Suara.com - Gula semut organik yang berasal dari nira pohon kelapa, menarik minat para pebisnis. Selain harganya yang lebih tinggi dibandingkan dengan gula pasir, terdapat juga manfaat lain yang terkandung dalam gula semut ini.
Gula semut memiliki kandungan gula atau glukosa yang lebih rendah kalorinya dibandingkan dengan jenis gula lainnya. Gula semut juga sangat dianjurkan bagi penderita penyakit diabetes, agar kadar gula dalam darah dapat terkontrol.
Tingginya harga gula semut organik dipengaruhi oleh proses pembuatannya yang terbilang lebih memakan waktu dibandingkan dengan gula lainnya. Harga gula semut organik dapat berbeda pada tiap wilayahnya, karena faktor distribusi dan faktor lainnya.
Industri gula semut atau gula merah bubuk dalam negeri terus menggeliat. Dalam empat tahun terakhir, permintaan ekspor gula semut tercatat mencapai 27 persen. Kini produk gula semut Indonesia semakin diminati pasar internasional.
Permintaan ekspor ini tidak lepas dari usaha para produsen gula semut di dalam negeri untuk semakin meningkatkan produktivitas dan menjaga kualitas produknya. Gula semut juga dibutuhkan banyak di Indonesia, terutama untuk bahan baku makanan.
Berdasarkan data statistik Dinas Pertanian dan Pangan serta Dinas Perdagangan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017, realisasi produksi gula semut mencapai 4.621 ton.
Hasil produksi gula semut yang diekspor melalui Kabupaten Kulon Progo sebanyak 1.696T ton, dengan nilai ekspor Rp 47,8 miliar, sedangkan produksi gula semut sejumlah 2.925 ton diekspor melalui Kabupaten Bantul dan Purworejo.
Pengolahannya masih banyak dilakukan secara konvensional. Adapun negara-negara tujuan ekspor gula semut Kabupaten Kulon Progo terbesar, antara lain negara-negara Eropa, Australia, Amerika, Srilanka, Kanada, Jerman, dan Jepang.
Bupati Kulon Progo, Hasto Wardoyo mengatakan, kebutuhan dunia pada gula semut Indonesia masih tinggi. Bahkan nilai ekspor Indonesia mencapai 48.000 dolar AS pada 2017, dari sebelumnya pada 2014 hanya 34,7 ribu dolar AS.
Baca Juga: Atasi Kekeringan, Kementan Perkuat Koordinasi Tim Upaya Khusus di Daerah
“Hal ini tentunya merupakan peluang bagi Kulon Progo, sebagai daerah penghasil gula semut di Indonesia,” terang Hasto.
“Produk gula semut sebagai produk unggulan daerah Kabupaten Kulon Progo memiliki potensi pasar luar negeri yang sangat tinggi, terlebih dengan kondisi pertumbuhan permintaan dunia terhadap produk gula semut sebesar 10 persen-15 persen setiap tahun,” kata Sutriyana, Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tiwi Manunggal.
Ia menambahkan, dibutuhkan optimalisasi pengembangan usaha industri gula semut di Kabupaten Kulon Progo, yang dilatarbelakangi oleh isu terancamnya keberlangsungan usaha industri. Para petani yang sudah bergabung dalam produksi sudah mendapatkan sertifikat organik dengan skala nasional untuk melakukan kerja secara bersama-sama.
Untuk menembus pasar internasional berbagai cara dilakukan, salah satunya dengan business matching di Rusia. Penjajakan ini adalah salah satu langkah untuk pemasaran dan pengenalan gula semut ke pasar dunia dan men-supply kebutuhan gula semut yang semakin diminati di Rusia.
Hasil business matching ini berupa kerja sama antar pelaku usaha Indonesia dan Rusia.
Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan dorongan peningkatan produksi gula terhadap Kelompok Usaha Bersama (KUB). Salah satunya dengan memberi bantuan alat mesin oven dan timbangan sebagai rumah produksi.
Agus Wahyudi, Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Ditjen Perkebunan Kementan, mengatakan, sudah ada 17 investor yang tertarik ikut membangun pabrik gula dengan nilai investasi rata rata mencapai Rp 41,44 triliun. Pabrik ini rencananya akan dibangun di enam lokasi dengan target produktivitas mencapai 140 ton per hektare.
Berita Terkait
-
Atasi Kekeringan, Kementan Perkuat Koordinasi Tim Upaya Khusus di Daerah
-
Kementan Minta Petani Wajib Miliki Kartu Tani, Begini Cara Mendapatkannya
-
Hindari Kelangkaan, Kementan Terus Perbaiki Penanganan Pupuk Bersubsidi
-
Elemen Masyarakat Protes Jokowi, Sekda DIY: Potensi Tsunami di Mana-mana
-
Cuitan Jokowi Soal Cincin Api, Walhi: Bandara Kulon Progo Harus Dikaji Lagi
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
Terkini
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Bahlil 'Sentil' Pertamina: Pelayanan dan Kualitas BBM Harus Di-upgrade, Jangan Kalah dari Swasta!
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Program AND untuk 71 SLB, Bantuan Telkom Dalam Memperkuat Akses Digitalisasi Pendidikan
-
Dari Anak Tukang Becak, KUR BRI Bantu Slamet Bangun Usaha Gilingan hingga Bisa Beli Tanah dan Mobil
-
OJK Turun Tangan: Klaim Asuransi Kesehatan Dipangkas Jadi 5 Persen, Ini Aturannya
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Buat Tambahan Duit Perang, Putin Bakal Palak Pajak Buat Orang Kaya
-
Bank Mandiri Akan Salurkan Rp 55 Triliun Dana Pemerintah ke UMKM