Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Jumat (12/8/2016) ditutup turun sebesar 41 poin atau 0,77 persen ke level 5.377 setelah bergerak di antara 5.366-5.449. Sebanyak 84 saham naik, 220 saham turun, 89 saham tidak bergerak. Investor bertransaksi Rp 7.406 triliun. Di pasar reguler, in-vestor asing membukukan transaksi beli bersih (net buy) Rp 712 miliar.
Informasi tersebut tertuang dalam keterangan resmi Managing Partner PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe, Senin (15/8/2016).
Pasar Amerika ditutup bervariasi, seiring data ekonomi yang negatif mengikis ke-percayaan investor terhadap laju pertumbuhan ekonomi,Tingkat penjualan ritel AS di bulan Juli flat, dengan ekonom memperkirakan kenaikan sebesar 0.4 persen. Sementara itu, indeks harga produsen bulan Juli menunjukkan penurunan sebesar 0.4 persen, dibanding estimasi ekonom untuk kenaikan sebesar 0,1 persen. Investor memper-hatikan data penjualan ritel dan PPI sebagai petunjuk mengenai langka Federal Reserve selanjutnya.
"Dow Jones melemah 0.20 persen di level 18,576, S & P melemah 0.08 persen di level 2,184 sementara Nasdaq kembali menguat 0.08 persen ke level 4,807," kata Kiswoyo.
Pasar Eropa ditutup melemah akhir pekan lalu menyusul data penjualan ritel AS yang lemah, yang memicu kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi. Data ekonomi di zona euro melampaui proyeksi dalam beberapa pekan terakhir. Data yang dirilis Jumat pekan lalu menunjukkan produk domestik bruto tumbuh 0,3 persen pada kuartal kedua seperti yang diperkirakan, dengan ekonomi Jerman berekspansi 0,4 persen, dua kali lebih cepat dari yang diperkirakan.
"Indeks FTSE menguat tipis 0,2 persen pada perdagangan Jumat, DAX melemah 0,27 persen di level 10.713 dan CAC melemah 0,08 persen di level 4,500," ujar Kiswoyo.
Bank Indonesia mencatat neraca pembayaran Indonesia (NPI) kuartal kedua tahun ini sebesar 2,2 miliar Dolar Amerika Serikat (AS). Namun, surpus tersebut dinilai belum menc-erminkan perbaikan ekonomi secara struktural. Perbaikan pada defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) kuartal kedua tahun ini yang membaik menjadi 4,7 miliar Dolar AS atau 2 persen dari produk domestik bruto (PDB) lebih didorong oleh peningkatan ekspor akibat meningkatnya harga komoditas. Harga CPO di awal tahun masih berada di kisaran 500-600 Dolar AS per ton. Sementara saat ini hampir mencapai 800 Dolar AS per ton. Begitu juga dengan batu bara yang hargaya lebih tinggi dibanding awal tahun.
"Surplus pada transaksi modal dan finansial yang meningkat menjadi 7,4 miliar Dolar AS juga didorong oleh meningkatnya investasi portofolio dari sentimen kebijakan Pengampunan Pajak atau Tax Amnesty. Di sisi lain, investasi langsung masih melambat," pungkas Kiswoyo.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok