Panen tengah dilakukan petani Cipongkor di akhir bulan Juni 2019 ini. Meskipun kemarau dan debit air sungai kecil, ternyata petani masih semangat bertanam untuk musim tanam ke 3 berkat adanya dam parit.
“Kurang lebih di Desa Girimukti ini ada sekitar 156 hektar untuk sawah disini. Irigasi teknisnya ada 112 hektar dan 44 hektarnya adalah tadah hujan. Dengan produktivitasnya sekitar 6,9 ton/hektar saat musim rendeng," beber Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Cipongkor, Solihin.
Kasubdit Iklim Konservasi Air dan Lingkungan Hidup, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, Andi Halu menuturkan jika dam parit merupakan upaya antisipasi perubahan iklim terutama kemarau.
“Karena memang manfaat infrastruktur air seperti embung, dam parit maupun long storage baru terasa ketika kemarau datang," ujar Andi Halu.
Di Desa Girimukti ini, keberadaan dam parit mampu meningkatkan indeks pertanaman menjadi 2,5 dengan luas sawah yang terlayani adalah 50 hektar karena terhubung dengan jaringan irigasi tersier sepanjang 3 km.
Adanya kunjungan lapang ini diharapkan peserta Pelatihan Kapasitas Petugas dan Petani Dalam Adaptasi Perubahan Iklim Tingkat Usaha Tani (API-TUT) 2019 bisa mengaplikasikan manfaat dam parit maupun bangunan air lainnya sebagai bentuk antisipasi perubahan iklim terutama kemarau.
Bangunan air seperti dam parit di Desa Girimukti ini memang sebagai bentuk antisipasi ketersediaan air selama musim kemarau. Sehingga meskipun debit air kecil, air masih bisa teralirkan ke sawah-sawah petani.
“Kita bangun untuk antisipasi kekeringan sehingga petani bisa menambah pertanaman dalam setahun, dari 1 kali Andi Halu.
Insfrastruktur air ini juga sangat berguna dalam pengelolaan air lahan kering maupun tadah hujan.
Baca Juga: Waspada Perubahan Iklim, Kementan Gelar Training Untuk Petani
Berbeda dengan embung, dam parit dibangun dengan membendung sungai kecil atau parit alami. Untuk pengembangan dam parit, sungai yang dibendung memiliki debit minimal 5 liter per detik dan dengan luas lahan usaha tani yang dapat diairi minimal 25 ha.
Tak hanya itu, agar dampak dam parit bisa lebih besar maka pembangunannya bisa secara bertingkat dari hulu ke hilir dalam satu aliran Daerah Aliran Sungai (DAS) mikro. Model pengembangan dam parit bertingkat di DAS hulu sangat ideal untuk dikombinasikan dengan pengelolaan air dan sedimen di waduk atau embung besar.
Namun, Andi Halu memperingatkan agar pemeliharaan air sungai dan bangunan air tersebut harus dirawat. "Biar saat musim kemarau debit air tidak kecil tapi musim hujan air meluap, sebaiknya perawatan, pemeliharaan dan konservasi harus dilakukan dari hulu ke hilir," tuturnya.
Misalnya dengan pengerukan sedimen sungai yang sebaiknya dilakukan secara rutin sebelum musim penghujan datang. Kemudian perawatan rutin seperti membersihkan sampah yang menghalangi aliran air. Semuanya bisa dilakukan dengan komitmen bersama di desa setempat.
Berita Terkait
-
Waspada Perubahan Iklim, Kementan Gelar Training Untuk Petani
-
Ditjen PSP Bahas Pengembangan Sumber Daya Pertanian untuk Trans Papua
-
Selandia Baru Apresiasi Indonesia Cetak Generasi Muda Pertanian
-
Unik, Kementan dan FAO Siapkan 19 Orang untuk Jadi Detektif Penyakit Hewan
-
Kementan Gelar Pelatihan Teknis Alsintan di Kudus
Terpopuler
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Promo Super Hemat di Superindo, Cek Katalog Promo Sekarang
- Tahu-Tahu Mau Nikah Besok, Perbedaan Usia Amanda Manopo dan Kenny Austin Jadi Sorotan
- 5 Fakta Viral Kakek 74 Tahun Nikahi Gadis 24 Tahun, Maharnya Rp 3 Miliar!
- 7 Fakta Pembunuhan Sadis Dina Oktaviani: Pelaku Rekan Kerja, Terancam Hukuman Mati
Pilihan
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
-
4 Rekomendasi HP Murah dengan MediaTek Dimensity 7300, Performa Gaming Ngebut Mulai dari 2 Jutaan
-
Tarif Transjakarta Naik Imbas Pemangkasan Dana Transfer Pemerintah Pusat?
-
Stop Lakukan Ini! 5 Kebiasaan Buruk yang Diam-diam Menguras Gaji UMR-mu
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
Terkini
-
4 Fakta Penting Aksi BUMI Akuisisi Tambang Australia Senilai Rp 698 Miliar
-
IHSG Diwarnai Aksi Ambil Untung, Tapi Berakhir Menguat Tipis
-
3 Alasan Pabrik Sepatu BATA Setop Produksi Sepatu, Benarkah Terancam Pailit?
-
Di tengah Keterbatasan, Perempuan Ini Hadirkan Layanan AgenBRILink di Kepulauan Mentawai
-
Kredit Lawan Rentenir OJK Sudah Jangkau 1,7 Juta Orang
-
Beda Tunjangan PPPK Paruh Waktu dan Penuh Waktu
-
Merdeka Gold Resources (EMAS) Keluarkan Rp 9,8 Miliar Buat Eksplorasi Tambang Pani, Ini Hasilnya
-
Bahlil Bertemu Purbaya, Tagih Pembayaran Kompensasi Listrik dan BBM
-
26 Pegawai Pajak Dipecat, Apakah Tetap Dapat Uang Pesangon?
-
Apa yang Mendorong Harga Solana (SOL) Melonjak?