Juru Bicara Tim Pemenangan Anies-Sandi, Anggawira. [Dok Tim Pemenangan Anies-Sandi]
Sikap tegas menolak reklamasi pantai utara Jakarta disampaikan oleh tim Anies-Sandi. Alasannya, reklamasi dinilai tidak berpihak pada masyarakat kecil terutama nelayan yang menggantungkan mata pencaharian dari melaut di pantai utara Jakarta. Untuk itu, tim pemenangan pasangan calon (paslon) nomor urut 3 ini membentuk komitmen untuk membangun Jakarta yang berkeadilan.
“Kami tidak ingin pesisir Jakarta dikuasi pengembang, dan hanya dinikmati oleh sebagian kalangan. Untuk itu, kami berkomitmen membangun Jakarta yang berkeadilan bagi semua,” ujar Koordinator Sahabat Anies-Sandi di Jakarta, dalam keterangan tertulis, Jumat (6/1/2017).
Setidaknya, ada 7 prinsip penghentian reklamasi dikemukakan oleh Anggawira yang tertuang dalam janji kerja Anies-Sandi. Yakni, mengutamakan kepentingan nelayan, dan masyarakat sekitar pesisir.
“Kalau proyek ini dilanjutkan, nelayan terpaksa harus ‘bergeser’ tempat melaut sementara daya jangkau kapal mereka tak kurang dari 4 mil. Mau tidak mau mereka harus mengganti perahu yang lebih besar dengab biaya bahan bakar yang lebih mahal. Menambah beban bagi mereka, “ kata Angga yang juga Juru Bicara Tim Pemenangan Anies-Sandi.
Selanjutnya, mengutamakan pemeliharaan lingkungan, mengembalikan fungsinya untuk kepentingan masyarakat, konservasi, dan infrastruktur. Membuka kesempatan kepada publik untuk konservasi, atau pembangunan infrastruktur. Menolak pembangunan pulau reklamasi demi kepentingan komersial, Mengganti tujuan reklamasi menjadi rehabilitasi pantai, agar kembali makmur, bersih dan mendukung nelayan.
“Dan poin terakhir, memastikan pemberian jalan keluar bagi pengembang yang sudah terlanjur berinvestasi di pulau reklamasi. Dengan begitu, tidak ada pihak yang merasa dirugikan,” imbuhnya.
Ajang Perebutan Lahan
Penggarapan proyek reklamasi, dikatakan Anggawira merupakan ajang perebutan pengusaan lahan dan ruang oleh para pengembang besar. Mereka, bukan hanya mengincar daratan namun juga wilayah pantai. Dalam kurun waktu singkat, lahan-lahan di Ibu Kota akan dikuasai pengembang, sementara masyarakat kecil semakin kesulitan mendapatkan lahan dan kehilangan haknya.
“Dimana letak keadilan pemerintah terhadap warga kecil? Mereka akan semakin sulit mencari lahan tinggal dan mencari nafkah di Jakarta. Masyarakat tidak punya pilihan lain kecuali bersatu menuntut perubahan bersama pemimpin yang peduli terhadap kesejahteraan mereka,” pungkas Anggawira.
Komentar
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 5 Rekomendasi Bedak Tabur untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Halus dan Segar
Pilihan
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaik November 2025, Cocok Buat PUBG Mobile
-
Ratusan Hewan Ternak Warga Mati Disapu Awan Panas Gunung Semeru, Dampak Erupsi Makin Meluas
Terkini
-
Kejagung Ungkap Status Victor Hartono, Anak Orang Terkaya Indonesia yang Dicekal dalam Kasus Korupsi
-
Mulai Malam Ini Pemerintah Resmi Kasih Diskon Tiket Kereta hingga Pesawat Besar-besaran
-
Pertamina Mulai Bersiap Produksi Massal Avtur dari Minyak Jelantah
-
Soal Kenaikan Gaji ASN di 2026, Kemenkeu: Belum Ada Keputusan Apapun!
-
Banyak Negara Dibikin Pusing Soal Ekspansi Layanan QRIS
-
25 Juta UMKM Onboarding ke E-Commerce, Siap Ngegas Pertumbuhan Ekonomi
-
Menko Airlangga Buka Peluang Swasta Bisa Ikut Impor BBM dan LPG dari AS
-
Sosok Ken Dwijugiasteadi: Eks Dirjen Pajak Terjerat Dugaan Kasus Tax Amnesty
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
Menko Airlangga: Ekonomi Digital Indonesia Bakal Melejit 6 Kali Lipat, Tembus Rp9.000 Triliun!