Suara.com - Para pembuat kebijakan The Federal Reserve secara luas mencemaskan ancaman pertumbuhan ekonomi global yang lebih lambat terhadap ekonomi AS. Kecemasan ini tertuang dalam risalah dari pertemuan mereka 15-16 Maret menunjukkan pada Rabu (6/4/2016).
Ketika mereka memutuskan menentang kenaikan suku bunga pada pertemuan itu, beberapa juga memperingatkan upaya menentang kenaikan pada April. Mereka mengingatkan bahwa saat ini ada kondisi yang urgen atas kondisi-kondisi moneter AS. Risalah tersebut mengatakan penentangan kenaikan suku bunga acuan dianggap sebagai kalangan yang "tidak berpikir tepat,".
Risalah menunjukkan sebagian besar dari 17 peserta dalam kajian kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) nyaman dengan laju pertumbuhan ekonomi AS, setuju hal itu akan terus berkembang pada tingkat yang moderat dalam jangka menengah dengan hanya kondisi-kondisi pengetatan moneter "bertahap".
Namun, risalah mengatakan, "peserta umumnya melihat perkembangan ekonomi dan keuangan global terus menimbulkan risiko-risiko terhadap prospek untuk kegiatan ekonomi dan pasar tenaga kerja di Amerika Serikat." Beberapa menunjuk gejolak pada awal tahun di pasar keuangan dunia dan berpendapat bahwa alasan yang mendasari untuk itu belum pergi menjauh. Mereka juga khawatir tentang pelambatan investasi bisnis dalam negeri dan rencana belanja modal terbatas di sektor korporasi.
Panel FOMC, dipimpin oleh Ketua Fed Janet Yellen, secara umum lebih terpecah tentang apakah kenaikan lapangan pekerjaan baru-baru ini dan beberapa tanda-tanda inflasi lebih kuat cukup untuk meningkatkan suku bunga acuan federal fund The Fed.
Beberapa melihat negara itu mendekati kesempatan kerja penuh (full employment) dan pada risiko lonjakan dalam harga, sementara yang lain melihat tanda-tanda pelemahan berlanjut.
Tapi yang paling disukai untuk tetap berhati-hati dan menunda kenaikan suku bunga, mencatat bahwa dengan suku bunga federal fund hampir di atas nol pada 0,25-0,50 persen, The Fed telah membatasi pilihan untuk membantu perekonomian jika melemah.
Banyak kelompok mencatat bahwa FOMC "terus memiliki sedikit ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter melalui cara konvensional jika kegiatan ekonomi atau inflasi berubah menjadi melemah secara material daripada yang diantisipasi," kata catatan Risalah The Fed.
Di sisi lain, mereka "bisa menaikkan suku bunga dengan cepat jika ekonomi tampak terlalu panas atau jika inflasi meningkat secara signifikan lebih cepat daripada yang diantisipasi." Dari 10 anggota kelompok pemberi suara, sembilan mendukung mempertahankan kebijakan tidak berubah, sementara hanya satu, Esther George, berbeda pendapat, menyerukan kenaikan suku bunga ketika itu juga.
George berpendapat, menurut risalah, bahwa meskipun masalah-masalah di luar negeri dan volatilitas yang tidak biasa di pasar global, perekonomian AS telah ditutup di atas target-target FOMC sendiri untuk menaikkan suku bunga. (Antara)
Berita Terkait
-
The Fed Pangkas Suku Bunga, Apa Dampaknya Terhadap Perbankan Indonesia?
-
Alasan BI Turunkan Suku Bunga Acuan 4,75 Persen
-
Harga Emas Antam Pecah Rekor Lagi Tembus Lebih dari Rp2,1 Juta, Ini Penyebabnya
-
IHSG Berbalik Rebound di Sesi I, Apa Pemicunya?
-
Trump Pecat Gubernur The Fed Lisa Cook, Segini Jumlah Pesangon yang Diterima
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri
-
Spesifikasi E6900H dan Wheel Loader L980HEV SDLG Indonesia
-
Kartu Debit Jago Syariah Kian Populer di Luar Negeri, Transaksi Terus Tumbuh
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Bahlil 'Sentil' Pertamina: Pelayanan dan Kualitas BBM Harus Di-upgrade, Jangan Kalah dari Swasta!
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Program AND untuk 71 SLB, Bantuan Telkom Dalam Memperkuat Akses Digitalisasi Pendidikan
-
Dari Anak Tukang Becak, KUR BRI Bantu Slamet Bangun Usaha Gilingan hingga Bisa Beli Tanah dan Mobil