Suara.com - Pakar ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finances, Enny Sri Hartati mengatakan, Presiden Joko Widodo perlu memberi tahu DPR soal penilaian kerja Rini Soemarno sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara. Saat ini Rini masih mendapatkan penolakan dari DPR untuk mengikuti rapat eksekutif dan legislatif.
Penilaian dari Jokowi itu diharapkan dapat memberikan pandangan lebih ke DPR tentang Rini, sehingga Rini tidak mendapatkan penolakan lagi.
"Kalau memang pemerintah tetap mempertahankan, pemerintah menyampaikan ke DPR, bahwa ini keputusan pemerintah, bahwa menteri yang ditunjuk oleh Pemerintah adalah Bu Rini. Dengan seperti itu DPR tidak bisa menolak. Jadinya kan lucu, saling menyandera," kata Enny saat dihubungi, Selasa (28/11/2017).
Enny mengatakan hubungan lembaga pemerintahan dengan DPR harus terjalin dengan baik sebagai mitra. Sebab, kebijakan- kebijakan yang dibuat oleh pemerintah harus diawasi oleh DPR sebagai lembaga yang mewakili rakyat.
"Jadi, sekali pun rapat bisa dilakukan, tetapi kan tidak dihadiri oleh Bu Rini. Sementara yang mengambil keputusan Bu Rini. Ini kan artinya membuat kinerja kerjasama antara legislatif dengan eksekutif ini tidak optimal," katanya.
Nama Menteri Rini kerap ada setiap kali isu reshuffle menteri di Kabinet Kerja Jokowi-JK muncul. Rini dinilai tidak berprestasi karena ditemukan sejumlah kelemahan, seperti halnya Panitia Khusus terkait Pelindo II yang menemukan penyimpangan dalam perpanjangan kontrak Jakarta International Container antara Pelindo II dengan Hutchison Port Holdings dari Cina. Perpanjangan tersebut diduga merugikan keuangan negara sekitar Rp4,08 triliun.
Rini pun sudah dilarang oleh DPR untuk hadir dalam setiap rapat di DPR. DPR pun mendesak Presiden Jokowi agar segera mengganti Rini dari jabatannya.
Namun, hingga muncul isu reshuffle kabinet pada Juli 2017 lalu, Jokowi menegaskan tidak akan ada reshuffle dalam waktu dekat. Dan hingga saat ini, Rini pun masih nyaman di posisinya sebagai Menteri BUMN.
Baca Juga: Rini Soemarno Merespon BUMN Disebut Monopoli Proyek Infrastruktur
Berita Terkait
-
Pakar Pertanyakan Sampai Kapan Menteri Rini Dilarang Rapat di DPR
-
Pengamat: Hubungan 'Panas' Menteri BUMN dan DPR Harus Diakhiri
-
Politisi PDIP: Menteri BUMN Kerjanya Sangat Tidak Memuaskan
-
Rini Berharap Dua Jalan Tol Baru Tingkatkan Mobilitas Sumut
-
Usut Kasus Pelindo, KPK Periksa Bekas Direktur Operasional Lagi
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Aset Tanah Ade Kuswara Kunang Tersebar dari Bekasi, Cianjur Hingga Karawang
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra