerja ke Etikong, di Bandara Internasional Supadio, Kalimantan Barat.
Menurut Mukhtasor, sudah menjadi hal yang mutlak bagi semua pihak untuk dapat melaksanakannya dengan baik.
"Semua pihak mesti saling dukung untuk dapat merealisasikan proyek ratusan triliun ini agar bermanfaat besar bagi seluruh rakyat Indonesia," ujar Mukhtasor.
Lapangan Abadi Blok Masela merupakan salah satu cadangan gas terbesar di dunia dengan cadangan yang terbukti mencapai 10,73 triliun kaki kubik. Cadangan tersebut adalah cadangan terakhir yang ditemukan sejak 15 tahun yang lalu. Gas di Blok Masela ditemukan oleh Inpex, perusahaan migas asal Jepang pada tahun 1998.
Menurut Kajian Forum Tujuh Tiga yang dipakai sebagai rujukan oleh Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli. Pembangunan kilang darat Blok Masela diperkirakan membutuhkan lahan 600-800 hektare dengan biaya investasi 16 miliar Dolar Amerika Serikat (AS). Kandungan lokal dalam pembangunan kilang diperkirakan 35 persen atau sekitar 5,6 miliar Dolar AS. Kapasitas produksi sebesar 7,5 juta ton LNG setiap tahun. Masa produksi diperkirakan 2024 hingga 2048. (Antara)
Berita Terkait
-
Disposable Pod VEEV NOW ULTRA: Cari Tahu 5 Perbedaan dan Teknologi Terbarunya di Sini!
-
Bandit Negara Dilarang Kenyang Dalam Program Makan Bergizi Gratis
-
Bisnis Aman, Begini Strategi Jitu Mitigasi Risiko Pengangkutan Barang
-
Potret Lula Lahfah, Diteriaki Haram saat Umroh di Tanah Suci Gegara Bawa Barang Ini
-
Dear Lula Lahfah yang Bawa Rokok Elektrik di Tanah Suci! Begini Hukum Pod dalam Islam saat Umroh
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Dari Anak Tukang Becak, KUR BRI Bantu Slamet Bangun Usaha Gilingan hingga Bisa Beli Tanah dan Mobil
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Buat Tambahan Duit Perang, Putin Bakal Palak Pajak Buat Orang Kaya
-
Bank Mandiri Akan Salurkan Rp 55 Triliun Dana Pemerintah ke UMKM
-
Investasi Properti di Asia Pasifik Tumbuh, Negara-negara Ini Jadi Incaran
-
kumparan Green Initiative Conference 2025: Visi Ekonomi Hijau, Target Kemandirian Energi Indonesia
-
LHKPN Wali Kota Prabumulih Disorot, Tanah 1 Hektare Lebih Dihargai 40 Jutaan
-
Masyarakat Umum Boleh Ikut Serta, Pegadaian Media Awards Hadirkan Kategori Citizen Journalism
-
Zoomlion Raih Kontrak Rp4,5 Triliun