Suara.com - Ekspor kopi Sumatera Utara hingga Maret 2016 tercatat masih tertahan dan dianggap belum menjanjikan. Hal ini disebabkan dari masih rendahnya harga jual di pasar internasional dan produksi pun masih ketat.
"Meski harga jual sudah bergerak naik di pasar internasional, belum sepadan dengan harga lokal. Akibatnya, ekspor masih sedikit atau tertahan," kata Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumut, Andryanus Simarmata di Medan, Minggu (27/3/2016).
Harga kopi di lokal sudah siap ekspor sekitar Rp60 ribu per kilogram, sementara harga jual ke luar negeri kalau dirupiahkan sebesar Rp63 ribu per kilogram.
"Jadi, ekspor belum sepadan atau menjanjikan, kecuali untuk memenuhi kontrak dagang, tidak ada eksportir yang melepas kopinya," katanya.
Andryanus menjelaskan, mahalnya harga di dalam negeri diakibatkan dari tanaman kopi belum memasuki masa panen. Sementara itu, belum terjadi kenaikan harga di luar negeri, juga sebagai dampak krisis global dan stok yang masih ada di tangan pabrikan atau pedagang internasional meski sudah mulai menipis.
Prediksi beredar, permintaan akan melonjak tajam karena kebutuhan pabrikan meningkat sejalan dengan menipisnya stok. Namun, pada saat bersamaan, masa panen kopi di Indonesia akan masuk.
"Jadi, sulit memprediksi apakah harga ekspor bisa naik lagi atau malah turun," kata Andryanus.
Melihat masih berfluktuasinya harga dan termasuk permintaan, menurut dia, yang paling penting adalah terus meningkatkan kualitas kopi di dalam negeri. "Dengan kualitas bagus, diharapkan kopi Indonesia tetap diunggulkan atau bisa bersaing dengan produk dari negara produsen lainnya," ungkap Andryanus.
Hingga kini, kopi Indonesia masih dijadikan pencampur utama kopi ternama di dunia karena dinilai memiliki rasa dan aroma yang khas. Namun, produsen kopi negara lain, termasuk Vietnam, sedang berupaya meningkatkan produksi dan kualitas kopinya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Wien Kusdiatmono mengatakan, bahwa ekspor kopi Sumut pada bulan Januari 2016 masih terbesar ke Amerika Serikat. Ada tren peningkatan permintaan kopi itu yang tergabung dengan kelompok barang ekspor lainnya, yakni teh dan rempah-rempah.
Ekspor kelompok barang itu ke AS pada bulan Januari 2016 naik 30,37% dari periode sama 2015 atau menjadi 27,291 juta dolar AS. Selain ke AS, ekspor golongan barang itu, antara lain Singapura, Jepang, Kanada, dan Inggris. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
Terkini
-
IHSG Diprediksi Menguat 'Bersama' Wall Street, Cek Saham-saham Rekomendasi Ini
-
Harga Emas Hari Ini Turun: Antam Belum Tersedia, Galeri 24 dan UBS Anjlok!
-
Satu Lagi Bank Bangkrut, OJK Cabut Izin Usaha BPR Nagajayaraya Sentrasentosa
-
Laba Inti PWON Lampaui Ekspektasi Konsensus di Kuartal 3 2025
-
Menkeu Purbaya Tolak Skema Burden Sharing BI-Kemenkeu, Singgung Independensi
-
Kebiasaan Mager Bisa Jadi Beban Ekonomi
-
Jurus Korporasi Besar Jamin Keberlanjutan UMKM Lewat Pinjaman Nol Persen!
-
Purbaya Sepakat sama Jokowi Proyek Whoosh Bukan Cari Laba, Tapi Perlu Dikembangkan Lagi
-
Dorong Pembiayaan Syariah Indonesia, Eximbank dan ICD Perkuat Kerja Sama Strategis
-
Respon Bahlil Setelah Dedi Mulyadi Cabut 26 Izin Pertambangan di Bogor