Suara.com - Kalangan perempuan meminta pemerintah menunda kenaikan Tarif Dasar Listrik. Sebagai ibu rumah tangga, mereka sangat merasakan dampak beratnya kebijakan tersebut dalam rangka menopang ekonomi dalam kehidupan berumah tangga.
Hal tersebut disampaikan oleh salah satu tokoh perempuan sekaligus Founder Human Capital For US Mutia Sari Syamsul. Mutia mengungkapkan, biaya atau tarif listrik sudah menjadi kebutuhan pokok yang primer, sama pentingnya dengan kebutuhan pulsa telepon dan bahan pangan.
“Kalau tarif listrik nanti naik, pasti kebutuhan yang lain akan ikut naik. Contohnya, kebutuhan transportasi untuk naik angkot, ongkos ojek, dan naik bus umum dan kereta api, biasanya ikut terkerek naik. Begitu juga kebutuhan utama lainnya seperti membeli pakaian seragam, alat tulis, buku-buku sekolah, dan buku pelajaran, pasti mengikuti kenaikan harga listrik, yang menjadi energi dalam hidup kita,” kata Mutia,di Jakarta, Minggu (11/2/2018).
Menurut Mutia, jika pemerintah tetap menerapkan kebijakan kenaikan tarif listrik, nantinya para suami pasti bingung, karena harus kerja lebih keras, agar pendapatannya bisa mengikuti kenaikan harga listrik dan tarif-tarif lain yang mengikutinya.
“Buntut-buntutnya, setiap hari di rumah, kerja kami hanya ribut melulu, karena jumlah uang yang ada, tidak bisa mengimbangi kebutuhan hidup yang terus melangit. Kami inginnya, kondisi ekonomi tetap stabil, tarif listrik juga seperti sekarang ini. Jadi situasi rumah tangga akan lebih aman, karena saat ini beban hidup kami sudah berat. Kondisi zaman saat ini sudah berbeda dibanding beberapa tahun sebelumnya,” ujarnya.
Sebagai bagian dari pendidik, Hj. Rusilowati Efendi mengungkapkan keinginannya agar jangan lagi kami para ibu yang harus mendidik anak-anak kami yaitu para ibu di rumah, ditambah lagi bebannya, kalau ada tarif yang dinaikkan pemerintah.
Para ibu juga mencermati banyaknya berita pejabat yang terpaksa melakukan korupsi, karena kebutuhannnya lebih tinggi dari kemampuannya.
“Itu sebabnya dirasa ada kebutuhan agar para ibu juga diarahkan menjadi lebih produktif agar lebih mampu menghasilkan produk rumahan yang kalau berhasil, bisa dijual dan membantu ekonomi rumah tangga,” katanya.
Baca Juga: Terkait Tarif Listrik, Pemerintah Harus Atur Harga Batu Batubara
Berita Terkait
-
Tarif Listrik PLN per kWh Periode November Hingga Desember 2025
-
Update Tarif Listrik PLN November 2025
-
Tarif Listrik Non-Subsidi dan Bersubsidi Dipastikan Tak Naik Sepanjang November 2025
-
Dinilai Tepat Sasaran, Pengamat Sebut Kebijakan Diskon Tarif Listrik Layak Dilanjut
-
Pengamat Beberkan Dampak ke Masyarakat Jika Pemerintah Beri Diskon Tarif Listrik Lagi
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
Terkini
-
Kemenkeu Sentil Pemda Buntut Dana 'Nganggur' di Bank Tembus Rp 218,2 Triliun per November
-
Menperin: Harus Dibuat Malu Pembeli Produk Impor yang Sudah Diproduksi di Dalam Negeri
-
Target DEWA Melejit ke Rp750, Harga Saham Hari Ini Mulai Merangkak Naik
-
Purbaya Mudahkan Dana Transfer ke Daerah Terdampak Bencana Rp 43,8 Triliun Tahun Depan
-
Bank Mandiri Bagi Dividen Rp9,3 Triliun, Ini Jadwalnya
-
Apakah Gaji 3 Juta Bisa Beli Rumah KPR? Simak Penjelasan dan Skema Cicilannya
-
6 Ide Usaha Sampingan di Masa Pensiun Agar Tetap Produktif dan Bahagia
-
Langkah Keliru Danantara: Akuisisi Hotel di Mekkah Dinilai Berisiko dan Tabrak Mandat Investasi
-
Harga Cabai Rawit di Papua Pedas, Tembus Rp125 Ribu/Kg
-
Rupiah Bisa 'Bernafas Lega' Jelang Akhir Tahun