Suara.com - Pemerintah harus melakukan intervensi terhadap harga dan ketersediaan daging lembu menjelang bulan suci Ramadan dan Lebaran 2016 agar tidak terlalu mempersulit perekonomian masyarakat.
"Kalau tidak diintervensi pemerintah, harganya bisa 'gila-gilaan'," kata anggota Komisi IV DPR RI Fadly Nurzal di Medan, Jumat (6/5/2016).
Menurut dia, dengan kondisi saat ini, pemerintah memang menghadapi dua masalah yang diperkirakan menjadi dilema dalam ketersediaan daging lembu.
Di satu sisi, pemerintah perlu memberikan apresiasi kepada peternak lembu supaya memiliki keseriusan dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan ternaknya.
Untuk itu, pemerintah harus menyiapkan berbagai kebijakan agar peternak memasimalkan perannya dalam mendukung swasembada daging.
"Supaya para peternak memiliki harapan. Jangan sampai mereka hopelessakibat harga yang jatuh," katanya.
Namun di sisi lain, swasembada pangan di sektor daging sapi belum terealisasi sehingga ketersediaan belum mencukupi.
Karena itu, pemerintah perlu melakukan intervensi, baik dalam menentukan harga jual mau pun upaya dalam pemenuhan daging yang dibutuhkan masyarakat.
Angka yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp80.000 per kg dinilai masih bisa terjangkau dan dapat menghilangkan potensi spekulasi harga menjelang bulan suci Ramdahan dan Lebaran.
"Kalau harganya tidak diintervensi, khawatirnya justru tidak terkendali. itu malah menimbulkan efek domino bagi masyarakat," ujar Fadly.
Bentuk intervensi lain, katanya, pemerintah boleh saja mengambil kebijakan impor sebagai langkah tercepat untuk memenuhi ketersediaan daging.
Namun kebijakan impor tersebut harus bersifat sementara dan tidak berlanjut karena pemerintah harus komitmen dengan program swasemdaba pangan dengan memberdayakan peternak dalam negeri.
"Kalau tidak komitmen, sama saja memberikan rumah terlalu besar kepada orang yang bukan penghuninya. Impor itu tidak baik kalau terus menerus," katanya.
Meski penetapan harga Rp80.000 per kg itu masih memungkinkan, tetapi politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut mengharapkan pemerintah perlu mendiskusikan dan mengevaluasinya dengan DPR RI.
"Meski tidak ada kewenangan DPR RI mengenai harga, tetapi diperlukan evaluasi bersama supaya dua masalah itu bisa diselesaikan," ujar Fadly. (Antara)
Berita Terkait
-
Anggota Komisi IV Bela Raja Juli, Sebut Menhut Cuma Kebagian 'Cuci Piring' Soal Kerusakan Hutan
-
Bahas Bencana Banjir Sumatera, Menhut Raja Juli Antoni Dipanggil DPR
-
Gencarkan Gemarikan di Lembang, Anggota DPR Ini Ajak Emak-emak Jadi Duta Gizi Atasi Stunting
-
Protes Tanggul Viral, KTP Nelayan Cilincing Bakal Dicek, Wamen KKP: Mana Pendatang, Mana Warga Asli
-
DPR Panggil KKP Senin Depan Terkait Tanggul Beton yang Rugikan Nelayan Cilincing
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
-
Kapasitas PLTP Wayang Windu Bakal Ditingkatkan Jadi 230,5 MW
-
Revisi UU P2SK Dinilai Beri Perlindungan bagi Nasabah Kripto
-
Realisasi PNBP Tembus Rp 444,9 Triliun per November 2025, Anjlok 14,8%
-
Kemenkeu Ungkap Lebih dari 1 Miliar Batang Rokok Ilegal Beredar di Indonesia
-
Danantara dan BRI Terjun Langsung ke Lokasi Bencana Kab Aceh Tamiang Salurkan Bantuan
-
PLN Sebut Listrik di Aceh Kembali Normal, Akses Rumah Warga Mulai Disalurkan