Suara.com - Anggota Komisi V DPR RI Fraksi Partai Gerindra, Bambang Haryo menilai, masih tingginya harga tiket pesawat karena kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap maskapai penerbangan.
Dia menjelaskan, saat ini di Indonesia masih didominasi maskapai berbiaya rendah (LCC) atau sekitar 80 persen dan maskapai ekonomi full service 20 persen.
Akan tetapi, semua fasilitas yang disediakan pemerintah misalnya di bandara lebih dikhususkan ke maskapai ekonomi full service.
"Jadinya kebijakan pemerintah yang harus diubah kebijakan LCC 80 persen tidak difasilitasi, yang mana lebih fasilitasi ekonomi full service, sehingga LCC harus membayar semua fasilitas mulai dari landing fee, garbaratanya, terminal semuanya harus biaya ekonomi full service, inilah yang menyebabkan jadi tinggi," kata Bambang, Jumat (22/3/2019).
Menurut Bambang, kondisi yang ada di Indonesia terbalik dengan kondisi di Malaysia. Di Malaysia, walaupun maskapai LCC-nya sedikit tapi dia menyediakan fasilitas di bandara khusus untuk maskapai LCC.
"Di Malaysia disiapkan khusus LCC, jadi semuanya murah. Ini juga bukan karena BBM mahal, tapi karena runwaynya sedikit jadi pesawat holding (antre) di atas menunggu antrean, sehingga penggunaan BBM-nya boros," jelas dia.
Terkait dengan Kartel, Bambang menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah dan Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU) untuk penyelidikan lebih lanjut.
"Masalah kartel itu ada yang tanganin, oleh KPPU, yang mana KPPU akan melakukan pengecekan itu, yang jelas bahwa ini akibat kebijakan pemerintah yang membuat ekonomi jadi tinggi. Sebenarnya, kartel bisa dihentikan pemerintah dengan batas atas dan bawah, juga ditambah ketentuan dengan normal pricenya berapa," imbuh dia.
Sebelumnya, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, semakin tinggi penguasaan pasar oleh Lion Air Group dan Garuda Indonesia Group di industri transportasi penerbangan, maka kedua maskapai terbesar tersebut pun bisa bebas menentukan penjualan harga tiketnya.
Baca Juga: Tiket Pesawat Naik 166 Persen, Pariwisata Pulau Bangka Anjlok
Adapun tingkat penguasaan pasar industri transportasi penerbangan yang dikuasai oleh dua maskapai tersebut mencapai 96 persen.
"Saat menaikan dan menurunkan harga tiket, mereka bisa bersepakat. Diduga ada kartel antara keduanya," katanya.
Nailul menduga, pihak Lion dan Garuda bersepakat untuk bersama-sama menaikan harga tiket hingga mengorbankan masyarakat umum sebagai pengguna.
"Permasalahan utama ya dugaan kartel dua grup besar, Garuda Indonesia dan Lion Grup," tegasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Desy Yanthi Utami: Anggota DPRD Bolos 6 Bulan, Gaji dan Tunjangan Puluhan Juta
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bebaskan Pajak Gaji di Bawah Rp10 Juta
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
-
4 Rekomendasi HP Tecno Rp 2 Jutaan, Baterai Awet Pilihan Terbaik September 2025
-
Turun Tipis, Harga Emas Antam Hari Ini Dipatok Rp 2.093.000 per Gram
Terkini
-
Pemerintah: Peserta BPJS Ketenagakerjaan Bisa Kredit Rumah dengan Bunga Rendah
-
Dongkrak Kredit, OJK Rilis Aturan Pembiayaan UMKM
-
Utang Luar Negeri Turun Jadi 432,5 Miliar Dolar AS, Ini Sebabnya
-
Syarat Gaji Minimal untuk Pengajuan KPR Subsidi Pemerintah: UMR Bisa Dapat?
-
Peserta JKN di Aceh Selatan Rasakan Manfaat Layanan Kesehatan Tanpa Hambatan
-
Pemerataan Pembangunan Infrastruktur hingga ke Wilayah Timur Indonesia
-
Telkom Hadirkan Fasilitas Air Bersih bagi Masyarakat Adat Bonokeling di Banyumas
-
Buah Konsistensi dan Keunggulan Tata Kelola, Telkom Akses Pertahankan TOP GRC Award 2025
-
Menkeu Purbaya Guyur Bank BUMN Rp200 Triliun, Para Bos Himbara Disebut Pusing Tujuh Keliling
-
9 Kontroversi Bahlil Lahadalia Sejak Menjabat Menteri