Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, mengatakan bahwa setiap Rp1 triliun investasi sektor hulu migas dapat menyerap 13.670 tenaga kerja. Selain itu juga dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui gaji sebesar Rp473,76 miliar.
Karena itu, Komaidi meminta pemerintah menaruh perhatian terhadap sektor migas. "Apabila dalam satu bulan tidak ada supply Bahan Bakar Minyak (BBM) di tengah masyarakat, maka akan terjadi kekacauan secara nasional dan distribusi berhenti secara total," ungkap Komaidi dalam keterangan resmi, Sabtu (29/4/2017).
Adapun wacana pemerintah untuk memenuhi kebutuhan migas melalui impor, mempunyai banyak konsekuensi yang harus ditanggung. Tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh rakyat.
Pemerintah harus merogoh kocek untuk mengimpor migas sekitar 50 miliar Dolar Amerika Serikat (AS) per tahun, atau sekitar 42 persen dari total cadangan devisa. Jumlah ini belum termasuk impor elpiji, pelumas dan produk turunan lain. Meskipun pemerintah memiliki dana, belum tentu bisa.
“Untuk mengimpor migas, Indonesia harus bersaing dengan negara lain yang juga importir migas. Indonesia bersaing dengan Jepang, India dan Cina, yang negaranya tidak punya pasokan energi yang besar," kata dia.
Konsekuensi apabila Indonesia tidak memiliki industri migas, Indonesia akan kehilangan investasi sekitar Rp180 triliun hingga Rp300 triliun setiap tahunnya. Serta Kehilangan penerimaan negara (APBN) dari pajak dan PNBP sekitar Rp 90 triliun hingga Rp350 triliun - tergantung harga minyak dan gas. Selain itu, penciptaan nilai tambah ekonomi terhadap sektor pendukung dan pengguna migas akan berkurang signifikan.
"Apabila seluruh kebutuhan migas dipenuhi melalui impor, ketahanan energi dan ketahanan ekonomi Indonesia menjadi sangat rentan. Indonesia akan sangat bergantung dengan negara lain," ujarnya.
Dilihat dari semua potensi yang ada dan kemampuan sektor migas dalam menghasilkan nilai tambah sebagai katalis pertumbuhan ekonomi Indonesia. Potensi industri migas harus dijaga dan dimaksimalkan. Karena sektor ini penting untuk ketahanan energi nasional. “Saya kira sektor migas masih menjadi sektor yang strategis bagi Indonesia,” lanjut Komaidi.
Menurutnya, Indonesia perlu merubah paradigma dalam melihat peran industri migas bagi Indonesia. Saat ini, industri migas sangat penting untuk pengembangan dan penggerak pertumbuhan ekonomi serta penguat sendi-sendi ketahanan nasional.
Baca Juga: Potensi Cadangan Migas di Indonesia Timur Sangat Besar
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
-
Evakuasi Ponpes Al-Khoziny: Nihil Tanda Kehidupan, Alat Berat Dikerahkan Diirigi Tangis
Terkini
-
Rupiah Kembali Menguat pada Jumat Sore
-
Rupiah Makin Ganas, Dolar AS Keok Imbas Penutupan Pemerintahan Trump?
-
Tak Hanya KPR, BTN Genjot Penyaluran KUR UMKM
-
Perkuat Stok BBM, Pertamina Dirikan Fuel Terminal di Labuan Bajo
-
Setelah Udang, Kini Cengkeh Indonesia Dihantam Radiasi Nuklir Cesium-137, Amerika Blokir Ekspor
-
Vivo dan BP Batal Beli BBM Pertamina, Kini Dipanggil ke Kantor Bahlil
-
Bukti Ketangguhan Pangan Nasional: Ekspor Pertanian Januari-Agustus 2025 Melonjak 38,25 Persen
-
Heran SPBU Swasta Batal Beli BBM Pertamina, Kementerian ESDM: Bensin Shell Juga Mengandung Etanol
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!