Plt Deputi Direktur Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit Deri Ridhanif mengakui bahwa masih banyak petani kelapa sawit di Indonesia yang belum bisa mengakses kredit dari industri perbankan. Salah satu problem utamanya adalah legalitas lahan perkebunan sawit yang dimiliknya.
"Memang salah satunya adalah kendala legalitas lahan yang dimiliki para petani sawit. Meskipun sebagian besar petani sawit di Indonesia memiliki lahan sendiri atau milik keluarganya, tetapi legalitasnya banyak yang kurang," kata Deri saat diwawancarai Suara.com di Jakarta, Selasa (31/5/2016).
Akibatnya, kondisi ini akan mempersulit petani sawit untuk menjaminkan lahan miliknya sebagai agunan saat mengajukan kredit terhadap perbankan.
Selain itu, perlu dibina para petani sawit agar lebih disiplin saat menjalankan pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Bagaimanapun, menurut Deri, industri kelapa sawit oleh industri perbankan dianggap sebagai salah satu industri paling menjanjikan di Indonesia. "Nah masalahnya, para petani sawit kita ini perlu dididik oleh pemerintah daerah agar lebih disiplin," ujarnya.
Ia mencontohkan saat tiba masa penanaman kembali (replanting) sawit, banyak petani sawit yang tidak disiplin. Padalah saat itu mereka sedang memiliki posisi banyak uang setelah melakukan panen dari masa tanam sebelumnya. "Disinilah biasanya kami membantu. Kami biasanya memberikan pelatihan saat menanam, mendidik agar rajin menabung, memberikan bantuan agar pelan-pelan taraf mereka meningkat," jelasnya.
Deri juga menegaskan agar para petani sawit di pelosok daerah menyatukan diri dalam sebuah koperasi. Tujuannya agar aset mereka menyatu dan dilihat oleh perbankan sebagai entitas bisnis yang cukup besar. "Karena petani sawit itu kan lahannya maksimal 25 hektare. Diatas itu dia dianggap bukan petani. Makanya kalau mengajukan kredit dalam bentuk kelompok koperasi, akan dilihat bank lebih besar dan lebih besar kemungkinan berhasil," tutup Deri.
Berita Terkait
-
CORE Indonesia Lontarkan Kritik Pedas, Kebijakan Injeksi Rp200 T Purbaya Hanya Untungkan Orang Kaya
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
Didik Kritik Penempatan Dana Rp200 T di Bank Himbara, Menkeu Purbaya: Dia Harus Belajar Lagi Ya!
-
OJK Catat Likuiditas Bank 'Banjir' Usai Guyuran Dana Rp200 Triliun dari Menkeu
-
DPR 'Sentil' Menkeu Purbaya, Sebut Kebijakan Rp200 Triliun Cuma Jadi Beban Bank & Rugikan Rakyat!
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri
-
Kartu Debit Jago Syariah Kian Populer di Luar Negeri, Transaksi Terus Tumbuh
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Bahlil 'Sentil' Pertamina: Pelayanan dan Kualitas BBM Harus Di-upgrade, Jangan Kalah dari Swasta!
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Program AND untuk 71 SLB, Bantuan Telkom Dalam Memperkuat Akses Digitalisasi Pendidikan
-
Dari Anak Tukang Becak, KUR BRI Bantu Slamet Bangun Usaha Gilingan hingga Bisa Beli Tanah dan Mobil
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya