Suara.com - Ekonom senior Standard Chartered Aldian Taloputra memproyeksikan Bank Indonesia (BI) akan menahan penyesuaian suku bunga sepanjang 2017 pada angka 4,75 persen.
"Kita perkirakan BI tidak akan memotong suku bunga tahun ini. Kita perkirakan flat 4,75 persen," kata Aldian dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (24/1/2017).
Aldian menjelaskan alasan bank sentral tidak melakukan penyesuaian suku bunga tersebut adalah karena peningkatan inflasi dan faktor ketidakpastian perekonomian global yang cukup tinggi.
Ia memprediksi untuk menjaga kinerja pertumbuhan ekonomi, BI akan fokus melakukan bauran kebijakan moneter maupun makroprudensial serta menerbitkan instrumen lain diluar suku bunga.
Terkait peningkatan inflasi pada 2017, dia mengatakan hal itu terjadi karena faktor harga yang diatur pemerintah (administered price), salah satunya dari kenaikan tarif tenaga listrik.
Untuk itu, kata dia, tingkat inflasi diperkirakan berada pada kisaran 4,3 persen, atau lebih tinggi dari asumsi pemerintah sebesar 4,0 persen, meski inflasi inti maupun bahan makanan lebih terkendali.
"Di sisi lain inflasi inti dan makanan lebih stabil. Inflasi inti masih sejalan dengan tahun kemarin, karena permintaan 'moderate'. Inflasi makanan bisa dikendalikan karena kebijakan pemerintah," ungkapnya.
Menurut Aldian, upaya pemerintah untuk mengendalikan harga bahan makanan dengan memperbaiki distribusi maupun impor, sudah optimal dalam menjaga inflasi pada 2016 dan harus dilakukan lagi di 2017.
"Selain itu, faktor cuaca juga mendukung untuk menjaga inflasi makanan, karena dari perkiraan cuaca, sepertinya tidak terlalu ekstrem dibandingkan 2016," katanya.
Baca Juga: Bank Sentral Eropa Pertahankan Suku Bunga, Saham Eropa Melemah
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, pada Kamis (19/1/2017) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) di level 4,75 persen.
Keputusan tersebut sejalan dengan upaya BI menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan tetap mengoptimalkan pemulihan ekonomi domestik di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Selain itu, BI tetap mewaspadai sejumlah risiko di 2017, baik yang bersumber dari global, terutama terkait arah kebijakan AS dan Tiongkok serta kenaikan harga minyak dunia, maupun dari dalam negeri terutama terkait dengan dampak penyesuaian harga yang ditetapkan pemerintah terhadap inflasi. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- Karawang di Ujung Tanduk Sengketa Tanah: Pemerintah-BPN Turun Gunung Bahas Solusi Cepat
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Istri Thom Haye Keram Perut, Jadi Korban Perlakuan Kasar Aparat Keamanan Arab Saudi di Stadion
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
-
6 Rekomendasi HP Murah Baterai Jumbo 6.000 mAh, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
7 Fakta Bakengrind, Roti 'Bebas Gluten' yang Diduga Penipuan dan Membahayakan
Terkini
-
Dasco Ungkap 4 Isu yang Dibahas Pertemuan Tertutup dengan Seskab dan Tiga Menteri Prabowo
-
Genjot Kredit, BFIN Incar Penyaluran Pembiayaan Sektor Mesin Cetak
-
IHSG Sesi I Terbang Berkat Komoditas! Sektor Teknologi dan Keuangan Terkapar
-
ASN Wajib Update Data SIASN ASN Digital untuk Jabatan, Dapodik, Gaji dan Tunjangan
-
IHSG Terus Menguat di Sesi Pertama, Perdamaian Israel-Hamas Jadi Katalis?
-
BBM Etanol: BPKN Usul Masyarakat Bisa Minta Ganti Rugi Jika Kendaraan Rusak
-
BRI Insurance Cetak Laba Rp467 Miliar, Sanggup Jaga Margin di Tengah Badai Regulasi Baru
-
Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
-
Menkeu Purbaya Sowan ke Pasar Modal, IHSG 'To The Moon'?
-
Bank Indonesia : Penjualan Eceran Diramal Meningkat, Ini Faktor Pendorongnya