Suara.com - Guru Besar Fakultas Pertanian di Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dwi Andreas Santoso menegaskan dirinya tidak percaya dengan data Kementerian Pertanian pada 2017 yang menyatakan produksi beras surplus. Sebab sepanjang tahun 2017, pertanian Indonesia diganggu hama wereng dalam skala yang luas.
"Sejak 2017, saya sudah ingatkan ke media, serta komunikasi kepada Menteri, hati-hati. Serangan hama wereng ini sangat luas, hitungan kami lebih dari 400.000 hektare sawah. Belum serangan hama-hama yang lain," kata Andreas saat dihubungi oleh Suara.com, Senin (15/1/2018).
Ia menyayangkan dengan kondisi seperti itu sejak pertengahan tahun lalu, seharusnya pemerintah sudah mengeluarkan antisipasi. Operasi pasar yang dilakukan pemerintah akhir-akhir ini untuk menekan harga beras tidak lagi efektif. Karena memang sudah tidak ada lagi stok beras dalam jumlah besar yang masih disimpan para pedagang beras.
"Apalagi dengan kinerja Satgas Pangan yang aktif melakukan razia. Sekarang sulit untuk melakukan penimbunan beras," ujarnya.
Andreas menjelaskan bahwa data resmi Kementan bahwa produksi beras nasional pada tahun 2017 mengalami surplus 17,6 juta ton tidak masuk akal. "Kalau saya sih tidak percaya sama sekali dengan data Kementan. Gudang Bulog aja maksimal menampung 3 juta ton. Gudang mana lagi yang bisa menampung? Apalagi banyak gudang Bulog sekarang kosong," ujarnya.
Andreas menyayangkan data dari Kementan yang tidak akurat. Akibatnya banyak pernyataan Kementan yang tidak masuk akal, seperti setiap bulan ada panen beras 1 juta ton. Data stok dan data produksi Kementan sama sekali tidak akurat.
"Sekarang yang bisa dipercayai masyarakat adalah harga. Harga itu tidak pernah bohong. Tidak ada yang bisa mengontrol harga beras. Banyak orang bisa memelototi harga beras. Yang sulit adalah masalah produksi beras. Tidak ada orang yang bisa memelototinya," pungkasnya.
Guru Besar Fakultas Pertanian di Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dwi Andreas Santoso menegaskan dirinya tidak percaya dengan data Kementerian Pertanian pada 2017 yang menyatakan produksi beras surplus. Sebab sepanjang tahun 2017, pertanian Indonesia diganggu hama wereng dalam skala yang luas.
"Sejak 2017, saya sudah ingatkan ke media, serta komunikasi kepada Menteri, hati-hati. Serangan hama wereng ini sangat luas, hitungan kami lebih dari 400.000 hektare sawah. Belum serangan hama-hama yang lain," kata Andreas saat dihubungi oleh Suara.com, Senin (15/1/2018).
Baca Juga: Soal Impor Beras Terkait Tahun Politik, Ini Jawaban Ombudsman
Ia menyayangkan dengan kondisi seperti itu sejak pertengahan tahun lalu, seharusnya pemerintah sudah mengeluarkan antisipasi. Operasi pasar yang dilakukan pemerintah akhir-akhir ini untuk menekan harga beras tidak lagi efektif. Karena memang sudah tidak ada lagi stok beras dalam jumlah besar yang masih disimpan para pedagang beras.
"Apalagi dengan kinerja Satgas Pangan yang aktif melakukan razia. Sekarang sulit untuk melakukan penimbunan beras," ujarnya.
Andreas menjelaskan bahwa data resmi Kementan bahwa produksi beras nasional pada tahun 2017 mengalami surplus 17,6 juta ton tidak masuk akal. "Kalau saya sih tidak percaya sama sekali dengan data Kementan. Gudang Bulog aja maksimal menampung 3 juta ton. Gudang mana lagi yang bisa menampung? Apalagi banyak gudang Bulog sekarang kosong," ujarnya.
Andreas menyayangkan data dari Kementan yang tidak akurat. Akibatnya banyak pernyataan Kementan yang tidak masuk akal, seperti setiap bulan ada panen beras 1 juta ton. Data stok dan data produksi Kementan sama sekali tidak akurat.
"Sekarang yang bisa dipercayai masyarakat adalah harga. Harga itu tidak pernah bohong. Tidak ada yang bisa mengontrol harga beras. Banyak orang bisa memelototi harga beras. Yang sulit adalah masalah produksi beras. Tidak ada orang yang bisa memelototinya," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Stok Beras Bulog Menguning, Komisi IV DPR 'Sentil' Kebijakan Kementan dan Bapanas
-
Menkeu Purbaya Setuju Tambah Bansos Beras 10 Kg Plus Minyak 2 Liter
-
Stok BBM Langka, SPBU Swasta di Tebet Banting Stir Jual Beras Porang hingga Paket Makanan Ringan
-
Update Harga Sembako Hari Ini: Bawang Merah Putih Turun, Daging Ayam Masih Mahal?
-
Bansos Beras Lanjut, 18 Juta Keluarga Dapat Beras 10 Kg pada Oktober-November
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- Profil dan Rekam Jejak Alimin Ribut Sujono, Pernah Vonis Mati Sambo dan Kini Gagal Jadi Hakim Agung
- Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
- Ditunjuk Prabowo Reformasi Polri: Sosok Ahmad Dofiri Jenderal Rp7 Miliar Berani Pecat Ferdy Sambo!
- Sosok Kompol Anggraini, Polwan Diduga Jadi 'Badai' di Karier Irjen Krishna Murti, Siapa Dia?
Pilihan
-
3 Catatan Menarik Liverpool Tumbangkan Everton: Start Sempurna The Reds
-
Dari Baper Sampai Teriak Bareng: 10+ Tontonan Netflix Buat Quality Time Makin Lengket
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Baterai Besar Minimal 6000 mAh, Terbaik September 2025
Terkini
-
Menkeu Purbaya Janji Lindungi Industri Rokok Lokal, Mau Evaluasi Cukai Hingga Berantas Rokok China
-
Naik Kelas Bersama BRI, UMKM Fashion Asal Bandung Ini Tembus Pasar Internasional
-
Apa Itu Co Living? Tren Gaya Hidup Baru Anak Muda
-
Usai Dicopot dari Kepala PCO, Danantara Tunjuk Hasan Nasbi jadi Komisaris Pertamina
-
SPBU Swasta Beli BBM dari Pertamina, Simon: Kami Tak Cari Untung!
-
Jurus SIG Hadapi Persaingan: Integrasi ESG Demi Ciptakan Nilai Tambah Jangka Panjang
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
Kemenhub 'Gandeng' TRON: Kebut Elektrifikasi Angkutan Umum, Targetkan Udara Bersih dan Bebas Emisi!
-
Harris Arthur Resmi Pimpin IADIH, Siap Lawan Mafia Hukum!