Suara.com - Federal Reserve AS pada Rabu (27/4/2016) mempertahankan suku bunga acuan jangka pendek tidak berubah. Keputusan ini merupakan ketiga kali berturut-turut untuk tetap mempertahankan suku bunga. Sampai kini baru ada sedikit petunjuk tentang waktu kenaikan suku bunga berikutnya.
Kondisi pasar tenaga kerja AS "telah meningkat lebih lanjut" sekalipun pertumbuhan dalam kegiatan ekonomi "tampak telah melambat". Kondisi ini dikemukakan The Fed dalam sebuah pernyataan setelah mengakhiri pertemuan pembahasan kebijakan dua hari. The Fed mencatat bahwa pihaknya akan terus "memantau" indikator-indikator inflasi serta perkembangan ekonomi dan keuangan global.
The Fed saat ini ekonomi AS diperkirakan akan ekspansi "pada kecepatan moderat" dan indikator-indikator pasar tenaga kerja akan "terus menguat,".
Bank sentral AS menaikkan kisaran target untuk suku bunga federal funds sebesar 25 basis poin menjadi 0,25-0,5 persen pada pertemuan kebijakan Desember, kenaikan suku bunga pertama dalam hampir satu dekade, menandai akhir dari sebuah era pelonggaran kebijakan moneter yang luar biasa.
Tetapi gejolak di pasar keuangan dan pelambatan ekonomi global sejak awal tahun ini telah meningkatkan kekhawatiran tentang kekuatan ekonomi AS, memaksa para pembuat kebijakan Fed untuk menunda setiap kenaikan suku bunga lebih lanjut sejak itu.
Proyeksi Fed yang dirilis pada Maret menunjukkan bahwa para pejabat memperkirakan untuk menaikkan suku bunga sebanyak dua kali tahun ini, kemungkinan besar setelah pertemuan pada Juni dan Desember.
Namun, para investor skeptis terhadap setiap rencana kenaikan suku bunga tersebut, memperkirakan paling banyak satu kenaikan suku bunga pada tahun ini. Hanya ada peluang 23 persen untuk kenaikan suku bunga pada Juni, menurut pasar berjangka.
Banyak investor mencari bagaimana Fed menggambarkan apa yang disebut keseimbangan risiko bagi perekonomian AS untuk petunjuk tentang apakah bank sentral cenderung untuk menaikkan suku bunga.
Tetapi bank sentral telah menghindari menyatakan secara eksplisit apakah risiko tersebut seimbang atau miring ke satu sisi dalam laporan kebijakan untuk tiga pertemuan terakhir berturut-turut, meninggalkan investor belum jelas kapan akan menaikkan suku bunga.
Ketua Fed Janet Yellen mengatakan bulan lalu bahwa tepat bagi bank sentral untuk "berjalan hati-hati" dalam menyesuaikan kebijakan, mengutip risiko-ridiko terhadap prospek ekonomi AS dari perkembangan global.
"Kehati-hatian ini terutama diperlukan karena, dengan suku bunga federal funds sangat rendah, kemampuan FOMC untuk menggunakan kebijakan moneter konvensional guna menanggapi gangguan ekonomi asimetris," kata Yellen, mengacu kepada Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), unit kebijakan moneter The Fed.
"Meskipun risiko-risiko penurunan telah berkurang sejak awal tahun, saya masih menilai keseimbangan risiko-risiko terhadap prospek inflasi dan pertumbuhan akan agak miring ke sisi negatifnya," William Dudley, Kepala Cabang Federal Reserve New York dan sekutu dekat Yellen, mengatakan awal bulan ini.
"Saya menilai bahwa pendekatan hati-hati dan bertahap untuk normalisasi kebijakan adalah tepat," kata Dudley, mengindikasikan jeda singkat untuk kenaikan suku bunga bank sentral.
Berita Terkait
-
The Fed Pangkas Suku Bunga, Apa Dampaknya Terhadap Perbankan Indonesia?
-
Alasan BI Turunkan Suku Bunga Acuan 4,75 Persen
-
Harga Emas Antam Pecah Rekor Lagi Tembus Lebih dari Rp2,1 Juta, Ini Penyebabnya
-
IHSG Berbalik Rebound di Sesi I, Apa Pemicunya?
-
Trump Pecat Gubernur The Fed Lisa Cook, Segini Jumlah Pesangon yang Diterima
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Fakta-fakta Demo Timor Leste: Tekanan Ekonomi, Terinspirasi Gerakan Warga Indonesia?
-
Alasan Eks Menteri Sebut DJP 'Berburu Pajak di Kebun Binatang': Masalah Administrasi Serius
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri
-
Spesifikasi E6900H dan Wheel Loader L980HEV SDLG Indonesia
-
Kartu Debit Jago Syariah Kian Populer di Luar Negeri, Transaksi Terus Tumbuh
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Bahlil 'Sentil' Pertamina: Pelayanan dan Kualitas BBM Harus Di-upgrade, Jangan Kalah dari Swasta!
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina