Suara.com - Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Firman Mochtar mengatakan stabilitas ekonomi yang telah terjalin dengan baik mampu menjaga pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Kondisi ini tidak lepas dari pencapaian dalam menjaga stabilitas struktur ekonomi yang semakin baik sehingga mampu menahan rupiah," kata Firman dalam acara diseminasi Laporan Perekonomian Indonesia 2017 di Semarang, Rabu (25/4/2018).
Firman mengatakan perlemahan mata uang terhadap dolar AS tidak hanya dialami oleh rupiah, namun juga mata uang di berbagai negara berkembang lainnya. Meski demikian, depresiasi rupiah masih lebih rendah dari mata uang lainnya.
Ia meyakini pelemahan rupiah yang tidak terlalu tinggi ini didukung oleh membaiknya struktur ekonomi baik dari pertumbuhan ekonomi, inflasi maupun neraca transaksi berjalan sehingga secara natural mampu menahan terjadinya gejolak lebih dalam.
Selama ini bank sentral juga telah melakukan berbagai langkah untuk menjaga kurs tetap terkendali dan tekanan tetap rendah, salah satunya dengan mewajibkan penggunaan mata uang rupiah dalam setiap transaksi di seluruh wilayah Indonesia.
"BI sudah menempuh kebijakan struktural untuk mengelola permintaan valas, meski ada tekanan global, salah satunya kewajiban penggunaan rupiah sejak 2015 di tingkat domestik," kata Firman.
Selain itu, tambah Firman, langkah lainnya adalah mewajibkan kebijakan lindung nilai terhadap setiap transaksi yang menggunakan dolar AS.
"Implementasi dari pengelolaan utang korporasi dengan melakukan lindung nilai merupakan bagian dari 'self defence' untuk mendukung pengelolaan rupiah," jelasnya.
Sementara itu, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak melemah sebesar 37 poin menjadi Rp13.909 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.872 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan perlemahan rupiah sejalan dengan mata uang di negara berkembang. Dengan meningkatnya imbal hasil obligasi AS dan prospek suku bunga AS yang lebih tinggi maka dolar AS menjadi perhatian pelaku pasar.
"Rupiah bersama dengan mata uang emerging market mengalami tekanan karena faktor itu," katanya.
Kendati demikian, lanjut dia, adanya intervensi dari Bank Indonesia akan menahan tekanan rupiah lebih dalam. Bank Indonesia akan menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
-
IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing
-
Riset: Penundaan Suntik Mati PLTU Justru Bahayakan 156 Ribu Jiwa dan Rugikan Negara Rp 1,822 T