Suara.com - Badan Pusat Statistik mencatat nilai tukar rupiah pada Agustus 2016 melemah atau terdepresiasi terhadap empat mata uang utama dunia, yakni dolar AS, dolar Australia, yen Jepang dan euro.
"Sepanjang Agustus rupiah terdepresiasi terhadap empat mata uang uang paling banyak diperjualbelikan. Ada banyak penyebabnya, salah satunya pada Agustus 2016, kondisi pengangguran di AS menurun sehingga berdampak pada berbagai negara, termasuk Indonesia," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Sasmito Hadi Wibowo pada konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/9).
Sasmito mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Agustus 2016 melemah 1,00 persen dengan level terendah rata-rata nasional kurs tengah eceran rupiah yang terjadi pada minggu kelima Agustus 2016 mencapai Rp13.237,81 per dolar AS.
Menurut provinsi, level terendah terjadi di Provinsi Kalimantan Utara mencapai Rp13.368 per dolar AS pada minggu keempat Agustus 2016, sedangkan level tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Barat, yaitu Rp13.300 per dolar AS pada minggu terakhir Agustus 2016.
Selain pada Amerika Serikat, rupiah juga melemah terhadap dolar Australia 1,59 persen dengan level terendah rata-rata nasional Rp10.033,89 per dolar Australia.
Menurut Sasmito, depresiasi rupiah terhadap dolar Asutralia juga dipengaruhi pertumbuhan ekonomi negara tersebut yang membaik sehingga mata uang turut terapresiasi dari rupiah.
Sementara itu, rupiah juga terdepresiasi 3,41 persen terhadap yen Jepang dengan lebel terendah rata-rata nasional mencapai Rp130,74 per yen Jepang.
Rupiah turut terdepresiasi 2,42 persen terhadap eiro pada Agustus 2016 dengan level terendah rata-rata nasional mencapai Rp14.912,91 per euro.
"Salah satu penyebabnya adalah pelemahan perekonomian pada beberapa negara anggota Uni Eropa," ujar Sasmito. (Antara)
Berita Terkait
-
Heboh! Gerakan Seribu Rupiah Dedi Mulyadi Bikin Warga Ramai Protes
-
Jaga Stabilitas Rupiah, BNI Dukung Ekspansi QRIS Lintas Negara
-
Rupiah Kembali Perkasa Lawan Dolar Amerika, Sentuh Level Rp 16.563
-
Rupiah Masih Loyo Lawan Dolar Amerika Serikat di Sore Ini
-
Rupiah Masih Meriang Lawan Dolar Amerika, Sentuh Level Rp 16.617
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
RDN BCA Dibobol Rp 70 Miliar, OJK Akui Ada Potensi Sistemik
-
ESDM Pastikan Revisi UU Migas Dorong Investasi Baru dan Pengelolaan Energi yang Berkelanjutan
-
Penyaluran Pupuk Subsidi Diingatkan Harus Sesuai HET, Jika Langgar Kios Kena Sanksi
-
Tak Mau Nanggung Beban, Purbaya Serahkan Utang Kereta Cepat ke Danantara
-
Modal Asing Rp 6,43 Triliun Masuk Deras ke Dalam Negeri Pada Pekan Ini, Paling Banyak ke SBN
-
Pertamina Beberkan Hasil Penggunaan AI dalam Penyaluran BBM Subsidi
-
Keluarkan Rp 176,95 Miliar, Aneka Tambang (ANTM) Ungkap Hasil Eksplorasi Tambang Emas Hingga Bauksit
-
Emiten PPRO Ubah Hunian Jadi Lifestyle Hub, Strategi Baru Genjot Pendapatan Berulang
-
Penumpang Kereta Api Tembus 369 Juta Hingga September 2025
-
Petrindo Akuisisi GDI, Siapkan Rp 10 Triliun untuk Bangun Pembangkit Listrik 680 MW di Halmahera