Suara.com - Bank dengan aset terbesar, PT Bank Mandiri Persero Tbk, memperkirakan Bank Indonesia akan melakukan intervensi di pasar keuangan hingga rupiah menguat di kisaran Rp13.700 - Rp13.900 per dolar AS sepanjang kuartal II 2018.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo di Jakarta, Selasa (24/4/2018), menyarankan BI dalam jangka waktu menengah untuk menaikkan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate, guna mencegah banyak modal asing yang keluar dari pasar saham dan obligasi.
"Jadi rasanya suku bunga The Fed naik akan terakselerasi. Indonesia jika tidak merespon, nanti ada selisih, nanti ada sell-off dan penjualan di ekuitas," kata Tiko, sapaan akrab Kartika.
Setelah modal asing keluar dari pasar saham, kata Tiko, bukan tidak mungkin investor juga akan mengalihkan dananya dari pasar obligasi, karena selisih antara imbal hasil obligasi di negara-negara maju dan Indonesia menyempit.
Selain itu, prospek pertumbuhan ekonomi di AS juga meningkat yang akan memicu kenaikan inflasi sehingga imbal hasil yield obligasi pemerintah AS, Treasury Bill, juga terangkat. Per Selasa ini, yield Treasury Bill bertenor 10 tahun mencapai tiga persen.
Tiko memperkirakan BI akan melakukan intervensi besar-besaran pada akhir kuartal II 2018, ketika momentum kenaikan suku bunga Federal Reserve yang kedua kali semakin dekat.
Tekanan terhadap rupiah itu juga akan semakin berat saat itu, karena korporasi banyak yang membayar dividennya ke luar negeri sehingga permintaan valas melonjak.
"Maka itu, BI masih bisa memperkuat rupiah di Rp13.700-Rp13.900 per dolar AS," ujarnya.
Rupiah pada Selasa ini menunjukkan penguatan di pasar spot, setelah sepanjang Jumat (21/4/2018) dan Senin (23/4/2018) terdepresiasi hingga menyentuh level paling parah sepanjang tahun di kisaran Rp13.900.
Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Selasa sore menguat sebesar 84 poin menjadi Rp13.878 dibandingkan posisi Selasa pagi. Mengutip Kurs Jakarta Interbank Spot Dolar AS Refrence (Jisdor) yang diumumkan BI, pada Selasa ini, rupiah diperdagangkan di Rp13.900 dolar AS, melemah dibanding Senin (23/4/2018) yang sebesar Rp13.894 dolar AS. (Antara)
Berita Terkait
-
Perubahan Komisaris Bank Mandiri Dinilai Strategis Dukung Ekspansi Bisnis
-
Zulkifli Zaini Jadi Komisaris Bank Mandiri, Ini Susunan Pengurus Baru
-
Nilai Tukar Rupiah Melemah pada Akhir Pekan, Ini Penyebabnya
-
Siap-siap, Bank Mandiri Mau Bagikan Dividen Interim Rp 100 per Saham
-
Mulai Bangkit, Rupiah Beri Tekanan pada Dolar ke Level Rp16.706
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok
-
Kapasitas PLTP Wayang Windu Bakal Ditingkatkan Jadi 230,5 MW
-
Pembeli Kripto Makin Aman, DPR Revisi UU P2SK Fokus ke Perlindungan Nasabah